Brilio.net - Kesehatan ginjal menjadi aspek penting yang sering kali diabaikan. Banyak yang beranggapan bahwa dengan cukup mengonsumsi air putih, sudah menjaga kesehatan ginjal padahal tidak hanya itu saja. Pada prinsipnya, air memiliki peran krusial dalam proses penyaringan racun hingga limbah dari tubuh.

Namun, meskipun telah berupaya dengan rutin minum air, banyak orang masih mengalami masalah ginjal. Lantas hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengapa kondisi ini masih bisa terjadi? Bila ditelusuri lebih dalam, masalah ginjal tidak hanya dipengaruhi oleh jarang minum air. Akan tetapi ada berbagai faktor lainnya yang bisa memicu penyakit ini, meski sudah rutin minum air putih.

Misalnya saja penyakit seperti diabetes dan hipertensi, yang dikenal sebagai silent killer, dapat merusak fungsi ginjal tanpa gejala yang jelas. Selain itu, pola makan yang tidak sehat seperti konsumsi garam maupun gula berlebihan sekaligus gaya hidup yang tidak aktif, turut menjadi penyebab yang sering kali diabaikan.

Meskipun cukup cairan sangat penting, hal ini saja tidak cukup untuk melindungi ginjal dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Penting untuk memahami bahwa kesehatan ginjal menjadi hasil dari kombinasi berbagai elemen, termasuk pola makan, aktivitas fisik, hingga manajemen kondisi medis.

Oleh karena itu, mengetahui penyebab masalah ginjal meskipun sudah minum air putih secara teratur menjadi langkah awal yang krusial untuk menjaga kesehatan ginjal. Supaya lebih peduli pada kesehatan ginjal, yuk simak ulasan lengkap penyebab alami masalah ginjal meski sudah minum air putih secara teratur, brilio.net sadur dari berbagai sumber, Rabu (2/10)

Penyebab masih alami masalah ginjal padahal rutin minum air putih.

Sudah minum air putih secara teratur tapi masih alami masalah ginjal © 2024 freepik.com

Sudah minum air putih secara teratur tapi masih alami masalah ginjal
freepik.com/stefamerpik

1. Faktor genetik dan keturunan

Faktor genetik dan keturunan memainkan peran penting dalam risiko seseorang mengalami masalah ginjal. Beberapa kondisi ginjal memiliki komponen genetik yang kuat, seperti penyakit ginjal polikistik (PKD) - kelainan genetik yang menyebabkan tumbuhnya kista-kista berisi cairan di ginjal, yang dapat mengganggu fungsi ginjal dari waktu ke waktu.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Society of Nephrology menunjukkan bahwa sekitar 10% dari semua kasus penyakit ginjal kronis memiliki dasar genetik. Studi ini mengidentifikasi lebih dari 50 gen yang terkait dengan berbagai bentuk penyakit ginjal.

Selain itu, riwayat keluarga dengan masalah ginjal juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi serupa. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Clinical Journal of the American Society of Nephrology menemukan bahwa individu dengan riwayat keluarga penyakit ginjal kronis memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi tersebut.

2. Penyakit autoimun

Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuh sendiri, termasuk ginjal. Beberapa penyakit autoimun yang dapat mempengaruhi ginjal antara lain lupus nefritis, glomerulonefritis, hingga vaskulitis.

Lupus nefritis, misalnya, yakni komplikasi serius dari lupus eritematosus sistemik (SLE) yang dapat menyebabkan peradangan maupun kerusakan pada ginjal. Menurut Lupus Foundation of America, sekitar 60% pasien lupus akan mengalami lupus nefritis, yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal jika tidak ditangani dengan tepat.

Sementara itu, pada glomerulonefritis yakni peradangan pada glomeruli, unit penyaring di ginjal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai penyakit autoimun dan dapat mengakibatkan kerusakan ginjal progresif. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Nature Reviews Nephrology menunjukkan bahwa glomerulonefritis jadi penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir di banyak negara.

3. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi jadi salah satu penyebab utama masalah ginjal, bahkan jika seseorang sudah minum air putih secara teratur. Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk yang ada di ginjal.

Menyadur dari Journal of the American Heart Association menunjukkan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dapat mempercepat penurunan fungsi ginjal hingga dua kali lipat dibandingkan dengan individu yang memiliki tekanan darah normal.

American Heart Association melaporkan bahwa sekitar 1 dari 3 orang dewasa di Amerika Serikat menderita hipertensi, dan banyak di antaranya tidak menyadari kondisi mereka. Hal ini menekankan pentingnya pemeriksaan tekanan darah rutin sekaligus manajemen hipertensi yang tepat untuk melindungi kesehatan ginjal.

4. Diabetes

Diabetes menjadi penyebab utama penyakit ginjal di banyak negara. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, sehingga mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah dengan efektif.

Menurut American Diabetes Association, sekitar 20-40% pasien dengan diabetes akan mengembangkan nefropati diabetik, suatu bentuk kerusakan ginjal yang disebabkan oleh diabetes. Sebuah studi jangka panjang yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menemukan bahwa kontrol gula darah yang ketat dapat mengurangi risiko komplikasi mikrovaskular, termasuk nefropati, hingga 25%.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun minum air putih secara teratur sangat penting untuk kesehatan ginjal, hal itu saja tidak cukup untuk mencegah kerusakan ginjal pada penderita diabetes. Manajemen diabetes yang komprehensif, termasuk kontrol gula darah, diet seimbang, dan gaya hidup sehat, sangat penting untuk melindungi fungsi ginjal.

5. Infeksi berulang

Infeksi saluran kemih (ISK) yang berulang atau kronis dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dari waktu ke waktu. Meskipun minum banyak air dapat membantu mencegah ISK, beberapa orang mungkin masih rentan terhadap infeksi berulang karena berbagai faktor.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Medicine menunjukkan bahwa wanita yang mengalami tiga atau lebih ISK dalam setahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah ginjal di kemudian hari. Penelitian ini juga menemukan bahwa infeksi yang mencapai ginjal (pielonefritis) dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal yang permanen.

Selain itu, infeksi sistemik yang parah, seperti sepsis, juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal akut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Critical Care Medicine menunjukkan bahwa hingga 60% pasien dengan sepsis berat mengalami cedera ginjal akut, yang dapat berkembang menjadi masalah ginjal kronis jika tidak ditangani dengan tepat.

6. Obstruksi saluran kemih

Obstruksi atau penyumbatan pada saluran kemih dapat menyebabkan masalah ginjal serius, bahkan jika seseorang minum cukup air. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti batu ginjal, pembesaran prostat, hingga tumor.

Melansir riset dari American Journal of Kidney Diseases menunjukkan bahwa obstruksi saluran kemih yang berkepanjangan dapat menyebabkan hidronefrosis (pembengkakan ginjal) dan akhirnya mengakibatkan kerusakan ginjal permanen. Studi ini menemukan bahwa sekitar 10% kasus penyakit ginjal kronis disebabkan oleh obstruksi saluran kemih.

Batu ginjal, meskipun sering dikaitkan dengan dehidrasi, juga dapat terbentuk karena faktor lain seperti diet tinggi oksalat maupun kondisi genetik tertentu. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Nature Reviews Urology menunjukkan bahwa sekitar 10% orang akan mengalami batu ginjal setidaknya sekali dalam hidup, serta risiko kambuh dalam 5 tahun mencapai 50% jika tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan.

7. Paparan toksin lingkungan

Paparan jangka panjang terhadap toksin lingkungan tertentu dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meskipun seseorang minum air putih secara teratur. Toksin ini dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk polusi udara, air yang terkontaminasi, atau paparan zat berbahaya di tempat kerja.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Environmental and Public Health menunjukkan bahwa paparan kronis terhadap logam berat seperti kadmium, timbal, dan merkuri dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis. Penelitian ini menemukan bahwa individu yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi untuk mengalami penurunan fungsi ginjal dibandingkan mereka yang tinggal di daerah dengan polusi rendah.

Selain itu, penggunaan jangka panjang beberapa obat tertentu, seperti obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) ataupun beberapa antibiotik, juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Sebuah studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa penggunaan NSAID jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis hingga 50%.