Brilio.net - Wabah mpox yang melanda Afrika telah menarik perhatian global dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan dunia. Penyakit menular ini, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, kini menyebar dengan cepat di beberapa negara Afrika.

Melansir dari AntaraNews kasus mpox telah terdeteksi di Afrika Selatan, Republik Demokratik Kongo, Rwanda, Burundi, Liberia, dan Ghana, demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC). Dan sejauh ini sebanyak 22 kasus telah dilaporkan di Afrika Selatan dengan total 3 kematian sejak wabah mulai merebak pada Mei 2024.

Sementara itu, menurut CDC, Republik Demokratik Kongo telah menyumbangkan 96,3% dari semua kasus dan 97% dari semua kematian yang telah dilaporkan tahun ini. Tercatat sebanyak 13.791 kasus penyakit tersebut dan 450 kematian terjadi pada sepanjang 2024.

Melihat potensi kasus yang besar di Afrika, bukan tidak mungkin jika wabah ini menular ke berbagai penjuru dunia. Oleh sebab itu, pentingnya pemahaman tentang penyebab wabah mpox dan proses penularannya menjadi sangat penting dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyebaran lebih lanjut.

Pada dasarnya wabah mpox merupakan virus mpox, anggota genus Orthopoxvirus yang juga mencakup virus cacar. Virus ini pertama kali ditemukan pada monyet di laboratorium penelitian pada 1958, namun dapat menginfeksi berbagai mamalia termasuk manusia.

Penularan dari hewan ke manusia (zoonosis) diyakini sebagai sumber utama wabah ini di Afrika, dengan hewan pengerat dan primata sebagai reservoir alami virus. Proses penularan mpox dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, cairan tubuh, atau lesi kulit penderita.

Penularan antar manusia juga dimungkinkan melalui droplet pernapasan, kontak dekat dengan lesi kulit, atau benda-benda yang terkontaminasi. Gejala awal mpox mirip dengan flu, diikuti oleh munculnya ruam khas yang berkembang menjadi lesi berisi cairan, menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyebaran yang lebih luas jika tidak segera ditangani.

Supaya lebih memahami apa itu wabah mpox ini, yuk simak ulasan di bawah ini! Brilio.net sadur dari berbagai sumber, Senin (5/8).

Penyebab wabah mpox.

Wabah mpox penyakit menular di Afrika © 2024 freepik.com

Wabah mpox penyakit menular di Afrika
freepik.com

Wabah mpox disebabkan oleh virus mpox, yang merupakan anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae. Virus ini termasuk dalam kelompok yang sama dengan virus cacar (smallpox), meskipun mpox umumnya menyebabkan penyakit yang lebih ringan.

Virus mpox pertama kali ditemukan pada 1958 dalam koloni monyet yang digunakan untuk penelitian, yang menjelaskan nama awalnya "monkeypox" atau cacar monyet. Namun, meskipun namanya mengacu pada monyet, reservoir alami virus ini sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai hewan pengerat dan primata di Afrika dapat menjadi inang virus ini.

Struktur genetik virus mpox terdiri dari DNA untai ganda yang relatif besar untuk virus, yang memungkinkannya untuk bereplikasi di dalam sitoplasma sel inang. Virus ini memiliki dua varian utama atau clade: clade Afrika Barat dan clade Cekungan Kongo (Afrika Tengah). Clade Cekungan Kongo umumnya dianggap lebih virulen serta telah menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi dalam wabah sebelumnya.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap munculnya wabah mpox meliputi:

a. Perubahan ekologi

Deforestasi maupun perubahan penggunaan lahan telah meningkatkan kontak antara manusia dan hewan liar yang mungkin membawa virus.

b. Penurunan kekebalan populasi

Penghentian vaksinasi cacar setelah pemberantasannya pada 1980 telah mengurangi kekebalan silang terhadap virus mpox pada populasi umum. Nggak heran jika manusia lebih mudah tertular penyakit ini.

c. Pergerakan populasi

Peningkatan perjalanan maupun migrasi telah memfasilitasi penyebaran virus ke daerah baru. Oleh sebab itu, jika kamu dalam perjalan ke daerah-daerah yang memiliki potensi penyakit tertentu wajib diwaspadai.

d. Perubahan iklim

Selain itu, perubahan pola cuaca dapat mempengaruhi distribusi dan perilaku hewan reservoir, sehingga berpotensi meningkatkan peluang kontak dengan manusia.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine pada 2022 menunjukkan bahwa virus mpox telah mengalami mutasi yang signifikan, yang mungkin berkontribusi pada peningkatan penularan antar manusia yang diamati dalam wabah terkini.

Proses penularan wabah mpox

Wabah mpox penyakit menular di Afrika © 2024 freepik.com

Wabah mpox penyakit menular di Afrika
freepik.com

Proses penularan mpox melibatkan beberapa rute yang telah diidentifikasi melalui penelitian epidemiologi maupun laboratorium. Pemahaman tentang proses penularan ini sangat penting untuk mengembangkan strategi pencegahan serta pengendalian penyakit yang lebih efektif.

a. Penularan dari hewan ke manusia (zoonosis):

- Kontak langsung: Virus dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit/mukosa hewan yang terinfeksi. Hal ini bisa terjadi saat berburu, memproses, atau mengonsumsi daging hewan liar yang terinfeksi.

- Gigitan atau cakaran: Hewan yang terinfeksi dapat menularkan virus melalui gigitan atau cakaran.

- Aerosol: Dalam beberapa kasus, penularan mungkin terjadi melalui inhalasi droplet yang dihasilkan oleh hewan yang terinfeksi, terutama dalam lingkungan tertutup seperti laboratorium atau fasilitas perawatan hewan.

b. Penularan antar manusia:

- Virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, atau droplet pernapasan dari orang yang terinfeksi. Ini termasuk kontak kulit-ke-kulit selama aktivitas seksual.

- Fomites yakni penularan dapat terjadi melalui benda-benda yang terkontaminasi seperti pakaian, seprai, atau peralatan medis yang telah bersentuhan dengan lesi atau cairan tubuh penderita.

- Transmisi vertikal yaitu virus dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke janin melalui plasenta, yang dikenal sebagai mpox kongenital.

c. Periode penularan:

- Masa inkubasi virus mpox biasanya berkisar antara 6 hingga 13 hari, tetapi dapat bervariasi dari 5 hingga 21 hari.

- Individu yang terinfeksi dianggap paling menular saat mereka mengalami gejala, terutama saat ruam muncul. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penularan mungkin terjadi selama fase prodromal (sebelum munculnya ruam).

- Penularan dapat berlanjut hingga semua lesi telah mengering dan keropeng telah terkelupas, yang biasanya memakan waktu 2-4 minggu.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan:

- Kepadatan populasi, di mana daerah dengan kepadatan penduduk tinggi memiliki risiko penularan yang lebih besar.

- Aktivitas yang melibatkan kontak dekat dengan banyak orang atau hewan liar dapat meningkatkan risiko penularan.

- Kurangnya akses ke layanan kesehatan dan diagnosis yang lambat dapat memperpanjang periode penularan dalam komunitas.