Brilio.net - Obesitas pada anak kini menjadi perhatian serius bagi banyak orang tua. Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik sering kali menjadi pemicunya. Menyadur dari laman paudpedia.kemendikbud.go.id, kini obesitas jadi masalah yang umum terjadi pada anak-anak saat ini.
Kondisi ini ternyata dapat menyebabkan efek negatif untuk kesehatan. Menurut WHO, obesitas menjadi salah satu penyebab kematian di seluruh dunia yakni sebesar 10,3%. Selanjutnya, berdasarkan data dari SSGI 2022, obesitas terjadi pada anak usia 5-12 tahun sebanyak 10,8% gemuk dan 9,2% alami obesitas. Hal ini berarti 1 dari 5 anak rentang usia tersebut mengalami obesitas karena kurang aktivitas fisik kurang lebih sebanyak 64,4%.
Gejala obesitas pada anak bisa tampak dari peningkatan berat badan yang signifikan bahkan kesulitan bergerak. Selain itu, anak yang obesitas lebih rentan terkena masalah kesehatan, seperti diabetes hingga tekanan darah tinggi. Mengenali tanda-tanda awal obesitas penting agar orang tua bisa mengambil tindakan lebih cepat.
Oleh karena itu, dengan pemahaman yang baik, orang tua bisa menjaga anak-anaknya agar tetap bugar sekaligus terhindar dari risiko obesitas. Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini yang dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (30/10).
Ciri obesitas pada anak.
foto: freepik.com/master1305
1. Anak dengan obesitas sering menunjukkan wajah yang tampak bulat dan pipi yang berisi, disertai bahu yang tampak lebih lebar atau berlapis.
2. Leher tampak pendek.
3. Perut terlihat buncit, akibat penumpukan lemak di area perut.
4. Paha bagian dalam pada anak obesitas cenderung saling menempel dan bergesekan, yang bisa mengakibatkan rasa tidak nyaman saat bergerak.
5. Anak laki-laki dengan obesitas mungkin memiliki dada yang tampak membusung dan sedikit membesar, dengan alat kelamin yang terlihat lebih kecil karena tertutup lemak.
6. Pada anak perempuan, pubertas dini dengan menstruasi sebelum usia 9 tahun.
Cara mencegah obesitas pada anak.
foto: freepik.com/freepik
1. Penerapan pola makan sehat sejak dini.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pola makan yang kaya nutrisi dan seimbang. Penelitian di Journal of Nutrition Education and Behavior menunjukkan bahwa anak-anak yang diperkenalkan dengan makanan sehat sejak usia 1-3 tahun memiliki risiko obesitas 45% lebih rendah. Beberapa praktik yang dianjurkan:
- Sajikan porsi sesuai usia anak
- Utamakan sayur dan buah warna-warni
- Pilih protein tanpa lemak
- Batasi makanan olahan atau fast food
- Hindari minuman manis dan bersoda
- Jadwalkan waktu makan teratur
2. Mendorong aktivitas fisik rutin.
WHO merekomendasikan minimal 60 menit aktivitas fisik sehari untuk anak usia 5-17 tahun. Studi dari International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity membuktikan bahwa anak yang aktif bergerak memiliki komposisi tubuh lebih sehat sekaligus risiko obesitas 30% lebih rendah. Aktivitas yang disarankan:
- Olahraga terstruktur seperti berenang atau bersepeda
- Bermain aktif di luar ruangan
- Berjalan kaki ke sekolah jika memungkinkan
- Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga
- Melibatkan seluruh keluarga dalam aktivitas fisik
3. Pembatasan screen time.
American Heart Association merekomendasikan pembatasan waktu layar maksimal 1-2 jam per hari untuk anak di atas 2 tahun. Penelitian dari JAMA Pediatrics menunjukkan korelasi kuat antara screen time berlebih dengan peningkatan risiko obesitas hingga 43%. Strategi pembatasan yang bisa diterapkan orang tua:
- Tetapkan jadwal penggunaan gadget
- Hindari TV saat makan
- Ciptakan zona bebas gadget di rumah
- Dorong aktivitas alternatif yang menyenangkan
- Terapkan "digital sunset" 1-2 jam sebelum tidur
4. Memastikan kualitas tidur yang baik.
National Sleep Foundation menekankan pentingnya tidur cukup untuk mencegah obesitas. Studi di journal Sleep menunjukkan bahwa anak yang kurang tidur memiliki risiko obesitas 73% lebih tinggi. Rekomendasi durasi tidur:
- Usia 3-5 tahun: 10-13 jam
- Usia 6-12 tahun: 9-12 jam
- Usia 13-18 tahun: 8-10 jam
Tips memastikan tidur anak berkualitas:
- Terapkan jadwal tidur konsisten
- Ciptakan rutinitas menjelang tidur
- Pastikan kamar tidur nyaman dan gelap
- Hindari gadget sebelum tidur
5. Pemberian ASI eksklusif.
WHO dan UNICEF merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selain itu, penelitian di The Lancet menunjukkan bahwa ASI eksklusif menurunkan risiko obesitas hingga 25% di masa kanak-kanak. Adapun manfaat ASI:
- Mengandung nutrisi seimbang
- Membantu regulasi nafsu makan
- Mendukung perkembangan mikrobioma usus
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
6. Edukasi nutrisi sejak dini.
Journal of Nutrition Education and Behavior mempublikasikan penelitian yang menunjukkan bahwa edukasi nutrisi sejak dini menurunkan risiko obesitas hingga 40%. Metode edukasi:
- Melibatkan anak dalam memasak
- Mengajarkan membaca label nutrisi
- Mengenalkan berbagai jenis makanan sehat
- Memberikan pemahaman tentang porsi makan
- Menjelaskan hubungan makanan dengan kesehatan
7. Monitoring pertumbuhan rutin.
CDC merekomendasikan pemantauan pertumbuhan rutin untuk deteksi dini risiko obesitas. Hal yang perlu dipantau:
- Berat badan
- Tinggi badan
- Indeks Massa Tubuh (IMT)
- Pola pertumbuhan
- Perkembangan motorik
8. Dukungan kesehatan mental.
Journal of Pediatric Psychology menekankan pentingnya kesehatan mental dalam pencegahan obesitas. Oleh sebab itu, hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menunjang kesehatan mental si buah hati, yakni:
- Bangun kepercayaan diri anak
- Ajarkan manajemen stres
- Dorong ekspresi emosi yang sehat
- Berikan dukungan sosial positif
- Hindari body shaming
Recommended By Editor
- Keterlambatan bicara pada anak, kenali tanda, penyebab, dan cara mengatasinya
- Kasus gondongan melonjak, kenali ciri-ciri, cara mencegah, dan mengatasinya
- Anak sering mengompol? Ini 8 tanda awal penyakit serius yang perlu diwaspadai
- Bayi berusia 2 hari kena radang otak usai dicium, ini penjelasan medis dan cara mengantisipasinya
- Jangan diabaikan, ini 7 ciri-ciri tubuh anak terjangkit cacingan, bisa ganggu tumbuh kembang
- Jangan diabaikan, kenali gejala kelenjar getah bening pada anak dan ciri-cirinya