Brilio.net - Leptospirosis atau biasa disebut dengan penyakit Weil adalah penyakit yang ditularkan oleh kencing tikus. Leptospirosis biasanya terjadi pada saat banjir karena penyebarannya lebih banyak. Perlu kamu ketahui bahwa leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri spiroketa dari genus Leptospira, terutama spesies L. interrogans.

Mengutip dari World Health Organization atau WHO, memperkirakan bahwa ada lebih dari 1 juta kasus leptospirosis yang parah setiap tahunnya di seluruh dunia, dengan sekitar 58.900 kematian. Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, tetapi paling umum di daerah tropis dan subtropis. Negara-negara di Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah, dan Kepulauan Pasifik Selatan memiliki tingkat insiden yang lebih tinggi.

Sementara di Indonesia, menurut WHO pada 2019 dilaporkan 920 kasus leptospirosis dengan 122 kematian. Kasus-kasus ini dilaporkan dari 9 provinsi (Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Utara). Namun, jumlah laporan kasus ini sangat kecil dibandingkan dengan kejadian leptospirosis di Indonesia, morbiditas tahunan leptospirosis di populasi Indonesia diperkirakan berada pada angka 39,2 per 100.000 orang.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit leptospirosis tidak bisa disepelekan. Untuk itu, kamu harus lebih mendalami apa saja gejala, penyebab, dan cara mengatasi leptospirosis. Maka dari itu, brilio.net telah merangkum dari berbagai sumber, Selasa (30/7).

Gejala penyakit leptospirosis

Waspada penyakit leptospirosis freepik.com

foto: freepik.com

Leptospirosis adalah penyakit bakteri yang bisa menyerang manusia dan hewan. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan terinfeksi. Gejala penyakit leptospirosis sering kali tidak spesifik dan mirip dengan penyakit lain, sehingga bisa menyulitkan diagnosis. Namun, gejala yang bisa dikenali akibat penyakit leptospirosis bisa kamu lihat sebagai berikut:

1. Demam Mendadak.

2. Lemah.

3. Mata merah.

4. Kekuningan pada kulit.

5. Sakit kepala.

6. Nyeri otot betis.

Penyebab penyakit leptospirosis

Waspada penyakit leptospirosis freepik.com

foto: freepik.com

Menurut artikel jurnal Adler, B., & de la Peña Moctezuma, A. (2010). Leptospira and leptospirosis. Veterinary microbiology, 140(3-4), 287-296., menyebutkan bahwa penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri patogen dari genus Leptospira, yang termasuk dalam famili Leptospiraceae dan ordo Spirochaetales.

Secara spesifik, spesies yang paling sering dikaitkan dengan penyakit pada manusia adalah Leptospira interrogans. Namun, penelitian genomik terbaru telah mengidentifikasi lebih dari 300 serovar Leptospira yang dapat menyebabkan infeksi, yang dikelompokkan ke dalam setidaknya 20 spesies berbeda.

Penyakit leptospirosis dapat menginfeksi berbagai spesies mamalia, termasuk tikus, anjing, sapi, babi, dan kuda. Namun, tikus dianggap sebagai penyebab utama dan paling signifikan secara epidemiologis (kasus di masyarakat). Hewan-hewan ini dapat menjadi pembawa kronis dan mengekskresikan bakteri melalui urin mereka tanpa menunjukkan gejala penyakit.

Cara mengatasi penyakit leptospirosis

Waspada penyakit leptospirosis freepik.com

foto: freepik.com

Mengatasi penyakit leptospirosis memerlukan diagnosis yang cepat dan pengobatan yang tepat. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi leptospirosis:

1. Diagnosis dini dan pengobatan dengan antibiotik

Diagnosis dini sangat penting untuk pengobatan yang efektif. Jika gejala leptospirosis teridentifikasi, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, segera konsultasikan dengan tenaga medis.

Pemberian antibiotik adalah pengobatan utama untuk leptospirosis. Obat seperti doxycycline atau penicillin biasanya diresepkan untuk menghentikan pertumbuhan bakteri. Pengobatan dengan antibiotik sebaiknya dimulai sesegera mungkin, idealnya dalam beberapa hari pertama sejak gejala muncul, untuk mengurangi risiko komplikasi.

2. Perawatan simptomatik

Selain antibiotik, perawatan simptomatik diperlukan untuk mengatasi gejala yang muncul.
Seperti penanganan demam dan nyeri dengan antipiretik dan analgesik. Selain itu, rehidrasi juga penting dilakukan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, terutama jika terjadi muntah atau diare. Maksimalkan dengan istirahat cukup untuk membantu tubuh pulih.

3. Pencegahan komplikasi

Penting untuk memantau perkembangan gejala dan menghindari komplikasi yang serius, seperti penyakit Weil ini dapat mengancam nyawa. Pengawasan medis yang ketat membantu dalam mencegah kerusakan organ yang lebih parah.

4. Pencegahan penularan

Pencegahan penularan penyakit leptospirosis melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi kontak dengan sumber infeksi dan menjaga kebersihan diri. Menghindari kontak langsung dengan air atau tanah yang mungkin terkontaminasi urin hewan adalah langkah pertama yang penting.

Di area yang dikenal sebagai endemik leptospirosis, sangat disarankan untuk menggunakan pelindung seperti sarung tangan, sepatu bot, dan pakaian pelindung saat bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi, seperti sawah, tambak, atau tempat-tempat yang tergenang air. Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan, seperti mengendalikan populasi tikus dan hewan pengerat lainnya, dapat membantu meminimalkan sumber infeksi.

Pencegahan juga mencakup praktik kebersihan diri yang baik, seperti mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun dan air setelah kontak dengan tanah atau air, serta sebelum makan. Bagi kamu yang tinggal di atau mengunjungi daerah rawan, sebaiknya menghindari konsumsi air dan makanan yang mungkin terkontaminasi. Rebus air minum atau gunakan air yang telah disterilkan, dan pastikan makanan dimasak dengan baik.

Selain itu, vaksinasi hewan peliharaan seperti anjing dapat mengurangi risiko penularan melalui hewan peliharaan yang terinfeksi. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko terkena leptospirosis dapat diminimalkan, menjaga kesehatan diri dan orang-orang di sekitar kamu.