Brilio.net - Menciptakan karya kreatif itu susah-susah gampang. Terkadang ide yang ada di kepala ingin diwujudkan. Tapi tak jarang muncul keraguan, bisa nggak bikin karya yang diinginkan?
Pertanyaan ini seringkali muncul di benak banyak orang, khususnya anak-anak muda yang baru menggeluti dunia kreatif. Ujung-ujungnya, pasrah pada keadaan. Padahal, bukan tidak mungkin lho yang namanya keraguan justru bisa menjadi pelecut semangat untuk membuktikan kamu bisa berkarya.
Soal apa kata orang itu urusan belakangan. Nah untuk menepis segala keraguan, Menjadi Manusia, sebuah komunitas anak-anak muda Indonesia belum lama ini menggelar acara eksebisi bertajuk “Saat Ragu Jadi Bukti”.
Menurut Rhaka Ghanisatria, co-founder Menjadi Manusia selaku pihak penyelenggara, kegiatan ini digelar untuk memberi motivasi generasi milenial. Maklum, milenial sering ragu untuk melangkah dalam karya, hal itu membuat mereka berhenti pada keadaan.
“Lewat ajang ini kita ingin nunjukin ada orang ragu tapi mereka bisa mengubahnya menjadi bukti. Jadi ketakutan yang ada di milenial itu kalau dibiarkan akan terus menghantui. Lewat ajang ini kita ingin nunjukin, oke aja kamu punya keraguan dan ketakutan, tapi dari situ bisa kok kita ubah jadi karya,” ujar Rhaka kepada Brilio.net.
Rencananya kegiatan serupa juga akan di gelar di sejumlah kota di Indonesia, bukan hanya Jakarta. Disamping itu acara ini juga akan dibuat dalam format online.
“Lewat acara ini kita berharap orang nggak ragu lagi akan pilihan hidup yang mereka jalani. Acara ini sebenarnya hanya untuk men-trigger mereka bahwa keraguan itu bisa menjadi energi untuk menciptakan karya,” lanjut Rakha.
Di acara yang digelar di Komunitas Salihara, Pasar Minggu ini, ditampilkan sejumlah karya anak-anak muda yang awalnya memiliki keraguan. Seperti yang disuguhkan Satria Lingga, fotografer otodidak yang awalnya putus sekolah. Lewat karyanya berjudul ‘Bukti Di Balik Keraguan’ Satria menampilkan foto sederet tokoh yang awalnya memiliki keraguan namun pada akhirnya bisa meraih sukses.
“Aku putus sekolah bukan karena orang tua nggak bisa membiayai, tapi itu keputusan aku sendiri. Jadi aku buat perjanjian dengan ayahku. Ketika tidak bisa menjadi orang jangan menyalahkan orang tua. Isi perjanjian gitu. Semua anggota tanda tangan,” kisah Satria.
Semenjak itu, Satria terus berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri. Padahal saat itu dia masih belia. Putus sekolah saat kelas 3 SMP. Namun karena kerja kerasnya Satria bisa membuktikan keberhasilannya di dunia fotografi.
Di acara ini juga ada dinding kesaksian yang berisi catatan keraguan banyak orang, lalu si pemilik catatan bangkit untuk mewujudkan keraguan itu. Selain itu ada juga talkshow dalam sesi “Berdamai dengan Keraguan” yang menampilkan aktor sekaligus komedian Rizky Firdaus Wijaksana alias Uus, dan dua musisi muda Vira Talisa dan Baskara Putra.
“Hidup gue dari dulu juga diragukan banyak orang. Gue juga nggak pernah kepikiran mau jadi apa, komedian kek. Gue merasa bisa apa. Padahal niatnya jadi arsitek. Tapi ini bukan pilihan gue. Akhirnya sampai kuliah pun gue nggak tahu mau jadi apa,” ujar Uus.
Namun komedian asal Bandung ini akhirnya memilih kuliah di bidang sastra Inggris di Universitas Padjadjaran, Bandung. Kendati begitu dia tak penah ragu akan jalan hidupnya. Mulai dari pemain basket, penyiar radio, hingga komedian. Kendati begitu Uus tak pernah ragu untuk memilih karier.
“Yang penting lo kerjain apa yang mau lo kerjain. Buat apa ragu? Kalau gagal coba lagi. Kenapa lo ragu? Karena lo takut tidak berhasil,” ujar Uus yang mengaku pernah menjadi sopir untuk mengantar barang-barang konveksi di Bandung.
Lebih lanjut Uus menyampaikan, terpenting adalah mencoba sesuatu yang baru dengan keyakinan. Selain itu harus selalu berani untuk gagal. “Orang yang takut nyoba malah ngomongin orang. Itu yang terjadi kebanyakan. Mentalnya nggak ada. Kan ketika gagal lo nggak akan mati. Kan masih ada hari esok,” kata Uus.
Karena itu, untuk menciptakan karya harus selalu berpikir poisitif dan berdamai pada keraguan yang ada. Terpenting lagi jangan pernah menghiraukan pandangan negatif atau orang yang meremehkan karya kamu. Harus percaya diri dong.
“Jangan karena banyak orang yang meremehkan kalian tapi kalian jadi enggak percaya sama semua orang. Lo nggak butuh teman banyak di hidup lo. Tapi lo cuma perlu beberapa orang yang tahu dan ngertiin lo. Itu aja,” tandasnya.
Sementara Vira menegaskan sebaiknya anak muda menjalani saja untuk membuat karya. Keraguan adalah hal yang manusiawi dan selalu ada dalam proses berkarya. “Yang penting nyoba aja. Jangan pernah takut untuk untuk berkarya. Terus percaya diri,” tegas Vira.
Sedangkan Baskara selama ini selalu membuat karya untuk orang-orang yang menyukai karyanya. Bukan para haters. “Jadi gue selalu bikin karya buat mereka yang bisa menikmati karya-karya gue,” katanya.
So, jadi buat Sobat Brilio jangan pernah takut untuk mencoba ya. Keraguan itu wajar. Tinggal kamu buktikan bahwa keraguan itu bisa menjadi karya kreatif.