Brilio.net - Sifat individualitis terkadang dinilai bukanlah sifat yang bagus. Akan tetapi, orang dengan karakter ini ternyata mampu mengeluarkan banyak ide. Sayangnya, kualitas idenya tidak sebagus orang dengan karakter suka berkelompok.
Bagaimana sifat individualistis mempengaruhi kreativitas seseorang? Berikut adalah riset yang telah diteliti bagaimana sifat individualistis mempengaruhi seseorang dikutip oleh brilio.net dari Journal of Business Research, Jumat (1/5).
Penelitian ini dilakukan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari Gad Saad (John Molson School of Business), Louis Ho, dan Mark Cleveland (University of Westren Ontario). Dalam risetnya mereka melibatkan 300 peserta berasal dari Taiwan dan Kanada. Tujuan pemilihan dari kedua negara tersebut untuk membuktikan bagaimana karakter individualistis mempengaruhi tingkat kreativitas. Kanada merupakan negara dengan lingkungan individualistis yang tinggi sedangkan Taiwan merupakan negara yang lebih menganut sistem collectivism continuum (lebih suka berkelompok).
Untuk menyelidik tingkat kreativitasnya, semua peserta dikumpulkan untuk melakukan brainstorming dalam sebuah grup. Penilaian standar kreativitas terdiri dari banyaknya ide yang dikumpulkan, kualitas, tingkat kepercayaan diri, dan jumlah kata-kata negatif yang dikeluarkan oleh peserta.
Hasil penelitiannya mengungkap bahwa peserta asal Kanada (kelompok individualistis) menghasilkan ide yang sangat banyak selama proses brainstorming. Akan tetapi kelompok ini sering mengucapkan kata-kata negatif. Di sisi lain, tingkat kepercayaan diri dari grup ini juga sangat tinggi dibandingkan dengan kelompok dari Taiwan.
Hal yang paling menarik adalah, ide dari peserta asal Kanada ternyata kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan grup asal Taiwan. Menanggapi hasil ini, tim peneliti menjelaskan bahwa persoalan perbedaan budaya sangat mempengaruhi proses brainstorming antara kultur barat dan timur.