Brilio.net - Serangan jantung atau infark miokard merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya lebih dari 17,9 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular, dan sekitar 85 persen dari angka tersebut disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.

Di Indonesia, masalah ini juga menjadi perhatian serius. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen dari total penduduk, dan angka kematian akibat serangan jantung terus meningkat setiap tahun. Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian nomor satu di Indonesia dengan total kematian mencapai 651.481 jiwa pada 2019.

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa serangan jantung bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga krisis kesehatan masyarakat. Meningkatnya gaya hidup tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi makanan cepat saji, serta stres yang terus meningkat di tengah masyarakat modern memperburuk kondisi ini.

Serangan jantung sering kali datang tiba-tiba tanpa gejala yang jelas, membuat banyak orang tidak sempat mendapatkan pertolongan medis tepat waktu. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, serta cara pencegahan serangan jantung agar dapat mengurangi risiko terkena penyakit yang mematikan ini.

Di Indonesia sendiri, masalah ini semakin mendesak. Meski upaya sosialisasi dan edukasi kesehatan jantung telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga terkait, banyak masyarakat masih belum menyadari risiko tinggi serangan jantung.

Hal ini dipicu oleh rendahnya kesadaran untuk memeriksa kesehatan secara rutin dan kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda awal penyakit jantung.

Berikut ini informasi terkait penyakit jantung, penyebab, gejala, dan cara pencegahan, brilio.net rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (5/9).

Penyebab serangan jantung.

Waspada serangan jantung freepik.com

foto: freepik.com

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat penyumbatan di pembuluh darah koroner. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak yang terdiri dari lemak, kolesterol, dan zat lainnya di dinding arteri, yang kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

1. Aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah proses pengerasan dan penyempitan arteri akibat penumpukan plak. Penyakit ini merupakan penyebab utama serangan jantung, dan faktor risikonya mencakup pola makan tidak sehat, gaya hidup sedentari, dan merokok.

2. Hipertensi (tekanan darah tinggi).

Tekanan darah yang tinggi meningkatkan tekanan pada dinding arteri, menyebabkan kerusakan yang memudahkan terbentuknya plak. Hipertensi yang tidak terkontrol meningkatkan risiko serangan jantung hingga dua kali lipat.

3. Kadar kolesterol tinggi.

Kolesterol jahat (LDL) yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri. Kolesterol tinggi adalah salah satu penyebab utama penyakit jantung koroner, yang pada akhirnya dapat memicu serangan jantung.

4. Gaya hidup tidak sehat.

Kebiasaan merokok, pola makan tinggi lemak jenuh, gula, dan garam, serta kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko serangan jantung. Merokok sendiri meningkatkan risiko hingga dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.

5. Diabetes mellitus.

Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, terutama jika kadar gula darah tidak terkontrol. Diabetes menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, yang dapat menyebabkan penyumbatan arteri dan serangan jantung.

6. Obesitas.

Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan darah, kadar kolesterol, dan risiko diabetes, yang semuanya berkontribusi pada risiko serangan jantung.

Gejala serangan jantung.

Waspada serangan jantung freepik.com

foto: freepik.com/jcomp

Gejala serangan jantung sering kali berbeda antara individu, terutama antara pria dan wanita. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda umum dan tanda yang mungkin tidak disadari. Berikut adalah beberapa gejala utama yang dapat muncul saat seseorang mengalami serangan jantung:

1. Nyeri atau tekanan di dada.

Ini adalah gejala paling umum dari serangan jantung. Nyeri dada biasanya terasa di bagian tengah atau kiri dada dan dapat berlangsung beberapa menit atau hilang-timbul. Rasanya bisa seperti tertekan, diremas, atau nyeri yang menusuk.

2. Sesak napas.

Sesak napas dapat terjadi sebelum atau selama serangan jantung, dan sering kali disertai dengan rasa tidak nyaman di dada. Hal ini bisa terjadi baik saat sedang beristirahat maupun melakukan aktivitas ringan.

3. Ketidaknyamanan di bagian atas tubuh.

Nyeri atau ketidaknyamanan dapat menyebar ke bahu, lengan, punggung, leher, atau rahang. Gejala ini lebih sering muncul pada wanita dan bisa terjadi tanpa disertai nyeri dada.

4. Mual, pusing, keringat dingin.

Gejala seperti mual, muntah, dan pusing bisa muncul pada beberapa orang yang mengalami serangan jantung, terutama wanita. Sering kali disertai dengan keringat dingin yang mendadak.

5. Kelelahan ekstrim.

Beberapa orang, terutama wanita, melaporkan merasakan kelelahan yang luar biasa beberapa hari atau minggu sebelum serangan jantung terjadi.

Pencegahan serangan jantung.

Waspada serangan jantung freepik.com

foto: freepik.com/jcomp

Pencegahan serangan jantung membutuhkan komitmen untuk mengubah gaya hidup dan mengelola faktor risiko yang ada. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh American Heart Association dan WHO, berikut adalah beberapa langkah efektif yang dapat membantu mencegah serangan jantung:

1. Berhenti merokok.

Merokok adalah faktor risiko utama serangan jantung. Berhenti merokok dapat mengurangi risiko serangan jantung hingga 50 persen dalam waktu setahun setelah berhenti.

2. Konsumsi makanan sehat.

Diet yang kaya serat, sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan rendah lemak jenuh serta garam dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Hindari makanan cepat saji dan makanan olahan yang tinggi lemak trans dan gula.

3. Aktivitas fisik.

Rutin berolahraga minimal 150 menit per minggu, seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang, dapat memperkuat jantung dan meningkatkan sirkulasi darah. Olahraga juga membantu mengontrol berat badan dan menurunkan tekanan darah.

4. Kendalikan berat badan.

Obesitas adalah faktor risiko utama serangan jantung. Menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan dan aktivitas fisik dapat secara signifikan mengurangi risiko serangan jantung.

5. Kelola stres.

Stres kronis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan memperburuk kondisi kesehatan jantung. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar meluangkan waktu untuk beristirahat dapat membantu mengurangi risiko.

6. Periksa kesehatan secara rutin.

Pemeriksaan kesehatan rutin untuk memantau tekanan darah, kadar kolesterol, dan kadar gula darah sangat penting bagi mereka yang memiliki faktor risiko. Intervensi medis dini seperti penggunaan statin atau pengobatan hipertensi dapat mencegah serangan jantung.

7. Obat-obatan pencegahan.

Pada orang dengan risiko tinggi, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti aspirin atau statin untuk mengurangi risiko pembekuan darah dan mengontrol kadar kolesterol.