Brilio.net - Setiap malam puluhan orang rela duduk di lesehan tikar di pinggir Jalan KH. Ahmad Dahlan Yogyakarta. Raut wajah mereka tampak terengah-engah, matanya melotot. Beberapa sibuk mengelap peluh di keningnya. Padahal orang-orang ini bukan sedang berolahraga, mereka sedang makan malam. Ya, situasi ini terjadi di sebuah warung tenda yang sangat laris akan pengunjung. Makanan seperti apa rupanya yang membuat acara makan malam terlihat begitu melelahkan?
Itu adalah efek dari oseng-oseng mercon milik Bu Narti yang sudah legendaris di Jogja. Dari namanya saja sudah bisa dibayangkan kalau makanan ini memiliki rasa khas yang sangat pedas. 'Mercon' yang dimaksudkan pada oseng-oseng ini bukan bahan baku untuk peledak, tapi ini sekadar istilah karena bila kamu mengonsumsi oseng mercon, maka perut dan lidah akan terasa meledak-ledak karena sensasi pedas yang disuguhkan. Kuncinya? Porsi cabai yang lebih banyak dari oseng-oseng biasa.
"Warung ini berdiri sejak 1998, saat itu sedang krisis ekonomi. Pada saat yang bersamaan Bu Narti yang habis ditinggal suaminya meninggal dunia harus melanjutkan hidup. Ya dengan berjualan oseng-oseng mercon ini. Dulu modal awalnya hanya Rp 120.000," ujar Solikhin, salah satu pegawai di warung tersebut kepada brilio.net Kamis (11/12).
Perlahan tapi pasti Bu Narti memperkenalkan resep hasil kreativitasnya sendiri ini dengan mengolah sisa daging sapi (tetelan) yang memang tidak digunakan untuk memasak karena terdiri dari campuran daging dan lemak. Tidak disangka ternyata sambutan masyarakat begitu besar, khususnya para pecinta kuliner pedas.
Dilihat dari bentuknya, tak ada yang menarik dari hidangan ini. Hanya nasi putih panas ditemani oseng-oseng sederhana berisi kikil, gajih, kulit, dan tulang muda. Terlihat sangat berminyak, ditambah kepungan irisan cabai rawit yang bijinya menempel di tetalan tersebut. Namun jangan dilihat bentuknya, tapi rasakan sensasi pedas dan gurihnya yang bakal bikin kamu ketagihan.
"Dulu warung ini belum terkenal dengan nama oseng-oseng mercon. Lalu Cak Nun datang, beliau sering makan di sini bersama teman-teman senimannya. Beliau yang memberi nama oseng-oseng mercon ini," lanjut Solikhin
Setiap hari ini, warung Bu Narti ini menghabiskan 20 kg tetelan yang diolah dengan 6 kg cabai rawit. Kamu ingin mencoba? Saat bertandang ke Jogja datanglah ke warung ini mulai pukul 17.00 hingga 22.00 WIB cukup dengan Rp 15.000 saja.