Brilio.net - Pandemi Covid-19 juga berdampak pada kesehatan bayi. Pasalnya, selama ini beredar isu yang menyebutkan jika ibu hamil dan menyusui menerima vaksin maka akan berpotensi menularkan Covid-19.
Selain itu ada juga yang mengatakan jika memberikan ASI di masa pandemi bisa berdampak pada si bayi. Akibatnya, sebagian ibu yang harusnya menyusui anaknya justru malah membuang ASI mereka. Padahal, semua isu tersebut tidak benar alias hoaks dan sangat menyesatkan.
"Sering sekali ibu-ibu mengeluh pada tenaga kesehatan karena berita yang mereka peroleh merupakan hoaks. Padahal justru pemberian ASI bisa membantu keduanya untuk pulih dari gejala covid-19 dengan cepat,” ujar Founder and Chairman Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dalam acara virtual terkait Pekan Pekan ASI Sedunia yang mengangkat tema Lindungi ASI Tanggungjawab Bersama baru-baru ini.
Founder and Chairman Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK memberikan edukasi melalui video (instagram @ray.w.basrowi)
Menyedihkannya lagi, setelah Ray dan tim dokter HCC melakukan penelitian melalui survei yang dilakukan selama periode Februari–Mei 2021 pada sekitar 1000 tenaga kesehatan layanan primer yang bekerja di Puskesmas serta 17% bidan praktik mandiri dari 22 provinsi di Indonesia, ditemukan fakta yang mengejutkan.
Sekitar 42% nakes mengakui tidak ada ketersediaan informasi tentang menyusui yang aman selama masa pandemi di fasilitas kesehatan mereka bertugas. Selain itu 64% fasilitas kesehatan primer tidak punya fasilitas menyusui khusus pasien Covid-19.
Disamping itu, berdasarkan penelitian tersebut juga terungkap, hampir 50% pasien ibu hamil dan menyusui memutuskan mengurangi jumlah kunjungan serta posyandu dan puskesmas mengurangi pelayanan ibu hamil dan menyusui.
“Akibatnya kesempatan konseling laktasi terganggu. Ini bisa akibatkan ibu menyusui gagal ASI eksklusif. Penelitian ini membuktikan peran tenaga kesehatan sangat kritikal dalam keberhasilan menyusui,” kata Ray yang aktif melakukan edukasi daring lewat akun instagram @ray.w.basrowi ini.
Karena itu menurut Ray sangat penting memberikan modul pelatihan laktasi dimasa pandemi dan juga modul pelatihan infodemik. Tujuannya agar para ibu bisa terhindar dari bahaya hoaks yang mengancam keakuratan informasi yang tersebar di internet.
“Dengan memperluas pelayanan ibu menyusui, jika memungkinkan dibuatkan posyandu daring. Mungkin juga bisa menggunakan aplikasi khusus karena sudah banyak instrumen online yang bisa diupayakan,” ungkap Ray.
Menurutnya, saat ini perlu inovasi fasilitas pelayanan dan konseling yang harusnya lebih bersahabat untuk ibu dan bayi. Selain itu, di era keterbukaan informasi seperti sekarang semua pihak sangat disarankan dapat membungkam hoaks yang memengaruhi kelangsungan pemberian ASI Ekslusif selama masa krusial 1000 hari pertama.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya ibu hamil dan menyusui juga harus mulai ditanggapi dengan serius. Sebab, sulitnya akses langusung untuk para ibu dan nakes mengenai pelatihan laktasi ini membuat upaya mempertahankan pemberian ASI Eksklusif terganggu.
Hoaks menjadi halangan untuk ibu bisa percaya dengan nakes. Mereka justru lebih percaya broadcast whatsapp dan artikel yang tidak jelas sumbernya. Sekarang ini sudah saatnya melawan hoaks dengan memberikan pelatihan infodemik untuk tenaga kesehatan dan jangan mengkspos narasumber yang tidak kredibel.
Recommended By Editor
- 11 Manfaat daun pepaya untuk ibu menyusui, pemenuhan gizi bayi
- 8 Makanan pelancar ASI, sehat, alami, dan mudah ditemukan
- Kaya akan nutrisi, 10 bahan makanan ini baik untuk MPASI
- 9 Fakta ASI dan menyusui, bikin bayi cepat tidur dan tak mudah sakit
- Perjuangan Rianti Cartwright menyusui bayinya yang dirawat di NICU