Brilio.net - Semua tentu setuju jika museum punya peran penting untuk mengenalkan sejarah dan pengetahuan kepada masyarakat. Maka mengenalkan museum kepada anak-anak perlu dilakukan sejak dini agar mereka menjadi dekat dengan museum. Tapi kenyataannya, banyak anak-anak yang kurang tertarik ke museum, salah satu alasannya karena format yang kurang menarik.
Menarik minat anak-anak untuk ke museum dengan cara yang menyenangkan tentu bukan perkara mudah. Tapi hal itu coba dilakukan oleh Nur Romdlon Maslahul Adi (23), kontestan 30 besar Pemilihan Duta Museum Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2016. Kamis (11/8) siang, ia membuat kegiatan yang bertemakan 'Museum Go: Play at The Museum' di Museum Sandi Jl Faridan M Noto No 21, Kotabaru, Yogyakarta yang diikuti oleh 27 anak dari Taman Pendidikan Alquran (TPA) Al Istiqomah, Ledok Tukangan, Danurejan, Yogyakarta.
Pengambilan tema 'Museum Go: Play at The Museum' sendiri terinspirasi dari game Pokemon Go yang sedang digandrungi para gamers di dunia.
Didampingi para ustaz/ustazah, 27 anak ini tak hanya berkeliling untuk dikenalkan isi yang ada pada Museum Sandi. Mereka juga mengikuti game yang sudah diformat untuk mengenalkan sandi-sandi yang dulu digunakan untuk menyampaikan pesan saat Agresi Militer Belanda.
Secara berkelompok, mereka diminta untuk mencari harta karun dengan kode-kode yang telah diberikan. Setiap pos yang akan dilewati mengandung sandi dan pesan untuk melanjutkan ke pos berikutnya.
Menurut Romdlon, ia mencoba menggabungkan pengenalan sandi ke anak-anak dengan materi yang ada di TPA. Sebagai contoh, setiap pos diberi nama dengan bagian dari Rukun Islam. Maka untuk bisa melanjutkan perjalanan, mereka harus hafal urutan Rukun Islam agar tidak salah pos. Selain itu, setiap pos nantinya akan ada kertas yang harus kumpulkan hingga pos terakhir.
"Puzzle ini diumpamakan Pokemon. Pada akhirnya mereka harus merangkai puzzle yang isinya adalah urutan cara wudhu. Tapi untuk mendapatkan puzzle itu, mereka harus memecahkan sandi-sandi yang ada," ujar Romdlon saat ditemui brilio.net, Jumat (12/8).
Anak-anak yang mengikuti game ini tampak sangat antusias. Karena berkompetisi dengan kelompok lain, mereka pun adu kecepatan untuk menyelesaikan sandi yang ada. Maka tak heran jika mereka harus berlarian untuk menuju ke pos lain.
Alumni Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ini mengaku sengaja mengenalkan sandi kepada anak-anak agar saat mengunjungi museum, mereka hanya melihat dan mendapatkan keterangan tanpa mempraktikkan sandi yang ada. Karena sasarannya anak usia SD, Romdlon pun mengambil sandi-sandi yang mudah dipahami oleh mereka.
Menurut Romdlon, sudah seharusnya museum juga terbuka membuat inovasi-inovasi untuk menarik minat masyarakat untuk mengunjungi. Tentu inovasi itu dilakukan dengana melihat potensi yang ada pada setiap museum. Inovasi yang dibuat juga harus menyesuaikan dengan sasarannya agar bisa tersampaikan maksudnya.
Bagi Romdlon sendiri, museum mempunyai banyak manfaat bagi anak. Jika saat pelajaran Geografi, Sejarah, Biologi, dan pelajaran lainnya di kelas mereka hanya menangkap materi dari buku pelajaran, maka di museum anak-anak bisa langsung melihat secara visual sehingga memudahkan pemahaman.
Selain itu, mengunjungi museum bisa memancing daya imajinasi anak-anak dan mendorong rasa ingin tahu. Tentunya dengan mengunjungi museum, anak-anak bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Kegiatan Jelajah Museum, 'Museum Go: Play at The Musem' ini diselenggarakan sebagai proyek yang harus dibuat oleh setiap kontestan 30 besar Duta Museum DIY. Dari 30 kontestan itu, akan dipilih 12 besar yang akan maju di Malam Final Pemilihan Duta Museum DIY 2016 yang akan dilaksanakan pada 27 Agustus mendatang.
Recommended By Editor
- 6 Pengalaman langka buat gamer dari nobar kejuaraan Dota internasional
- Yayasan ini peduli manusia gerobak saat yang lain tidak, salut!
- Fake Taxi, komunitas di Indonesia yang bikin heboh banyak orang
- Paguyuban ini wawancarai Tuyul, ungkap cara mereka mengambil uang!
- Ini 6 geng motor cewek terheboh dunia, touring tetap pakai highheel