Brilio.net - Cacar api atau herpes zoster merupakan kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya ruam berisi cairan di permukaan kulit. Cacar api menjadi penyakit lanjutan dari cacar air akibat infeksi virus varisela. Baik cacar api dan cacar air keduanya berbeda walau memiliki gejala sama-sama sebabkan ruam kulit.
Melansir dari laman Antara News, Guru besar departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof, DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, menjelaskan bahwa ruam kulit akibat cacar api jauh lebih menyakitkan dari pada cacar air. Bahkan disebut-sebut lebih menyakitkan dari melahirkan.
Jika terkena cacar api bisa menimbulkan sensasi terbakar pada kulit yang ruam. Rasa terbakar menyerupai tersengat listrik. Selain itu, ada rasa nyeri yang bisa terus dirasakan dalam waktu yang cukup lama.
Lebih jauh dijelaskan, berdasarkan data epidemiologi terdapat 25-30 persen pasien cacar api bisa mengalami nyeri yang tak kunjung hilang. Nggak heran jika terkena cacar api bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Sementara itu, dijelaskan pula bahwa perempuan dan orang usia lanjut hampir 19% rentan terkena cacar api.
Virus cacar api sendiri menjadi infeksi ulang dari virus varisela yang menjadi penyebab utama cacar air. Apabila terinfeksi penyakit ini secara nggak langsung virus varisela zoster bisa bertahan di dalam tubuh dekat sel saraf. Kemudian bisa aktif kembali seiring bertambahnya usia seseorang.
Komplikasi penyakit cacar api cukup beragam mulai pneumonia, radang otak, atau sepsi dan sebagainya. Oleh karena itu, kamu perlu waspadai penyakit satu ini. Supaya lebih mengenali apa itu cacar api, penyebab, dan gejalanya. Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini, seperti brilio.net sadur dari berbagai sumber pada Kamis (25/7).
Apa itu cacar api?
foto: freepik.com
Cacar api adalah infeksi viral yang ditandai dengan ruam kulit yang menyakitkan dan melepuh, biasanya muncul dalam pola seperti sabuk atau garis pada satu sisi tubuh atau wajah. Infeksi ini terjadi ketika virus varicella-zoster yang dormant (tidak aktif) di saraf tubuh menjadi aktif kembali.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal "Clinical Microbiology Reviews" (2011) menunjukkan bahwa risiko terkena cacar api meningkat seiring bertambahnya usia, dengan sekitar 50% kasus terjadi pada orang berusia 60 tahun ke atas. Insiden cacar api di AS diperkirakan sekitar 4 kasus per 1000 orang per tahun.
Herpes zoster ini bisa menyebar melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi ruam berair. Bahkan bisa menyerang orang yang belum pernah mengalami cacar air juga bisa terinfeksi virus cacar api ini. Selain itu, bisa menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh si penderita seperti air liur, sekresi hidung, ataupun luka terbuka.
Penyebab cacar api.
foto: freepik.com
Infeksi cacar air disebabkan oleh virus varicella zoster yang juga jadi penyebab cacar air. Pada seseorang yang pernah mengidap cacar air, virus Varicella Zoster ini tidak hilang dari tubuh dan akan menetap pada sistem saraf, dasar tulang tengkorak, atau tulang belakang. Oleh sebab itu, cacar api kemungkinan besar dialami oleh orang yang sudah pernah terkena cacar air sebelumnya.
Umumnya, virus varicella zoster hanya berdiam di saraf tanpa menimbulkan gejala apapun sampai bertahun-tahun lamanya. Namun ada beberapa faktor yang membuat virus cacar api ini aktif kembali, meliputi:
- Bertambahnya usia.
- Melemahnya daya tahan tubuh.
- Orang yang terkena penyakit autoimun seperti HIV/AIDS, kanker, kemoterapi, atau bahkan akibat penggunaan obat imunosupresan usai transplantasi organ.
- Orang dengan riwayat stres berat.
- Mengalami cedera serius.
- Atau orang yang tidak memperoleh vaksin varicella.
Terlepas dari itu, belum diketahui secara pasti apa yang memicu virus varicella zoster aktif kembali dan menyebabkan penyakit cacar api. Akan tetapi, penurunan imun tubuh menjadi faktor utama yang diduga turut meningkatkan risiko seseorang mengalami herpes zoster atau cacar api.
Gejala cacar api.
foto: freepik.com
Ketika terkena cacar api, biasanya menimbulkan beberapa gejala secara bertahap, seperti:
1. Nyeri tajam lalu menjalar disertai dengan rasa panas seperti terbakar, kesemutan, dan gatal-gatal.
2. Bintil-bintil yang berkumpul lalu membentuk area memanjang. Biasanya muncul 1-5 hari setelah nyeri muncul.
3. Bintil tadi berkembang menjadi bintil merah yang berisi air. Bisa pecah dalam kurung waktu 3-4 hari usai kemunculan.
4. Lepuhan tadi menjadi luka berkerak lalu menghilang setelah 7-10 hari.
5. Umumnya ruam akan hilang dalam 3-4 minggu.
Selama berkembangnya penyakit ini, nyeri tetap bertahan, bahkan setelah ruam hilang. Nyeri umumnya akan bertambah parah seiring perkembangan penyakit.
Sementara itu, gejala cacar api hanya bisa terjadi pada satu sisi wajah atau badan. Umumnya menyerang beberapa area, diantaranya:
- Punggung
- Dada
- Pinggang
- Leher
- Dahi
- Pipi
- Kemungkinan bisa meluas ke area tubuh lain yang berjauhan dari lokasi awal. Namun, jarang terjadi.
Lebih jauh, cacar api tidak hanya menimbulkan ruam yang menyakitkan. Namun biasanya disertai gejala lain, misalnya:
- Sakit kepala
- Demam
- Menggigil
- Lelah yang tidak biasanya
- Sakit perut
Cara mencegah cacar api.
foto: freepik.com
Cara mencegah cacar api dapat dilakukan dengan beberapa cara, termasuk mengurangi risiko reaktivasi virus varicella-zoster. Meski begitu, tidak ada jaminan 100% untuk mencegah cacar api, adapun beberapa langkah yang bisa dilakukan, diantaranya:
1. Vaksinasi.
Vaksinasi merupakan langkah pencegahan paling efektif terhadap cacar api. Vaksin cacar api (shingles vaccine) dirancang khusus untuk mencegah reaktivasi virus varicella-zoster pada orang dewasa.
Ada dua jenis vaksin yang tersedia yakni Shingrix dan Zostavax. Shingrix, yang direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), adalah vaksin non-hidup yang diberikan dalam dua dosis dan memiliki efektivitas lebih dari 90% dalam mencegah cacar api pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Vaksin ini juga efektif untuk orang yang sebelumnya telah menerima Zostavax atau yang pernah mengalami cacar api.
2. Menjaga sistem kekebalan tubuh
Menjaga sistem kekebalan tubuh menjadi kunci dalam mencegah aktifnya kembali virus varicella-zoster. Hal bisa dilakukan dengan menjaga gaya hidup sehat yang dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan.
Pastikan tidur yang cukup dan berkualitas, karena kurang tidur dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, jangan lupa olahraga secara teratur, minimal 30 menit per hari selama lima hari dalam seminggu.
Aktivitas fisik membantu meningkatkan sirkulasi sel-sel kekebalan tubuh sekaligus mengurangi peradangan.
3. Menjaga pola makan sehat.
Pola makan sehat dan seimbang memainkan peran penting dalam menjaga sistem kekebalan tubuh. Konsumsi beragam buah maupun sayuran yang kaya akan antioksidan, vitamin, serta mineral. Fokus pada makanan yang kaya vitamin C (seperti jeruk, stroberi, paprika), vitamin E (seperti kacang-kacangan, biji-bijian), serta zinc (seperti daging tanpa lemak, kacang-kacangan).
Selain itu, yang nggak kalah penting batasi konsumsi makanan olahan maupun yang tinggi gula tambahan. Jenis makanan ini bisa melemahkan respons kekebalan tubuh.
4. Kelola stres
Stres sangat mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. Bila terlalu stres bisa meningkatkan risiko berbagai infeksi, termasuk cacar api. Jadi, sebaiknya jaga keseimbangan hidup agar tidak mudah stres.
Recommended By Editor
- Mengenal bahaya paparan BPA selama kehamilan, lengkap dengan tips pencegahannya
- Nggak melulu aman digunakan, ini 10 bahaya penggunaan aluminium foil untuk bungkus makanan
- PIN Polio adalah kegiatan memberikan vaksin pada anak, kenali prosedur dan manfaatnya
- 5 Olahraga yang aman dan mudah untuk penderita diabetes, lengkap dengan manfaatnya
- Mengenal bahaya jamur Rhodosporidiobolus fluvialis yang membunuh warga China