Brilio.net - Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai anjuran telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan global. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun jutaan orang meninggal dunia akibat infeksi yang tidak dapat diobati karena resistensi antibiotik.

Salah satu penyebab utama resistensi ini adalah konsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Di berbagai negara, praktik ini masih banyak dilakukan, baik karena kurangnya pengetahuan masyarakat atau akses yang mudah terhadap antibiotik tanpa pengawasan medis. Fenomena ini tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan individu, tetapi juga menimbulkan dampak jangka panjang yang mengancam keselamatan umat manusia.

Kasus kematian akibat resistensi antibiotik diperkirakan akan terus meningkat jika penggunaan obat ini tidak segera dikendalikan. Di Amerika Serikat saja, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa lebih dari 35.000 orang meninggal setiap tahun akibat infeksi yang resisten terhadap antibiotik.

Kondisi ini menjadi semakin mengkhawatirkan ketika kita melihat data global, di mana WHO memperkirakan bahwa pada 2050, resistensi antibiotik bisa menyebabkan 10 juta kematian per tahun jika tidak ada tindakan pencegahan yang serius. Angka-angka ini menegaskan bahwa penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya berdasarkan resep dokter.

Di Indonesia, praktik konsumsi antibiotik tanpa resep juga masih sering terjadi. Banyak orang yang percaya bahwa antibiotik adalah solusi cepat untuk berbagai jenis penyakit, dari flu biasa hingga infeksi ringan, tanpa menyadari bahaya yang mengintai di balik penggunaannya yang sembarangan.

Padahal, tanpa resep dokter, penggunaan antibiotik bisa menjadi bumerang bagi kesehatan. Tidak hanya menimbulkan resistensi, tetapi juga mengakibatkan berbagai efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Kesadaran akan bahaya ini perlu terus ditingkatkan, agar masyarakat memahami pentingnya mengikuti anjuran medis dalam penggunaan antibiotik.

Selain itu, menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan resistensi antimikroba telah merenggut nyawa 1,27 juta orang, dan jumlah ini semakin bertambah. Hal tersebut diakibatkan karena konsumsi obat antibiotik tanpa resep dokter. Tak tanggung-tanggung, total pengguna obat antibiotik tanpa resep sekitar 70 persen.

"Sekarang ternyata 70 persen antibiotik itu bisa didapatkan tanpa resep. Jadi orang beli di apotek terus dikasih sama apotekernya, disimpan di rumah tanpa penggunaan yang tepat. Kalau panas (demam) langsung minum antibiotik padahal panasnya itu bukan melulu disebabkan oleh mikroba, oleh bakteri, ujar Dante, dilansir brilio.net dari merdeka.com.

Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui apa saja bahayanya mengonsumsi antibiotik sembarangan tanpa resep dokter. untuk itu, brilio.net akan memberikan 10 bahayanya antibiotik tanpa resep bagi kesehatan yang dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (20/8).

10 Bahaya antibiotik tanpa resep bagi kesehatan

Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter telah menjadi masalah serius yang mengancam kesehatan global. Banyak orang masih menganggap antibiotik sebagai solusi cepat untuk berbagai penyakit, padahal konsumsi yang tidak sesuai anjuran dapat menimbulkan risiko besar, termasuk resistensi antibiotik yang mematikan. Tanpa pengawasan medis, antibiotik tidak hanya kehilangan efektivitasnya, tetapi juga bisa merusak organ vital seperti hati dan ginjal, serta menyebabkan infeksi berbahaya yang sulit diobati. Adapun bahayanya antibiotik tanpa resep dari kesehatan sebagai berikut:

1. Resistensi antibiotik

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Konsumsi antibiotik tanpa resep dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap pengobatan. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases oleh ONeill, J. (2016) dalam artikel "Tackling drug-resistant infections globally: Final report and recommendations," mengatakan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan resep dokter berkontribusi signifikan terhadap meningkatnya kasus resistensi bakteri. Resistensi ini membuat infeksi bakteri menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin diobati, meningkatkan risiko komplikasi serius dan kematian.

2. Infeksi berulang

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Mengonsumsi antibiotik tanpa panduan medis dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota di dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi berulang. Penelitian dalam jurnal Nature oleh Francino, M. P. (2016) dalam artikel "Antibiotics and the human gut microbiome: Dysbioses and accumulation of resistances" menunjukkan bahwa gangguan pada mikrobiota usus akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan patogen berbahaya lebih mudah berkembang biak, sehingga seseorang lebih rentan terhadap infeksi berulang.

3. Efek samping serius

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Antibiotik yang dikonsumsi tanpa resep dokter bisa menyebabkan efek samping yang serius, termasuk reaksi alergi yang parah, seperti anafilaksis. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology oleh Macy, E., & Contreras, R. (2014) dalam artikel "Health care use and serious infection prevalence associated with penicillin allergy in hospitalized patients: A cohort study," reaksi alergi terhadap antibiotik adalah salah satu penyebab umum rawat inap terkait obat. Tanpa pengawasan dokter, risiko efek samping meningkat.

4. Toksisitas organ

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan pada organ tertentu, seperti hati dan ginjal, terutama jika digunakan tanpa pengawasan medis. Artikel dalam American Journal of Kidney Diseases oleh Perazella, M. A. (2019) dalam artikel "Toxic nephropathy: Acute kidney injury caused by drugs" menyebutkan bahwa penggunaan antibiotik tertentu, seperti aminoglikosida, dapat menyebabkan nefrotoksisitas, yang dapat mengakibatkan kerusakan ginjal permanen.

5. Gangguan saluran pencernaan

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Penggunaan antibiotik tanpa resep juga dapat mengakibatkan gangguan pada saluran pencernaan, seperti diare dan kolitis. Jurnal Gastroenterology oleh Jernberg, C., Lfmark, S., Edlund, C., & Jansson, J. K. (2010) dalam artikel "Long-term ecological impacts of antibiotic administration on the human intestinal microbiota" melaporkan bahwa antibiotik dapat mengganggu flora normal usus, yang kemudian menyebabkan pertumbuhan berlebihan bakteri Clostridium difficile, penyebab utama kolitis pseudomembranosa, kondisi serius yang dapat berakibat fatal.

6. Gangguan sistem imun

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Antibiotik yang digunakan secara tidak benar dapat mengganggu fungsi sistem imun tubuh. Sebuah artikel dalam Frontiers in Immunology oleh Iwasaki, A., & Medzhitov, R. (2015) dalam artikel "Control of adaptive immunity by the innate immune system" menunjukkan bahwa antibiotik dapat mengurangi efektivitas respon imun alami tubuh terhadap infeksi, membuat tubuh lebih rentan terhadap serangan mikroorganisme patogen lainnya.

7. Pengaruh terhadap kehamilan dan janin

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Konsumsi antibiotik tanpa resep selama kehamilan dapat berbahaya bagi perkembangan janin. Menurut penelitian dalam jurnal Teratology oleh Padberg, S., Wacker, E., & Meister, R. (2014) dalam artikel "Teratogenicity of antibiotics commonly used during pregnancy," beberapa antibiotik dapat menyebabkan malformasi kongenital atau komplikasi kehamilan lainnya jika dikonsumsi tanpa konsultasi medis yang tepat.

8. Gangguan kesehatan mental

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Ada bukti yang menunjukkan bahwa antibiotik tertentu dapat mempengaruhi kesehatan mental, termasuk risiko depresi dan kecemasan. Sebuah studi dalam Journal of Clinical Psychiatry oleh Lurie, I., Yang, Y. X., Haynes, K., & Mamtani, R. (2015) dalam artikel "Antibiotic exposure and the risk for depression, anxiety, and psychosis: A nationwide study" menemukan hubungan antara penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol dengan peningkatan gejala gangguan mental. Ini terjadi karena antibiotik juga mempengaruhi mikrobiota usus, yang berperan penting dalam kesehatan mental.

9. Superinfeksi

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Penggunaan antibiotik tanpa pengawasan dapat menyebabkan superinfeksi, yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik yang telah digunakan. Artikel dalam Clinical Microbiology and Infection oleh Ventola, C. L. (2015) dalam artikel "The antibiotic resistance crisis: part 1: causes and threats" menyebutkan bahwa superinfeksi sering terjadi setelah penggunaan antibiotik spektrum luas yang tidak tepat, menyebabkan infeksi yang lebih sulit diobati dan berpotensi berbahaya.

10. Dampak lingkungan

 Waspada konsumsi antibiotik tanpa resep renggut nyawa jutaan orang di dunia freepik.com

foto: freepik.com

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, terutama karena residu antibiotik dapat masuk ke air dan tanah, mengakibatkan resistensi bakteri di lingkungan. Menurut studi dalam Environmental Health Perspectives oleh Kmmerer, K. (2009) dalam artikel "Antibiotics in the aquatic environment a review part I," residu antibiotik di lingkungan dapat menciptakan hotspot resistensi yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan ekosistem.