Brilio.net - HIV dan AIDSAcquires Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya. Penyakit ini pun melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah terserang berbagai penyakit kronis.
Penyakit AIDS sendiri disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Apabila seseorang telah terjangkit virus HIV, tindakan medis yang dapat dilakukan untuk memperpanjang usia pasien adalah terapi antiretroviral. Terapi tersebut memang dapat merawat pasien HIV, namun tidak bisa menyembuhkannya.
Namun, pasien denganvirus HIVyang tidak mendapatkan pengobatan dengan baik akan berubah menjadi AIDS stadium akhir. Orang yang mengidap penyakit AIDS akan rentan terhadap berbagai penyakit, seperti berikut:
- Radang paru-paru
- Tuberkulosis (TBC)
- Sariawan akut
- Cytomegalovirus (CMV), sejenis herpes
- Meningitis kriptokokus, penyakit pada otak yang disebabkan oleh jamur
- Toksoplasmosis, penyakit pada otak yang disebabkan oleh parasit.
foto: pexels.com
Ketika terjangkit virus HIV, terdapat sebagian orang yang menunjukkan gejala. Namun, ada pula pengidap virus tersebut yang tidak menunjukkan gejala. Dikutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention, seseorang yang terinfeksi virus HIV akan menunjukkan gejala dalam waktu dua hingga empat minggu setelah infeksi. Berikut gejala yang mungkin dialami pada orang yang terkena virus HIV:
- Demam
- Ruam
- Berkeringat di malam hari
- Nyeri otot
- Sakit tenggorokan
- Merasa keleahan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Ulkus mulut
Dikutip dari healthline.com, sebelum berkembang menjadi AIDS, HIV mengalami tiga tahap perubahan, yakni
Tahap 1: Tahap akut atau beberapa minggu pertama setelah terjadi penularan virus.
Tahap 2: Tahap kronis.
Tahap 3: Tahap AIDS.
Terjadinya HIV dan AIDS ini pun terjadi oleh berbagai penyebab. Nah, berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Rabu (14/7), inilah penyebab HIV dan AIDS, serta cara pencegahannya.
Penyebab HIV dan AIDS
foto: pexels.com
Secara umum, terjadinya infeksi virus HIV terjadi karena adanya kontak dengan darah, air mani, air susu ibu (ASI) dan cairan vagina pada orang yang sebelumnya telah terinfeksi virus tersebut.
Selain adanya kontak dengan darah, air mani, dan cairan vagina, terdapat beberapa penyebab yang memicu terjangkitnya virus HIV yang berkembang menjadi AIDS. Berikut pemicu terjadinya penyakit yang menyerang imun ini:
1. Berhubungan seks tanpa kondom
Dikutip dari Health Link BC, sebagian besar orang yang terjangkit virus HIV pernah kontak seksual dengan orang yang telah mengidap virus tersebut. Potensi penularan melalui kontak seksual pun semakin besar ketika seseorang tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan orang yang terkena virus HIV.
2. Berbagi jarum suntik
Secara medis, jarum suntik hanya digunakan sekali untuk menjaganya tetap steril. Akan tetapi, jarum suntik kerap digunakan bersama oleh orang-orang yang menyalahgunakan narkoba dengan disuntik. Berbagi jarum suntik ini sangat berbahaya dan dapat meningkatkan potensi terkena virus HIV.
3. Terlibat dalam chemsex
Dikutip dari laman NHS, chemsex merupakan aktivitas seksual yang dilakukan dibawah pengaruh obat-obatan psikoaktif. Orang-orang yang terlibat dalam chemsex ini juga berpotensi tinggi terkena virus HIV.
4. Memiliki banyak pasangan seks
Orang yang berganti-ganti pasangan dalam aktivitas seksualnya berpotensi besar terkena virus HIV. Hal ini terjadi karena tidak semua orang terbebas dari virus HIV. Apabila berhubungan seks dengan orang yang terjangkit HIV, maka orang tersebut akan tertular virus.
5. Jarum tato tidak steril
Proses membuat tato permanen harus menggunakan jarum untuk membuat gambarnya. Namun, jarum tato yang tidak pernah disterilkan berpotensi besar menularkan virus HIV dari orang yang terjangkit ke orang yang masih sehat.
6. Mengidap Penyakit Menular Seksual (PMS)
Dikutip dari NHS, seseorang yang telah mengidap Penyakit Menular Seksual (PMS) memiliki resiko lebih tinggi tertular virus HIV. Beberapa PMS yang meningkatkan resiko penularan adalah klamidia, gonore, hepatitis B, dan C.
7. Menerima donor darah dari penderita HIV
Dalah satu penularan HIV terjadi dari kontak darah maupun transplantasi organ. Dilansir dari NHS, beberapa tempat tertentu tidak memiliki skrining kuat donor darah dari penderita HIV, sehingga dapat meningkatkan potensi tertular HIV.
8. Penularan dari ibu hamil dan menyusui
Seorang ibu yang telah terkena HIV dapat menularkan virus tersebut pada sang anak ketika hamil, melahirkan maupun menyusui.
foto: pexels.com
Meskipun virus ini sangat berbahaya dan mudah menular, HIV tidak dapat bertahan dengan baik apabila berada di luar tubuh. Kontak secara fisik dengan pengidap virus HIV pun tidak akan membuat seseorang tertular. Beberapa kontak fisik yang tidak membuat tertular virus HIV, diantaranya dapat menular dengan adanya kontak seksual. Anda tidak dapat tertular HIV melalui kontak fisik sehari-hari, seperti:
1. Berbagi gelas.
2. Meludah.
3. Digigit oleh pengidap virus HIV atau penyakit AIDS.
4. Bersin ataupun ludah.
5. Berbagi toilet, alat mandi, dan alat makan.
6. Menggunakan kolam renang yang sama.
7. Berpelukan.
8. Bersentuhan.
9. Berjabat tangan.
10. Berciuman.
11. Melalui gigitan nyamuk
foto: pexels.com
Supaya tidak tertular virus HIV maupun mengidap AIDS, terdapat beberapa cara untuk menjaga diri dan mencegah penularan. Berikut cara supaya tidak tertular virus HIV:
1. Gunakan jarum yang steril
Hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian maupun tidak steril. Pastikan jarum selalu steril jika berniat ingin membuat tato ataupun membuat tindik supaya tidak tertular virus HIV.
2. Hindari berganti-ganti pasangan
Aktivitas seks yang berganti-ganti pasangan sangatlah berbahaya. Seseorang tidak selalu mengetahui apakah partnernya terkena virus HIV atau tidak. Dengan demikian, setia pada satu pasangan adalah tindakan yang paling tepat. Dengan setia pada satu pasangan, kedua orang tersebut sudah saling mengetahui pribadi maupun riwayat kesehatan masing-masing.
3. Menggunakan kondom
HIV bisa menular lewat darah dan air liur yang masuk ke dalam tubuh atau juga melalui hubungan seksual. Sebaiknya, saat berhubungan seksual gunakan kondom sebagai pelindung dan pengaman diri untuk mencegah virus HIV masuk ke dalam tubuh.
4. Lakukan vaksin
Lakukan vaksin hepatitis A dan hepatitis B, serta lakukan tes secara teratur karena sangat baik sebagai pencegahan diri dari HIV.
5. Pre-exposure prophylaxis (PrEP)
PrEP adalah pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV. Yang dimaksud dengan berisiko tinggi tertular HIV adalah mereka yang telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya.
6. Perhatikan luka yang terbuka
Gunakan pakaian khusus yang disarankan oleh dokter untuk menutup tubuh ketika menjenguk atau bersentuhan langsung dengan penderita HIV atau AIDS.
7. Memperhatikan kehamilan
Bagi ibu hamil yang mengidap virus HIV tentu saja harus melindungi bayi dalam perutnya supaya tidak tertular virus tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah berkonsultasi dengan dokter supaya mendapatkan pengobatan yang efektif, aman bagi bayi dalam kandungan, serta memilih jenis persalinan yang tepat. Setelah melahirkan, seorang ibu juga tidak direkomendasikan menyusui untuk meminimalisir potensi terjadinya penularan virus HIV.
8. Melakukan edukasi
Edukasi mengenai HIV dan AIDS sangat penting untuk mencegah penyakit tersebut. Dengan edukasi, masyarakat akan lebih peduli pada kesehatan masing-masing maupun dengan pasangannya. Selain itu, mereka juga bisa mencegah terjadinya penularan virus HIV.
mgg/Hameda Rachma