Brilio.net - Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, gender, atau status sosial. Baru-baru ini Aliando Syarief menjadi perbincangan publik karena kesulitannya mencari pasangan akibat OCD yang dideritanya.
Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Selasa (13/8), Aliando mengungkapkan bahwa OCD-nya membuatnya sulit untuk menjalin hubungan romantis. Dia merasa bahwa kebiasaan-kebiasaan yang timbul akibat OCD membuatnya kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam konteks hubungan asmara.
Kasus Aliando ini menjadi sorotan publik dan membuka mata kita bahwa OCD bukan hanya masalah sepele, melainkan gangguan yang dapat berdampak signifikan pada kehidupan seseorang. Lantas, apa sebenarnya OCD itu? Bagaimana cara mengenalinya, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?
Nah, untuk tahu lebih mendalam, kamu bisa simak ulasannya berikut ini, seperti dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (13/8), berikut selengkapnya.
Pengertian OCD
OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya pikiran yang berulang dan tidak diinginkan (obsesi) serta dorongan kuat untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang (kompulsi). Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika (APA), OCD dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia dan latar belakang.
Orang dengan OCD sering merasa terjebak dalam siklus pikiran dan perilaku yang tidak terkendali. Mereka mungkin menyadari bahwa pikiran atau tindakan mereka tidak masuk akal, namun merasa tidak berdaya untuk menghentikannya. Akibatnya, OCD dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Penting untuk diingat bahwa OCD bukan hanya tentang kerapian atau perfeksionisme yang berlebihan. Gangguan ini jauh lebih kompleks dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, mulai dari pekerjaan, hubungan sosial, hingga kesehatan mental secara keseluruhan.
Penyebab OCD pada seseorang
Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), gejala OCD biasanya muncul secara bertahap dan dapat bervariasi dalam intensitasnya dari waktu ke waktu. Beberapa orang mungkin mengalami gejala ringan yang hanya sedikit mengganggu rutinitas mereka, sementara yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih parah yang sangat menghambat kehidupan sehari-hari.
Meskipun penyebab pasti OCD masih belum sepenuhnya dipahami, para ahli percaya bahwa ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan gangguan ini. Menurut Mayo Clinic, faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa OCD dapat diturunkan dalam keluarga. Jika kamu memiliki anggota keluarga dekat dengan OCD, kamu mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan ini.
2. Ketidakseimbangan kimia otak
Ketidakseimbangan neurotransmitter, terutama serotonin, diduga berperan dalam perkembangan OCD. Serotonin adalah zat kimia otak yang berperan penting dalam mengatur suasana hati dan kecemasan.
3. Stres dan trauma
Pengalaman hidup yang penuh tekanan atau traumatis juga dapat memicu atau memperparah gejala OCD pada individu yang rentan.
Kebiasaan yang tanpa disadari adalah gejala OCD
Tanpa disadari, beberapa kebiasaan sehari-hari yang sering dianggap normal ternyata bisa menjadi tanda-tanda OCD. Berikut adalah 5 kebiasaan yang mungkin merupakan gejala OCD:
1. Mencuci tangan berlebihan
Meskipun kebersihan itu penting, jika kamu merasa terdorong untuk mencuci tangan berulang kali hingga kulit menjadi kering dan pecah-pecah, ini bisa jadi tanda OCD. Menurut International OCD Foundation, kebiasaan ini sering dipicu oleh ketakutan berlebihan terhadap kuman atau kontaminasi.
2. Memeriksa sesuatu berulang kali
Apakah kamu selalu merasa harus memeriksa apakah pintu sudah terkunci atau kompor sudah dimatikan berkali-kali sebelum pergi? Perilaku ini bisa menjadi tanda OCD jika dilakukan secara berlebihan dan mengganggu rutinitas normal.
3. Menata barang dengan sangat spesifik
Merapikan barang memang baik, tetapi jika kamu merasa sangat terganggu jika benda-benda tidak dalam posisi yang "sempurna" menurut standarmu, ini bisa jadi tanda OCD. Anxiety and Depression Association of America (ADAA) menyebutkan bahwa kebutuhan akan simetri dan keteraturan yang ekstrem adalah gejala umum OCD.
4. Mengulang kata atau frasa dalam hati
Jika kamu sering merasa terdorong untuk mengulang kata-kata atau frasa tertentu dalam pikiranmu untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi, ini bisa menjadi tanda OCD. Menurut NIMH, ritual mental seperti ini adalah bentuk umum dari kompulsi OCD.
5. Menghindari angka atau warna tertentu
Beberapa orang dengan OCD mungkin memiliki kepercayaan tidak rasional tentang angka atau warna "baik" dan "buruk". Jika kamu merasa harus menghindari angka atau warna tertentu dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa jadi tanda OCD.
Cara efektif mengatasi gejala OCD
Tanpa disadari, beberapa kebiasaan sehari-hari yang sering dianggap normal ternyata bisa menjadi tanda-tanda OCD. Berikut adalah 5 kebiasaan yang mungkin merupakan gejala OCD:
Jika kamu mengenali beberapa kebiasaan di atas pada dirimu atau orang terdekatmu, jangan panik. Ada beberapa cara efektif untuk mengatasi gejala OCD:
1. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT)
Menurut American Psychological Association (APA), CBT adalah salah satu metode paling efektif untuk mengatasi OCD. Terapi ini membantu kamu mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan menggantinya dengan yang lebih adaptif.
2. Exposure and Response Prevention (ERP)
Sebagai bagian dari CBT, ERP melibatkan paparan bertahap terhadap situasi yang memicu obsesi, sambil mencegah respons kompulsif. Teknik ini telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi gejala OCD.
3. Mindfulness dan meditasi
Praktek mindfulness dapat membantu kamu mengelola pikiran obsesif dengan lebih baik. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Psychiatric Research menunjukkan bahwa meditasi mindfulness dapat mengurangi gejala OCD secara signifikan.
4. Konsultasi dengan profesional kesehatan mental
Jika gejala OCD mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat dan merekomendasikan rencana perawatan yang sesuai, yang mungkin termasuk kombinasi terapi dan, jika diperlukan, obat-obatan.
Penting untuk diingat bahwa OCD adalah gangguan yang dapat dikelola dengan baik dengan bantuan yang tepat. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala OCD, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Dengan pemahaman yang lebih baik dan penanganan yang tepat, orang dengan OCD dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat dan memuaskan.
Recommended By Editor
- Putus rantai thalasemia dengan mendeteksi sejak dini, kenali ciri dan cara mengatasinya
- Bisa dicegah meski sudah menopause, ini 7 Cara mencegah osteoporosis pada wanita
- 31 Penyakit ini dirilis WHO berpotensi jadi wabah pandemi baru di dunia, wajib waspada
- Tak hanya jaga pola makan, ini 8 cara jitu menurunkan kadar kolesterol
- Jangan asal konsumsi, 9 buah ini dapat membahayakan penderita asam urat
- Waspadai sebelum terlambat, 6 kebiasaan ini dapat tingkatkan risiko virus HPV