Brilio.net - Indonesia pernah dinilai sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut, setelah China. Predikat tersebut tentu saja membuat miris mengingat Indonesia adalah negara maritim yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan.
Ya, sampah plastik menjadi problematika yang tak pernah tuntas di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Keberadaan sampah plastik bakal memengaruhi kondisi lingkungan hidup karena sulit terurai secara alamiah. Karena itu, sejumlah negara, termasuk Indonesia mulai menerapkan larangan penggunaan beberapa jenis plastik.
Hal ini pula yang mendorong Alliance to End Plastic Waste, sebuah organisasi nirlaba global yang fokus menjawab tantangan untuk mengakhiri sampah plastik di lingkungan dengan meluncurkan kampanye All Together Global Cleanup. Ini adalah inisiatif global untuk membuang sampah dalam rangka memperingati World Clean-up Day 2020 yang jatuh pada 19 September 2020.
“Besarnya tantangan sampah global bisa terasa menakutkan, namun meningkatnya partisipasi jutaan orang dalam World Cleanup Day di Indonesia selama dua tahun terakhir telah menunjukkan bahwa banyak organisasi dan masyarakat yang ingin ambil bagian dalam gerakan ini,” kata Jacob Duer, Presiden dan CEO Alliance to End Plastic Waste.
Nah sepereti apa gerakan yang bertujuan memperluas upaya mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan, berikut faktanya.
1. Bisa diikuti siapa saja
Gerakan ini akan diadakan selama dua minggu di mana ribuan sukarelawan Alliance to End Plastic Waste, karyawan dari perusahaan anggota dan non-anggota serta mitra akan mencari, mengidentifikasi, mengumpulkan, dan membuang sampah apa pun yang mereka temukan di lingkungan sekitar mereka. Gerakan ini diharapkan dapat memberikan edukasi kepada lebih dari satu juta orang tentang pentingnya membersihkan sampah.
2. Memanfaatkan teknologi
Litterati, pemenang program inkubator yang diadakan Alliance to End Plastic Waste dan Plug and Play di Amerika Serikat, mengembangkan aplikasi yang memungkinkan kegiatan pengambilan sampah dipantau dengan data konkret. Aplikasi ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi sampah di lingkungan melalui foto dengan tag lokasi. Semua peserta akan menggunakan aplikasi Litterati untuk mengunggah foto dari setiap sampah yang dikumpulkan untuk mengetahui dan melacak partisipasi peserta selama dua minggu masa kampanye.
Selain itu, gerakan ini juga melibatkan TED-Ed, aplikasi pemenang penghargaan inisiatif pendidikan dan pemuda. Aolikasi ini telah membuat rencana pelajaran dan video virtual yang digunakan lebih dari 600.000 pendidik, termasuk untuk mengajar tentang masalah sampah di lingkungan.
3. Menerapkan protokol kesehatan
Gerakan ini akan dijalankan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Para relawan akan mengunjungi lingkungan sekitar mereka dan menggunakan kamera di aplikasi Litterati untuk mengambil foto sampah yang telah mereka kumpulkan.
Recommended By Editor
- 3 Program studi ini bakal menjadi primadona di masa depan, apa saja ya
- 10 Fakta sumber air mineral, prosesnya bisa sampai ribuan tahun lho
- FLS 2019 ajak anak muda berkontrobusi atasi karhutla
- Sayangi bumi, ini 5 rekomendasi toko produk zero waste online
- Begini perjuangan seorang pastor membangun pembangkit listrik di NTT