Brilio.net - Seiring berkembangnya zaman, kuliner pun mengikuti perubahan. Kini kuliner semakin beragam. Makanan khas dari luar negeri mulai 'menjajah' untuk memanjakan lidah masyarakat luas. Belum lagi, semakin variatifnya kuliner fusion yang menggabungkan kuliner lokal dan mancanegara.
Tak ayal, kondisi ini membuat beberapa kuliner lokal pun semakin langka. Selain karena penjualnya yang sudah tidak banyak seperti dulu, bisa juga cita rasanya kurang cocok dengan generasi kekinian. Salah satunya adalah mie kopyok.
Mie kopyok ering dikira sama dengan mie kocok Bandung, padahal jelas berbeda. Mi kopyok merupakan mi yang dilengkapi tahu pong, taoge kemudian disiram kuah kaldu gurih. Karena bahan kuahnya dari rempah-rempah, rasa mie kopyok lebih ringan di lidah jadi cocok disantap dalam situasi apa pun. Bahkan rasa mie kopyok ini lebih ringan dibandingkan soto.
Salah satu mie kopyok yang hingga sekarang masih bertahan adalah Mie Kopyok Mbah Waji. Warung yang dikelola oleh seorang wanita berusia lanjut di Yogyakarta ini sudah berdiri selama lebih dari tiga dekade.
Warung terletak di Jalan Jagalan, Pakualaman, Yogyakarta. Warung sederhana yang berada di tepi jalan Jagalan ini dikelola oleh sepasang suami istri lanjut usia yang tetap terlihat cekatan melayani para pelanggan.
foto: Aulia Shifa
Recommended By Editor
- Mengenal Kicak, kuliner unik khas kampung Kauman yang hanya ada saat Ramadhan
- Kuliner legendaris Jogja sejak 1973, Bakso dan Es Buah PK ini bikin ngiler
- Roti kembang waru, kudapan Raja Mataram Islam yang tetap eksis
- Jadah manten, camilan Kotagede favorit Sri Sultan Hamengkubuwono VII
- Menikmati Banjar & Ukel, camilan tradisional peninggalan Mataram Kuno