Brilio.net - Lebih dari setengah juta anak yang terkena tuberkulosis (TBC) berisiko meninggal karena kurangnya kewaspadaan dan penanganan yang menyenangkan bagi anak, demikian para ahli berpendapat.
TBC, yang membunuh lebih dari seorang tiap 20 menit, lebih sulit dideteksi pada anak ketimbang orang dewasa karena mereka tidak selalu menunjukkan gejala-gejala orang TBC, seperti batuk, berkeringat pada waktu tidur, dan darah pada dahak atau saat meludah.
Karena sebab itu, petugas medis lebih fokus merawat penderita dewasa yang dengan mudah dikenali gejalanya. Menurut ahli, itu merupakan pendekatan yang salah. Sebab, jika terus dibiarkan, anak-anak dengan TBC akan mudah sakit dan meninggal lebih cepat ketimbang orang dewasa.
"Tingginya jumlah anak yang menderita TBC dan sekarat karena mayoritas upaya penanggulangan penyakit hanya terfokus kepada orang dewasa. Anak-anak dengan TBC nyaris dilupakan," kata Mercedes Becerra, Asosiasi Profesor di Harvard Medical School, Boston, Amerika Serikat (AS) seperti dikutip channelnewsasia, Selasa (24/3).
Penanganan terhadap penderita TBC anak sebenarnya sudah dilakukan. Lima tahun lalu Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan obat baru bagi penderita TBC anak, tetapi pil bagi anak tersebut tak pernah diproduksi.
Becerra menganjurkan, cara mudah apakah anak terkena TBC atau tidak adalah dengan melakukan tes penyakit tersebut. Hal tersebut bisa dijadikan langkah antisipasi dan memperbaiki keadaan.