Brilio.net - Benakah minat baca anak-anak di Indonesia itu rendah? Itulah yang hendak dijawab oleh Helo Book, sebuah komunitas literasi non profit di Yogyakarta. Mereka menjawab dengan cara mendatangi daerah-daerah pinggiran dan menyuguhkan buku untuk bacaan anak.
Helo Book berdiri sejak tahun 2015 dan konsen pada upaya kampanye membaca pada anak. Sudah banyak lembaga pendidikan anak atau komunitas anak yang didatangi. "Sebelumnya kami ke SDN Delegan 3, Prambanan," kata Andre Tanama, pendiri sekaligus ketua komunitas.
Buku-buku yang dibawa Helo Book.
Komunitas ini tidak sekadar datang sekali dan menyuguhkan bahan bacaan kepada anak, melainkan datang sampai empat kali dan memberikan permainan yang mendidik. Diantaranya adalah eksperimen sains sederhana.
Seperti yang dilakukannya pada Sabtu (11/2) kemarin, Helo Book datang ke Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiah Al-Qodir, Wukirsari, Cangkringan, Sleman. Di depan sekitar 50 anak itu, para pegiat komunitas melakukan eksperimen balon mengembang tanpa ditiup dan eksperimen membuat roket mini. "Kenapa kok bisa begitu? Karena ada proses karbonasi. Nah, jawaban lebih lengkap ada di buku. Silahkan nanti dicari dan boleh dipinjam," kata Nia Dianti, salah satu pegiat yang juga istri Andre Tanama.Nia sehari-hari staf di Taman Pintar Yogyakarta. Sekarang sedang menempuh studi S-2 di UGM.
Eskperimen dengan balon dulu yuk!
Setelah eksperimen selesai, anak-anak dibolehkan untuk memilih dan meminjam buku untuk dibaca di rumah. Puluhan anak langsung menyerbu buku yang sudah ditata rapi. Mereka mencari yang paling disukainya. Setelah menemukan buku pilihan, anak-anak itu mendaftarkannya untuk dicatat. "Minggu depan buku dikembalikan, kami akan datang lagi, dan anak-anak boleh pinjam buku lainnya," kata Andre yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.
Lalu, bagaimana sebenarnya awal Helo Book. Andre menceritakan awalnya ia dan istri, Ilen, mendapati koleksi buku anaknya banyak di rumah. Lalu berpikir bagaimana dengan anak-anak di pelosok desa yang kebanyakan kesulitan akses mendapatkan buku. "Lalu kami mendirikan Helo Book dan mencari volunteer," terangnya.
Nah, minat baca anak-anak tinggi kan?
Mari berpose dulu.
Saat ini ada empat volunteer yang selalu ikut dalam setiap aksi Helo Book. Komunitas ini akan terus bergerak berkampanye membaca di daerah pinggiran. Karena anak-anak di kota sudah punya akses banyak ke buku. "Kalau di kota kan perpustakaan sudah ada, toko buku dekat. Sedang kalau di pelosok kan buku sulit didapat," katanya.
Empat volunteer yang bergabung adalah Phaksi Kharisma Dewa. Ia adalah pelukis, lulusan S1 dan S2 ISI Yogyakarta. Sehari-hari kerja sebagai guru SD swasta. Volunteer lain adalah Brianda Aspagura, lulusan S1 ISI Surakarta, saat ini sedang menempuh S-2 di ISI Yogyakarta. Selain berkarya seni, ia juga membuat usaha mandiri pisang aroma bercaramel yang lezat di Jogja dengan brand Chobatos.
Sementara Ratri, volunteer lain adalah lulusan S2 Universitas Sanata Dharma dan sehari-hari bekerja di instansi swasta. Dan volunteer keempat adalah Candrani yang masih kuliah DKV ISI Yogyakarta.
Sebelum dipinjam, dicatat dulu ya anak-anak!
Dan sampai saat ini, Helo Book membuktikan bahwa minat baca anak-anak sebenarnya cukup tinggi. Hanya saja untuk anak di pinggiran tidak memiliki akses mudah mendapatkan buku. Minat mereka tinggi, tapi di rumah tidak ada buku. "Anak-anak ini kan hanya karena tidak punya buku saja sehingga tidak membaca. Sebenarnya minat mereka sangat tinggi," terangnya.
Helo Book berencana akan terus mendatangi anak-anak di pelosok desa untuk kampanye membaca. Inspiratif banget.
Recommended By Editor
- Khatulistangan, komunitas seni menulis tangan yang kreatif abis
- Komunitas ini beraksi Jumat malam beri sedekah untuk warga miskin
- Komunitas Nalitari, mengikat orang dalam kebersamaan menari
- Ini alasan tuna rungu berpotensi lebih terampil saat ngerjain tugas
- Candi Borobudur jadi saksi deklarasi pemuda cinta budaya