Brilio.net - Tak sedikit orang yang menganggap bahwa gaya hidup sehari-hari yang dijalani tidak memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan jangka panjang. Padahal, kebiasaan yang dijalani setiap hari sangat berpengaruh pada kondisi tubuh.

Kebiasaan-kebiasaan yang tampak sepele, seperti cara beristirahat, pola makan, hingga aktivitas fisik, seringkali diabaikan. Namun, berbagai kebiasaan ini ternyata bisa berkontribusi pada risiko kematian dini. Kematian dini merujuk pada kondisi di mana seseorang meninggal lebih cepat dari usia harapan hidup rata-rata.

Kematian dini ini biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gaya hidup, kondisi kesehatan, atau lingkungan. Pada umumnya, kematian dini terjadi sebelum usia yang dianggap cukup tua, yang sering kali disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah, seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, atau kecelakaan.

Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa perubahan kecil dalam kebiasaan sehari-hari dapat memberikan dampak besar pada kesehatan. Dengan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang tampak sepele, kamu dapat mencegah risiko kesehatan yang lebih serius di masa depan.

Berikut ini ulasan lengkap 7 kebiasaan ini dapat tingkatkan kematian dini, yang disadur brilio.net dari berbagai sumber, Selasa (8/10).

Kebiasaan ini dapat tingkatkan kematian dini

Kebiasaan ini dapat tingkatkan kematian dini  2024 freepik.com

Kebiasaan ini dapat tingkatkan kematian dini
freepik.com

1. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang paling berbahaya dan dapat meningkatkan risiko kematian dini secara signifikan. Rokok mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia berbahaya, termasuk tar, nikotin, maupun karbon monoksida. Kebiasaan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti:

- Kanker paru-paru dan berbagai jenis kanker lainnya
- Penyakit jantung dan pembuluh darah
- Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK)
- Stroke
- Diabetes tipe 2

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Medicine pada 2015, perokok memiliki risiko kematian dini 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok. Penelitian ini melibatkan lebih dari 200.000 orang di Australia selama lebih dari 6 tahun. Studi tersebut juga menemukan bahwa perokok kehilangan rata-rata 10 tahun dari harapan hidup mereka.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society dan dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine pada 2013 menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk meninggal pada usia muda dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok.

2. Konsumsi alkohol berlebihan

Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius. Walaupun beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah moderat mungkin memiliki manfaat untuk kesehatan jantung, minum berlebihan justru berpotensi memperpendek umur. Alkohol dapat merusak hati, menyebabkan penyakit sirosis, dan meningkatkan risiko kanker, terutama kanker hati, mulut, serta tenggorokan.

Menurut World Health Organization (WHO), alkohol berlebihan menyebabkan sekitar 3 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia. Alkohol juga dapat memengaruhi kesehatan mental, memperburuk kondisi kecemasan, sekaligus meningkatkan risiko kecelakaan fatal akibat penurunan refleks maupun kemampuan pengambilan keputusan. Membatasi konsumsi alkohol atau berhenti total adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang.

3. Kurang aktivitas fisik

Gaya hidup sedentari atau kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama untuk berbagai penyakit kronis yang dapat meningkatkan risiko kematian dini. Beberapa dampak negatif dari kurangnya aktivitas fisik meliputi:

- Peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
- Obesitas
- Diabetes tipe 2
- Osteoporosis
- Depresi dan gangguan mental lainnya

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 2016 menganalisis data dari lebih dari 1 juta orang yang menemukan bahwa aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi risiko kematian dini hingga 28%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bahkan aktivitas fisik dengan intensitas rendah hingga sedang dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan.

Studi lain yang dilakukan oleh peneliti dari National Cancer Institute dan dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology pada 2018 menemukan bahwa orang yang duduk lebih dari 6 jam per hari memiliki risiko kematian dini 19% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang duduk kurang dari 3 jam per hari.

4. Pola makan tidak sehat

Pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi tinggi makanan olahan, gula tambahan, dan lemak jenuh, serta rendah sayuran, buah-buahan, maupun serat, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis sekaligus memicu kematian dini. Dampak negatif dari pola makan tidak sehat meliputi:

- Obesitas
- Penyakit jantung dan pembuluh darah
- Diabetes tipe 2
- Beberapa jenis kanker
- Gangguan pencernaan

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 2019 menganalisis data dari 195 negara dan menemukan bahwa pola makan yang buruk bertanggung jawab atas 1 dari 5 kematian di seluruh dunia. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi rendah buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, maupun tinggi natrium menjadi faktor risiko utama untuk kematian dini.

Studi lain yang dilakukan oleh peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health dan dipublikasikan dalam jurnal Circulation pada 2018 menemukan bahwa orang yang mengikuti pola makan sehat (seperti pola makan Mediterania) memiliki risiko kematian dini 20% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki pola makan tidak sehat.

5. Kurang tidur atau gangguan pola tidur

Kebiasaan kurang tidur atau tidur dengan pola yang tidak teratur juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi kematian dini. Tidur yang cukup, antara 7-9 jam per malam, penting untuk regenerasi tubuh dan menjaga keseimbangan hormon. Kurang tidur kronis dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon stres seperti kortisol, yang pada akhirnya mempengaruhi tekanan darah serta sistem metabolisme tubuh.

Penelitian yang diterbitkan di European Heart Journal mengungkapkan bahwa individu yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, stroke, hingga diabetes. Selain itu, pola tidur yang buruk dapat memengaruhi kemampuan kognitif dan memperburuk kesehatan mental, meningkatkan risiko depresi sekaligus kecemasan. Mengatur waktu tidur yang konsisten serta memastikan tidur berkualitas sangat penting untuk mencegah dampak kesehatan jangka panjang.

Beberapa dampak negatif dari kurang tidur meliputi:

- Peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
- Gangguan metabolisme dan peningkatan risiko obesitas
- Penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh
- Gangguan kognitif dan peningkatan risiko penyakit Alzheimer
- Peningkatan risiko depresi dan gangguan mental lainnya

6. Stres kronis

Stres kronis yang tidak terkelola dengan baik dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan fisik maupun mental, serta meningkatkan risiko kematian dini. Beberapa dampak negatif dari stres kronis meliputi:

- Peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
- Penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh
- Gangguan pencernaan
- Depresi dan gangguan kecemasan
- Penurunan kualitas hidup secara keseluruhan

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE pada 2020 menganalisis data dari lebih dari 100.000 orang di Inggris dan menemukan bahwa stres kronis yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini sebesar 27%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa stres kronis memiliki dampak yang lebih besar pada kematian dini dibandingkan dengan faktor risiko tradisional seperti merokok serta konsumsi alkohol.

Studi lain yang dilakukan oleh peneliti dari Harvard Medical School dan dipublikasikan dalam Journal of the American Heart Association pada 2019 menemukan bahwa orang dengan tingkat stres yang tinggi memiliki risiko 37% lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung serta stroke.

7. Duduk terlalu lama

Kebiasaan duduk terlalu lama, terutama di era digital saat ini, menjadi masalah yang semakin umum. Duduk dalam waktu yang lama tanpa bergerak, misalnya saat bekerja di depan komputer atau menonton televisi, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit. Bahkan bagi mereka yang rutin berolahraga, duduk terlalu lama tetap berdampak negatif pada kesehatan.

Riset yang diterbitkan di Annals of Internal Medicine menunjukkan bahwa duduk lebih dari 8 jam sehari dapat meningkatkan risiko kematian dini hingga 20%. Ketika duduk dalam waktu lama, sirkulasi darah melambat, otot-otot menjadi kurang aktif, dan metabolisme tubuh menurun, yang menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, obesitas, hingga diabetes. Mengurangi waktu duduk dengan berdiri, berjalan, atau bergerak secara teratur sangat dianjurkan untuk mencegah dampak buruk ini.