Brilio.net - Sejarah perjuangan demokrasi merupakan salah satu babakan sejarah yang cukup kelam bagi Korea Selatan. Perjuangan demokrasi yang terjadi pada akhir 1970-an hingga 1980-an awal menjadi titik krusial bagi Korea Selatan, khususnya Gwangju yang menjadi titik utama kerusuhan.
Pada peristiwa tersebut, pemerintah dengan kekuatan militernya menghadapi para mahasiswa dan para warga yang terlibat demonstrasi dengan gempuran senjata. Selama 10 hari pada 18-27 Mei 1980 menjadi hari-hari menentukan dan menjadi sejarah paling kelam dalam sejarah Korea Selatan.
Film Korea terbaik yang mengisahkan perjuangan demokrasi menjadi salah satu arsip sejarah dengan sinema. Film-film tersebut menggambarkan secara detail konflik elite hingga huru-hara yang memakan banyak korban. Film-film tersebut menjadi rekomendasi terbaik untuk mengetahui sejarah kelam di Korea Selatan lebih lanjut.
Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber Selasa (22/2), berikut 11 film Korea terbaik perjuangan demokrasi.
1. The Man Standing Next (2020).
foto: imdb.com
The Man Standing Next merupakan film Korea terbaik yang mengisahkan transisi perjuangan demokrasi di Korea Selatan. Film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama ini menggambarkan saat Korea Selatan berada di bawah kendali Amerika Serikat secara politik pada menjelang akhir 1970-an.
Saat itu, Korea berada di bawah kendali mutlak President Park yang mengendalikan KCIA, badan intelijen yang punya koordinasi langsung Amerika. Film ini menampilkan manuver politik tingkat tinggi para elite Korea Selatan yang menjadi penanda meletusnya gerakan demokrasi di Korea Selatan di era ini.
2. Kim Gun (2019).
foto: imdb.com
Kim Gun merupakan film Korea terbaik yang mengisahkan perjuangan demokrasi yang terjadi di Gwangju pada 1980. Film ini menggunakan format dokumenter, sehingga membuat film ini menyusuri berbagai narasumber yang cukup otoritatif dan berusaha untuk membersihkan tudingan negatif yang disematkan pemerintah Korea kepada rakyat Gwangju.
Selain itu, film ini juga menelusuri berbagai dokumen dan foto untuk membuktikan pendapatnya bahwa rakyat Gwangju tidak bersalah. Ada banyak orang yang menjadi korban keganasan militer saat Gwangju bergolak dan pemerintah menggunakan cara represif untuk memadamkan apa yang mereka sebut sebagai pemberontakan.
3. A Taxi Driver (2017).
foto: imdb.com
A Taxi Driver merupakan film Korea terbaik yang mengisahkan Kim Man-seob seorang sopir taksi yang harus menemani seorang reporter Jerman Peter yang sedang meliput langsung kerusuhan yang terjadi di Gwangju, Korea Selatan. Walaupun penuh bahaya, Kim Man-seob tak punya pilihan selain mengambil penumpang tersebut dan ia mau membayar mahal.
Sembari menemani reporter tersebut, Man-seob berusaha sekuat tenaga untuk bisa menghindari pihak keamanan Korea yang sudah berjaga-jaga di berbagai pos penjagaan. Film ini menjadi salah satu dokumentasi sosial yang merekam kerusuhan terbesar yang pernah terjadi di Korea Selatan pada 1980-an.
4. 1987: When the Day Comes (2017).
foto: imdb.com
1987: When the Day Comes merupakan film Korea terbaik yang mengisahkan perjuangan demokrasi di Korea Selatan. Dalam film ini, Park Jong-chul, mahasiswa dan anggota gerakan prodemokrasi meninggal dunia saat diinterogasi. Polisi dan pemerintah berusaha untuk menutupi kasus tersebut. Namun, media massa dan mahasiswa mencoba untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada Park Jong-chul.
Kematian tersebut kemudian menimbulkan reaksi. Film ini berfokus pada peristiwa yang mengarah ke Pemberontakan Demokrat pada Juni 1987 di Korea Selatan setelah kematian Park Jong-chul. Di berbagai wilayah Korea terjadi demonstrasi besar-besaran yang menuntut agar pemerintah mengadili siapa pun yang terlibat dalam kematian Park Jong-chul.
5. Fork Lane (2017).
foto: imdb.com
Fork Lane merupakan film Korea terbaik yang mengisahkan Kim Gang-il, seorang penerjun payung yang dimobilisasi untuk menekan huru-hara demonstrasi gerakan prodemokrasi di Gwangju pada 18 Mei 1980. 20 tahun setelah huru-hara tersebut, ia bekerja sebagai pengemudi jalur bercabang. Di tengah kehidupannya yang amat biasa, Gang-il kemudian tahun perlahan kebenaran yang pernah ia lakukan dahulu.
6. The Attorney (2013).
foto: imdb.com
The Attorney merupakan film yang terinspirasi kisah nyata kasus Burim pada 1981 yang menyebabkan 22 orang yang terdiri dari siswa, guru, dan para pekerja kantoran dipenjara tanpa surat perintah atas tuduhan palsu. Saat itu, Korea Selatan ada di bawah rezim Chun Doo-hwan yang dikenal otoriter.
Film The Attorney mengisahkan Song Woo-suk, seorang pengacara yang awalnya hanya bekerja untuk mencari uang, tiba-tiba berubah pandangan setelah melihat Park Jin-woo disiksa secara brutal. Woo-suk kemudian menjadi pengacara yang membela para korban kebrutalan aparat kepolisian Korea. Pertemuan Woo-suk dengan Jin-woo menjadi titik balik bahwa kemanusiaan berada di atas segalanya.
7. National Security (2012).
foto: imdb.com
National Security merupakan film Korea yang didasarkan pada memoar Kim Jong-tae, seorang aktivis demokrasi yang diculik dan disiksa oleh inspektur polisi nasional Lee Geun-an selama 22 hari pada 1985 di bawah rezim Chun Doo-hwan. Kim Jong-tae dibawah polisi dan diinterogasi khusus di Namyeong-dong, sebuah distrik di pusat kota Seoul yang identik dengan tempat penyiksaan politik.
Selama tiga hari pertama dia tidak diperbolehkan makan atau tidur dan disuruh menulis esai lengkap tentang hidupnya hingga saat ini. Pada hari selanjutnya, beragam penyiksaan terus dilakukan dengan berbagai cara yang tak manusiawi dan bahkan menimbulkan trauma bagi Jong-tae.
8. 26 Years (2012).
foto: imdb.com
26 Years merupakan film Korea yang berkisah tentang lima orang biasa (penembak olahraga, gangster, polisi, pengusaha, dan kepala perusahaan keamanan swasta) yang bersatu untuk membunuh orang yang bertanggung jawab atas pembantaian warga sipil tak berdosa di Gwangju pada Mei 1980.
Mantan presiden Chun Doo-hwan diyakini telah memberikan perintah tersebut, dan menjadi target percobaan pembunuhan yang mewakili Chun, yang dihukum pada tahun 1996 atas kejahatan yang berkaitan dengan Pembantaian Gwangju. Film ini menggambarkan bagaimana warga sipi membalaskan dendamnya yang sudah tertanam selama 26 tahun kepada sosok yang pernah menjadi kepala negara Korea Selatan.
9. May 18 (2007).
foto: imdb.com
May 18 merupakan film yang didasarkan pada pembantaian gerakan prodemokrasi di Gwangju pada 18 Mei 1980. Peristiwa tersebut terjadi ketika Jenderal Chun Doo-hwan mencoba untuk melenyapkan demonstran dengan menggunakan kekuatan militer.
Min-woo (Kim Sang-kyung) menjalani kehidupan yang relatif damai dengan adik laki-lakinya Jin-woo (Lee Joon-gi)—sampai hari tentara mengamuk melawan warga. Warga membentuk milisi bertekad untuk melindungi orang yang mereka cintai, dan Min-woo menemukan dirinya di tengah-tengah itu semua.
Warga yang tidak bersalah diserang dan bahkan dibunuh oleh tentara darurat yang dipersenjatai dengan senjata dan pisau. Gas air mata mengalir ke teater dan seorang mahasiswa melompat ke teater, diikuti oleh seorang tentara. Ketika semua orang yang menonton film keluar, tentara darurat militer memukuli mahasiswa dan memukuli semua orang keluar dari teater.
10. Scout (2007).
foto: imdb.com
Scout merupakan film tentang perjuangan prodemokrasi di Korea dari latar para aktivis pramuka yang terjadi pada 1980. Dalam film ini, Ho-chang yang bekerja di tim bisbol perguruan tinggi gagal pergi liburan setelah dibebankan tugas baru. Ia diperintahkan untuk menjadi mata-mata atau pengintai Dong-yeol, pemain bisbol sekolah menengah yang paling dicari di Korea.
Ho-chang kemudian pergi Gwangju untuk mencari Dong-yeol. Rencana tersebut ternyata lebih sulit daripada yang dibayangkannya karena pramuka dari universitas lain menghalangi caranya. Apalagi, orang tua Dong-yeol tidak mengizinkan pemain incarannya untuk ia boyong ke timnya. Kabarnya, ia sudah dibina oleh tim saingan. Setelah menimbang berbagai hal, ia pun menculik Dong-yeol dan petualangan pun dimulai di tengah huru-hara demonstrasi di kota tersebut.
11. The Old Garden (2006).
foto: imdb.com
The Old Garden merupakan film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama. Film ini mengisahkan gerakan prodemokrasi di Gwangju. Plot film ini melibatkan pasangan selama lanskap politik yang bergejolak di awal 1980-an Korea Selatan, dan peristiwa seputar Pembantaian Gwangju.
Film ini mengisahkan perjalanan Hyun-woo ke sebuah desa yang terisolasi dari pemerintah setelah ia keluar dari penjara selama 17 tahun. Teman-temannya yang pernah tergabung dalam gerakan prodemokrasi banyak menjadi guru di komunitas desa. Film ini menggambarkan bagaimana huru-hara di Gwangju dan bagaimana dampak setelah kejadian besar tersebut.
Recommended By Editor
- 11 Film Korea rekomendasi berbagai genre, mulai aksi hingga komedi
- 5 Film Korea tentang hacker, Fabricated City penuh adegan baku hantam
- 7 Film Korea polisi penuh adegan aksi kocak, Cold Eyes seru banget
- 7 Film Korea baru tayang di VIU 2022, ada banyak judul lama
- 11 Film Korea romantis terbaik, Love and Leashes dijamin bikin baper
- 13 Rekomendasi film Korea sedih terbaik, bikin kamu susah nahan tangis