Brilio.net - Situasi pandemi Covid-19 yang tengah terjadi saat ini mengharuskan semua orang harus lebih waspada dalam menjaga kesehatan. Terlebih lagi bagi yang sudah lanjut usia, tentu perlu menerapkan gaya hidup sehat yang mencakup kesehatan fisik maupun mental.
Selain sehat, memiliki tubuh bugar di usia lanjut juga jadi harapan dan impian. Kebugaran biasa ditandai dengan kondisi fisik yang prima. Beberapa kondisi yang menggambarkan tubuh bugar antara lain stamina tetap terjaga, tulang kuat, hingga tidak memiliki masalah persendian.
Selain selalu menjaga kesehatan, saat ini sangat penting bagi para lanjut usia (lansia) untuk melakukan berbagai kegiatan yang digemari. Dengan hobi atau kesenangan tersebut, diharapkan mereka akan senantiasa bahagia. Saat berbahagia, lansia akan lebih bersemangat melakukan berbagai aktivitas.
Hal ini pula yang dilakukan oleh para lansia di pedesaan. Mereka menerapkan gaya hidup sehat untuk membantu meningkatkan kebugaran.
Salah satunya adalah Sutiyem. Nenek berusia 85 tahun yang tinggal di Desa Ngasinan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang ini senantiasa menerapkan gaya hidup sehat. Salah satunya adalah dengan berkebun atau pergi ke sawah.
-
Rutin ke sawah
"Mbah hampir setiap hari pergi ke sawah. Soalnya sejak kecil sudah terbiasa ke sawah. Jadi rasanya senang kalau setiap hari melihat yang hijau-hijau. Biar sehat terus," ujar Sutiyem ketika ditemui brilio.net pada Minggu (6/12).
foto: brilio.net/Syifaul Qulubil
Selain pergi ke sawah, ibu dari sembilan anak ini rupanya juga memelihara berbagai hewan ternak sebagai hobi. Di depan ataupun di belakang rumahnya terdapat kambing, ayam, itik, hingga ratusan lele. Baginya, melihat hewan peliharaan dan ikan bisa menyenangkan hati.
"Sejak suami sudah meninggal, saya lebih sering menghabiskan waktu dengan hewan-hewan. Ini kan tinggal sama anak bungsu, dibuatkan kolam lele. Ada seratus lebih. Mbah punya kambing, ayam dan itik juga. Senang kalau lihat-lihat dan kasih makan. Selain main sama cucu, lihat hewan peliharaan juga bikin senang," imbuhnya.
-
Merawat tanaman sebagai hobi
Selain memiliki banyak hewan peliharaan, Sutiyem juga menyukai tanaman. Di depan rumahnya, terdapat tanaman cabai yang kerap ia sirami setiap pagi dan sore. Ada juga pohon kelengkeng yang sedang berbuah banyak.
foto: brilio.net/Syifaul Qulubil
"Menanam cabai biar nggak beli ke pasar. Ini ada juga pohon kelengkeng. Kalau berbuah tinggal dipetik dan dimakan. Buah kan sehat," paparnya sembari tersenyum.
Sutiyem tinggal di rumah bersama anak bungsu, menantu dan satu cucunya. Biasanya saat lebaran tiba, anak-anaknya yang berada di perantauan pulang kampung. Namun karena kondisi pandemi saat ini, si nenek memanfaatkan teknologi sebagai sarana komunikasi.
"Ada anak di Jakarta. Lebaran tidak pulang. Pakai HP Teguh (anaknya), telepon. Biar kangen terobati. Ya mau gimana lagi memang sedang seperti ini. Biasanya lebaran ramai-ramai. Masak-masak dan makan-makan bersama. Tahun ini berbeda," ucapnya.
Kendati demikian, nenek 85 tahun itu selalu bersyukur masih bisa diberi nikmat kesehatan hingga sekarang.
"Tapi mbah selalu bersyukur. Sehat terus. Masih bisa momong Dyandra (cucunya). Sehat alhamdulillah. Yang penting bergerak terus biar tidak bosan," tukasnya.
Gaya hidup sehat juga selalu diterapkan oleh seorang kakek bernama Ngatnin. Di usianya yang sudah menginjak 83 tahun, kakek asal Boyolali ini selalu aktif untuk melakukan berbagai kegiatan yang digemarinya. Salah satunya juga rutin pergi ke sawah.
"Iya sering. Mbah hampir lima hari dalam seminggu ke sawah. Tapi kalau pas lagi hujan terus, ya harus istirahat di rumah," papar ayah empat anak tersebut.
foto: brilio.net/Syifaul Qulubil
-
Sawah adalah suntikan semangat di hari tua
"Memang dari zaman dulu sudah pergi ke sawah. Suasana hati senang kalau pergi ke sawah. Ya mau bagaimana lagi, hal yang bisa dilakukan itu. Tidak pernah jalan-jalan ke kota. Ke sawah sudah cukup. Mbah juga masah bantu-bantu menanam padi, mencabuti rumput liar, menyebar pupuk dan lain-lain," imbuhnya.
"Ya nanti itu kalau panen berasnya juga dimakan sendiri. Tidak perlu beli. Kadang anak-anak juga dikasih. Senang lah sudah tua, tapi saya tidak menyusahkan," terangnya.
-
Makan sayur dan buah-buahan
Selain itu, Ngatnin juga menerapkan pola makan sehat dan teratur. Sayur dan buah-buahan selalu jadi prioritas makanan utamanya.
"Makan sayur dan buah terus. Di sawah juga menanam terong, singkong, banyak lah. Nanti daun singkong dibuat sayur sama anak saya. Kan saya sudah nggak punya istri. Sudah meninggal sejak puluhan tahun lalu. Jadi dimasakkan anak saya yang tinggal di sebelah rumah. Sering saya bawakan sayur-sayuran dari sawah biar dimasak," ucapnya.
Ngatnin juga menuturkan, menjadi ayah tunggal sejak dulu membuat ia terbiasa mandiri. Ia tidak ingin merepotkan orang lain selagi ia mampu melakukannya sendiri.
"Sudah ditinggal mbok wedok (istri) lama sekali, sejak anak saya masih SD atau TK. Jadi saya membesarkan empat anak sendiri. Terbiasa kerja dari dulu. Sampai sekarang makanya saya ndak bisa kalau harus diam di rumah. Kan kalau bergerak terus juga sehat. Keluar keringat. Saya juga setiap hari masih aktif jadi imam masjid di musala. Dulu sempat habis maghrib jadi guru ngaji. Sekarang sudah capek," timpalnya.
foto: brilio.net/Syifaul Qulubil
Di rumahnya, Ngatnin juga memelihara banyak ayam sebagai hobi. Ia juga menuturkan, saat ada acara tertentu, ayam tersebut bisa disembelih dan dimasak tanpa harus membeli ayam yang ada di pasar.
"Saya punya banyak ayam, 20-an lebih ada. Campur-campur ada jago dan ayam babon. Biasanya kalau ada acara pengajian atau bancakan (selamatan), tinggal pilih mana yang mau dimasak. Soalnya ayam yang ada di pasar itu kan sudah di suntik-suntik. Nggak enak. Lebih suka ayam Jawa. Sehat. Sebenarnya dulu saya punya kuda dan sapi. Cari rumput terus dulu. Tapi sudah dijual. Tinggal punya ayam saja. Saya senang kalau lihat ayam banyak. Bikin nggak stres juga," kata Ngatnin.
Saat ditanya apakah sering bepergian ke luar, Ngatnin mengaku jika dirinya memang jarang ke mana-mana. Ia lebih suka berada di rumah.
"Tidak pernah pergi-pergi. Sejak muda saya tidak pernah pergi ke kota-kota. Paling jauh ke pasar. Sekarang tidak berani ke pasar karena ada corona. Takut saya. Di rumah sajalah. Ke sawah sudah bahagia. Kalau sholat Jumat di masjid besar saya juga pakai masker," ungkapnya.
Bagi Ngatnin, menjalani masa tua itu sebenarnya mudah. Selalu melakukan hal-hal positif dan memiliki hobi bisa membuatnya terhindar dari stres dan kebosanan. Terlebih lagi di masa pandemi seperti ini, ia sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.
Aktif di masa tua juga dilakukan oleh kakek bernama Zaenudin. Walau sudah berusia 68 tahun, ia hampir setiap hari berkeliling antar dusun untuk berjualan cilok buatannya. Kakek asal Boyolali ini istikamah menaiki sepedanya sebagai alat transportasi sehari-hari.
foto: brilio.net/Syifaul Qulubil
"Berjualan cilok sudah dari dulu. Ini cilok juga buatan sendiri. Sebenarnya sudah disuruh istirahat saja. Tapi saya senang, jadi jualan sampai sekarang," ungkapnya.
-
Bersepeda sebagai kegiatan olahraga
Zaenudin meyakini, berjualan sambil naik sepeda membuatnya tetap bugar di masa tua.
"Saya juga jualannya tidak jauh-jauh. Yang penting bisa naik sepeda sambil lihat anak-anak makan cilok buatan saya, sudah senang. Sehat olahraga keluar keringat. Saya suka naik sepeda dari dulu soalnya," ujar Zaenudin.
Saat berbahagia, lansia akan lebih bersemangat melakukan berbagai aktivitas. Hal ini, secara langsung dan tidak langsung dapat membantu meningkatkan kebugaran karena mereka tetap aktif bergerak dan mengurangi risiko gangguan kesehatan. Para lansia pedesaan ini pun dapat menjalani hari yang menyenangkan.
"Sudah tua. Mbah sudah tidak ingin apa-apa. Dibuat senang terus saja setiap hari," pungkas Zaenudin sambil tersenyum lebar.
Recommended By Editor
- Mengenang Prof Iwan sosok santun dan ulet, berpulang karena Covid-19
- Cerita Sultan HB X tolak pakai pusaka Kyai Tunggul Wulung usir corona
- Berkah di balik wabah, penjual masker ini bisa raup omzet Rp 100 juta
- Mereka yang mengaku sehat luar dalam dengan olahraga yoga saat pandemi
- Dong So, inovasi wastafel otomatis pertama Indonesia karya anak Bantul