Brilio.net - Dulu anak-anak muda umumnya memiliki pola pikir yang hampir serupa. Lulus sekolah, langsung mikir mencari kerja. Nah di era digital seperti sekarang, cara pandang semacam itu mulai terkikis. Kini banyak anak muda yang berpikir berwirausaha.
Ya, di era digital ini, anak muda harus kreatif. Alasannya, solusi digital yang ada saat ini dapat dimanfaatkan untuk membuka peluang usaha. Apalagi saat ini banyak lembaga atau institusi yang mendorong anak-anak muda menjadi entrepreneur. Salah satunya program yang diinisiasi UNESCO Jakarta dan Citi Foundation lewat Creative Youth at Indonesian Heritage Sites.
Sebagai informasi, Citi Foundation berkomitmen meningkatkan kesempatan bagi pemuda di seluruh dunia. Melalui Pathways to Progress, Citi berkomitmen membantu lebih dari 6.000 generasi muda serta menyediakan 60.000 kesempatan pelatihan keterampilan sampai dengan tahun 2023 dengan total investasi sebesar Rp 500 milliar di Asia Pasifik.
Nah program Creative Youth at Indonesian Heritage Sites dirancang untuk mendukung peningkatan kapasitas bisnis para wirausahawan muda dalam berbagai aspek, mulai dari kewirausahaan, literasi keuangan, hingga dukungan jenama (brand).
“Kami mendorong generasi muda untuk berkolaborasi satu sama lain, dan kami berharap mereka makin mengenal budaya mereka dan menjadikannya sebagai inspirasi,” ungkap Shahbaz Khan, Director and Representative of Unesco Office, Jakarta.
Program yang dijalankan sejak 2017 ini selalu berusaha menyelaraskan diri dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup kaum muda dan mendukung mereka menjadi wirausaha mandiri. Program yang lebih dikenal sebagai Kita Muda Kreatif ini juga berhasil memobilisasi mitra dari sektor swasta untuk mendampingi para wirausaha muda tersebut.
“Program ini mengedepankan kebutuhan dan potensi dari masing-masing wilayah dan selaras dengan prioritas pemerintah dalam memberdayakan perekonomian lokal pariwisata,” ujar Puni A Anjungsari, Country Corporate Affairs Head, Citi Indonesia.
Oh iya, program ini lebih ditekankan untuk anak-anak muda yang berada disekitar situs warisan budaya di Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia memiliki banyak situs warisan budaya yang mendatangkan wisatawan asing dan domestik setiap tahunnya. Sayangnya, keberadaan situs warisan budaya dirasa belum memberikan manfaat ekonomi secara maksimal pada masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Nah untuk mengatasi kesenjangan ini, UNESCO Jakarta dan Citi Foundation melibatkan 400 wirausahawan muda yang berada kawasan di Kawasan Situs Warisan Dunia atau destinasi wisata yang terkenal, yaitu Danau Toba, Borobudur, Prambanan, Klaten, Yogyakarta, Kotuatua Jakarta serta Denpasar dan Tabanan di Bali.
Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran tentang pelestarian warisan budaya, sekaligus meningkatkan taraf hidup dan pencaharian masyarakat yang tinggal di sekitar situs warisan budaya tersebut.
Seperti apa pencapaian program yang sudah masuk fase ketiga ini, berikut enam faktanya.
1. Babak akhir Fase 3
Program ini secara resmi akan mengakhiri Fase 3 di bulan November 2020. Selama pelaksanaan Fase 3 di tahun 2020 ini, para wirausaha muda yang berasal dari berbagai sektor industri kreatif, terlibat dalam berbagai kegiatan peningkatan kapasitas kewirausahaan serta peningkatan pemahaman mengenai warisan budaya untuk meningkatkan kemampuan bisnis mereka, dengan memanfaatkan sumber daya dari warisan budaya lokal.
Pencapaian proyek dan hasil-hasil karya para wirausaha muda ditampilkan dalam acara live Virtual Gelar Karya Kreatif yang dilaksanakan pada 26 November 2020, melalui kanal YouTube Kita Muda Kreatif dan Instagram Live @kitamudakreatif. Acara yang berlangsung selama dua jam ini menampilkan bincang-bincang dengan beberapa wirausaha muda dan para ahli, serta acara peluncuran situs Kita Muda Kreatif.
“Selamat kepada para peserta yang sudah mengikuti beberapa fase dari program ini. Memasuki fase berikut, kita bisa mengharapkan lebih banyak lagi karya kreatif yang muncul sebagai hasil interaksi dengan lingkungan cagar budaya kita,” ucap Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Tak terhalang pandemi
Selama pandemi COVID-19, program ini terus memberikan dukungan kepada para wirausaha muda dan mengadakan lebih dari 90 pelatihan daring melalui WhatsApp, Zoom, dan YouTube, antara Maret dan November 2020. Tema-tema pelatihan yang diberikan meliputi pengembangan produk, literasi keuangan, perencanaan bisnis, pemasaran dan jenama, serta latar belakang sejarah dan nilai situs warisan. Selain itu ada juga tema yang mengangkat penguatan jejaring dengan pihak-pihak pemerintah, kalangan bisnis profesional, pakar-pakar warisan budaya, serta para pengusaha retail.
“Merupakan kebanggaan bagi kami untuk dapat mendukung program Kita Muda Kreatif. Pendekatan yang dilakukan terbukti efektif dalam membangkitkan semangat generasi muda dalam berkreasi dan berinovasi bahkan di masa pandemi seperti saat ini,” lanjut Puni.
3. Munculnya lebih dari 200 jenama lokal
Survei internal yang dilakukan pada November 2020 menunjukkan fakta bahwa program ini mendukung terciptanya lebih dari 200 jenama wirausaha muda lokal yang terinspirasi dari budaya setempat. Selain itu hampir 25 persen dari mereka mengalami peningkatan pendapatan dan 30 persen dari wirausaha muda ini berhasil mengembangkan produk baru.
4. Program bakal berlanjut tahun depan
Pada tahun 2021, proyek ini akan terus mendorong pemberdayaan wirausaha muda serta akan memperluas kegiatannya hingga ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, demi mendukung lebih dari 50 penenun muda meningkatkan taraf hidup dan pendapatan mereka sambil terus melestarikan tenun tradisional mereka.
5. Nih testimoni para wirausaha muda
Rangkaian sesi pelatihan yang disampaikan selama ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Cemplon Sebastian, pemandu muda dari Borobudur yang juga mengembangkan merek minuman jamu baru dalam rangka merespons situasi pandemi. Menurutnya, program ini tidak hanya membantunya meningkatkan citra produk dan jenama miliknya, tetapi juga secara terus menerus menjadi sumber inspirasi.
“Kelas-kelas pelatihan memberi saya pengetahuan dan energi tambahan untuk mengembangkan bisnis baru di tengah krisis COVID-19. Produk jamu baru saya Wedang Rempah Borobudur adalah buktinya. Saya senang dengan bisnis baru ini saya juga dapat membantu masyarakat desa Karangrejo, tempat saya tinggal. Terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada UNESCO Jakarta dan Citi Foundation,“ ujar Cemplon.
Hal serupa juga dirasakan Anastasya Charles Angel Simanjuntak, pemilik ACAS Mode dari Sipoholon, Tapanuli Utara di wilayah Toba. Anastasya berwirausaha di sector fesyen, khususnya kain Ulos. Setelah mengikuti program ini, bukan hanya dari sisi pendapatan saja yang meningkat tapi ia juga mendapat pengetahuan tentang sejarah dan filosofi kain Ulos. “Saya senang bisa berperan dalam pelestarian tradisi dan budaya melalui item-item fashion saya,” ujar Anastasya.
6. Pencapaian program sepanjang 2017—2020
Selama tahun 2017 hingga 2018, program ini telah merangkul lebih dari 400 wirausaha muda kreatif untuk berpartisipasi dalam Youth Entrepreneurs Boot Camp di Yogyakarta, Borobudur, Toba, dan Kotatua Jakarta. Pada kegiatan ini mereka mendapatkan sesi-sesi pelatihan seputar pengembangan bisnis dan pemasaran. Pada periode tersebut pula, lebih dari 200 wirausaha muda mendapatkan bantuan branding yang dapat digunakan untuk meningkatkan promosi hasil karya mereka, serta memperkuat narasi budaya.
Pada Maret—Agustus 2020, di masa lockdown akibat Covid-19, telah digelar lebih dari 90 kelas daring melalui aplikasi-aplikasi WhatsApp, Zoom, dan YouTube. Termasuk di dalamnya pendampingan khusus pada lebih dari 60 penenun dan perancang busana untuk mengembangkan masker yang modis dan berkualitas menggunakan kain tradisional. Kemudian 36 orang seniman muda menerima pelatihan untuk mengembangkan video promosi mereka.
Hasilnya, 119 wirausaha muda peserta program telah mengembangkan produk atau layanan baru, 97 wirausaha muda menyatakan mengalami peningkatan pendapatan meski dalam masa pandemi, dan 51 wirausaha muda telah memperkerjakan karyawan baru atau menambah anggota tim selama mengikuti program. Selain itu, selama periode tersebut program ini berhasil memberdayakan dua buah Youth Center masing-masing di Borobudur dan Klaten dengan menjalankan kegiatan bisnis baru.
Recommended By Editor
- Naradira, kisah bijak mencari bahagia ala Luthfi Aulia & Feby Putri
- Serunya acara puncak The NextDev Summit 2020, dihadiri tech enthusiast
- Kompetisi ini rangsang anak muda menggeluti bisnis berbasis teknologi
- Mau jadi data storyteller? Kuliah deh di kampus keren ini
- Batik, karya adiluhung Indonesia yang makin digemari milenial