Brilio.net - Borneo Jazz Festival kembali digelar di Miri, Serawak, Malaysia. Bertempat di Coco Cabana, Miri, Sarawak, Malaysia, festival jazz internasional itu digelar sejak Jumat (11/5) hingga Minggu (13/5).
Borneo Jazz Festival telah menjadi agenda rutin tiap tahun dari Sarawak Tourism Board (STB). Tahun 2018, Sarawak Tourism Board menggandeng No Black Tie dan AirAsia sebagai official airlines partner.
Gelaran Borneo Jazz Festival 2018 menjadi ajang festival jazz international ke-13 yang digelar di Miri. Pertama kali Borneo Jazz Festival diselenggarakan tahun 2006. Seiring perjalanan waktu, tepatnya tahun 2011 panggung tahunan ini berubah menjadi Miri International Jazz Festival.
Bukan hanya Borneo Jazz Festival, banyak festival internasional diselenggarakan di Miri. Hal tersebut mengukuhkan sekaligus mempromosikan Miri sebagai 'Resort City'. Miri memiliki deretan bangunan hotel dan penginapan bertingkat yang tersebar sehingga memudahkan pengunjung dari mancanegara untuk menjelajah destinasi sekitar.
foto: brilio.net/@vindiasari
Miri merupakan salah satu kota yang terletak di kawasan Sarawak, Malaysia. Kota ini berbatasan langsung dengan Negara Brunei Darussalam. Dahulu Miri menjadi kawasan industri penghasil minyak bumi tempat dua merek ternama Shell dan Petronas.
Tak kalah meriah dengan gelaran sebelumnya, Borneo Jazz Festival 2018 menghadirkan sederet musisi jazz dari berbagai negara, seperti Tony Lakatos (Jerman), Benjamin Low (Singapura), Grzegorz Karnas (Polandia), dan masih banyak lagi. Gemerlap lampu sorot dan riuhnya tepuk tangan penonton menyambut para musisi untuk segera tampil. Berikut fakta-fakta unik Borneo Jazz Festival 2018 dihimpun brilio.net, Selasa (15/5).
1. Festival musik jazz internasional diselenggarakan di tempat unik.
Borneo Festival Jazz 2018 diselenggarakan selama tiga hari. Ajang tahunan internasional ini digelar sejak Jumat (11/5) hingga Minggu (13/5) di Coco Cabana, Miri. Panggung gemerlap dengan lampu sorot berwarna-warni menambah semarak aksi panggung sederet musisi jazz dunia.
Festival jazz internasional ini digelar di sebuah gedung yang kental dengan aksen kayu. Tempat yang menjadi lokasi Borneo Jazz Festival ke-13 ini berada di bibir pantai kawasan Marina Bay Park, Serawak. Bangunan kayu berlantai dua ini memberikan suasana romantis nan indah saat malam hari.
foto: brilio.net/@vindiasari
Bagian dalam bangunan telah tersedia panggung yang siap menjadi spot musisi menghibur para penggemarnya. Sejumlah lampu gantung yang sukses menambah keindahan panggung. Tak kalah memukau, sorot lampu warna-warni ikut menambah suasana panggung makin meriah. Sederet bangku kosong telah disediakan pihak penyelenggara untuk penonton.
2. Keindahan pemandangan berbaur dengan alunan musik jazz.
foto: brilio.net/@vindiasari
Tak hanya menampilkan pertunjukkan musik jazz, Borneo Jazz Festival juga memberikan pemandangan menakjubkan yang hanya bisa disaksikan di Coco Cabana. Para penonton bisa menyaksikan secara langsung pemandangan matahari terbenam dari Coco Cabana.
3. Bisa berinteraksi langsung dengan sang idola jazz tanpa sekat.
foto: brilio.net/@vindiasari
Borneo Jazz Festival dibuka dengan bincang hangat bersama penyanyi jazz asal Malaysia, yakni Zainal Abidin. Pelantun tembang Hijau ini berbagi cerita tentang perjalanan kariernya lewat 'Me, Myself, and I'. Pada Jumat (11/5) bertempat di fringe stage Coco Cabana, Dato' Zainal Abidin menceritakan bahwa dirinya berasal dari keluarga kurang mampu namun berhasil menjadi musisi sukses berkat keteguhan hatinya.
Pada momen yang sama, para penonton yang hadir bebas melontarkan pertanyaan dan berdialog secara santai dengan Zainal Abidin. Suasana semakin semarak saat Zainal Abidin ditempani pianis asal Malaysia, Michael Veerapen melantunkan tembang Hijau bersama-sama. Tak ada sekat idola dengan penonton, mereka berbaur bersama dengan santai dan penuh canda.
4. Tiga hari bertabur bintang jazz ternama, termasuk musisi dari Indonesia.
foto: brilio.net/@vindiasari
Acara yang digelar selama tiga hari di Coco Cabana ini menampilkan sederet musisi Jazz dari berbagai negara. Hari pertama, Musisi asal Jepang Isao Miyoshi berhasil memukau lewat kolaborasi dengan grup asal Malaysia WVC. Selanjutnya, aksi memukau penyanyi cantik Cecilia Brunori dan Reverse Quartet asal Italia. Tak kalah meriah aksi kolabirasi Gypsy Jazz featuring Roby Lakatos, Denis Chang, Az Samad & Zulhilmy Zulkifli.
Kolaborasi tiga pemain saksofon jazz dunia Tony Lakatos, Gaoyang Li, dan Julian Chan membius penonton yang memenuhi Coco Cabana. Lalu penampilan Chris Stalk Quartet ikut melengkapi penonton menikmati malam indah di Coco Cabana.
foto: brilio.net/@vindiasari
Hari kedua, Coco Cabana semakin dipenuhi penikmat jazz. Kursi yang tersedia dipadati oleh penonton. Tak hanya di lantai 1, penonton ikut menyaksikan aksi sederet musisi jazz dunia dari lantai 2. Coco Cabana dipenuhi pertunjukkan menakjubkan dari Musisi asal Indonesia Sri Hanuraga Trio. Nggak cuma itu, musisi seperti Ying-Da Chen Quartet: Animal Triste, Beat Goes Bach (Malaysia/Italia), Pete Kallang, Elvira Arul, Melissa Tham, Grzegorz Karnas Formula, Dasha Logan dan lain-lain.
Tak hanya musisi ternama saja yang mendapat panggung di Borneo Jazz Festival 2018, grup musik atau musisi jazz baru ikut tampil. Melalui ajang Borneo Jazz Talent Search, mereka mengelar audisi untuk mencari bakat-bakat musik jazz. Para jebolan Borneo Jazz Talent Search ini tampil di hari ketiga.
5. Memberikan kontribusi tambahan bagi pariwisata Miri, Sarawak.
foto: brilio.net/@vindiasari
Gelaran Borneo Jazz Festival secara tak langsung mampu memberikan kontribusi pendapatan tambahan bagi Sarawak. Data dari Sarawak Tourism Board menyebutkan perhelatan Borneo Jazz tahun 2017 mampu mendatangkan wisatawan mancanegara sekitar 4 ribu orang. Angka tersebut mampu memberikan pemasukan tambahan sebesar 7,8 juta Ringgit Malaysia atau setara dengan Rp 27,5 miliar.
foto: brilio.net/@vindiasari
Pada perhelatan Borneo Jazz Festival 2018, beragam turis mancanegara datang ke Miri. Mereka menempuh perjalanan udara dengan penerbangan AirAsia yang telah menyediakan penerbangan rute dari dan menuju ke Miri, Sarawak, Malaysia.