Brilio.net - Menikmati alunan musik jazz di gedung pertunjukan atau di tempat terbuka di tengah kota, itu sih biasa banget. Tapi bagaimana jika menikmatinya di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl)? Pastinya sih seru dan penuh sensasi.
Nuansa inilah yang ditawarkan Jazz Gunung Bromo. Di ajang musik jazz tahunan ini kamu nggak cuma bisa ngedengerin harmonisasi dari instrumen musik dan lagu jazzy saja lho, tapi juga hembusan kesejukan dan eksotisme alam Bromo yang menawan. Tahun ini, festival Jazz Gunung Bromo yang bakal digelar pada 18 dan 19 Agustus mendatang memasuki perhelatan ke-9.
(foto: jazzgunung.com)
Malah tahun ini merupakan sebuah gelaran istimewa. Maklum, festival musik jazz yang lokasi pementasannya tertinggi di Indonesia ini dihelat bersamaan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Wajar jika dalam ajang kali ini Jazz Gunung Bromo dikemas dalam balutan tagline “Merdekanya Jazz Meneguhkan Indonesia”.
Mungkin terdengar rada “dramatis” dan puitis. Tapi faktanya, ketiga penggagas Jazz Gunung Bromo, Sigit Pramono, Butet Kartaredjasa, dan Djaduk Ferianto sejak awal paham betul bagaimana ranah Nusantara itu punya keunggulan alam dan keberagaman seni budaya pertunjukan yang luar biasa.
(foto:brilio.net/yani andryansjah)
“Musik jazz itu merupakan satu genre musik yang memungkinkan berbagai aliran, instrumen, dan karakter vokal. Kebebasan manusia yang kreatif dan merdeka itu ada di dalam jazz. Mainnya Agustus makanya kita beri tagline Merdekanya Jazz itu sebagai ikhtiar bersama untuk meneguhkan keindonesiaaan kita,” papar Butet beberapa waktu lalu di Jakarta.
Ketiga penggagas Jazz Bromo ini sejak awal memilih konsep panggung berbentuk amfiteater terbuka di Jiwa Jawa Resort Bromo, Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo yang berlatar belakang keindahan pegunungan Tengger bukan tanpa alasan lho.
(foto: jazzgunung.com)
Tujuannya ingin mendekatkan penikmat jazz dengan alam yang selalu mengajarkan kita kearifan untuk mencintai lingkungan di mana kita hidup. Tentu saja, ajang ini akan diimbangi dengan penampilan para musisi keren. Bukan hanya menghadirkan deretan musisi dan band kenamaan, tapi juga menyajikan musik dari musisi yang lahir di komunitas musik.
Nggak cuma musisi Tanah Air, tapi ajang ini juga akan mempertontonkan penampil internasional. Sebut saja pemain alat tiup kawakan dan kawan-kawannya dari Amerika Serikat, Paul McCandless with Charged Particles, serta Chico Pinheiro dari Brasil.
(foto: jazzgunung.com)
“Pemilihan para musisi ini berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama tentunya untuk menggaet penonton. Selain itu juga beberapa karena memiliki warna yang pas dan punya semangat jazz gunung. Kita memadukan modern dan tradisi,” ujar Djaduk.
Nggak heran deh jika ada sajian musik dengan senyawa musik tradisi yang dihadirkan Sono Seni Ensemble dan Ring of Fire Project feat. Ada juga Idang Rasjidi dan Soimah. Rasa nu-jazz dihantar Maliq & D’Essentials. Sedangkan romantisme musik pop akan dipertontonkan Monita Tahalea dan Glenn Fredly.
(foto: jazzgunung.com)
Nah untuk musik jazz modern disuguhkan Indra Lesmana Keytar Trio dan Sri Hanuraga Trio feat Dira Sugandi yang akan memainkan lagu tradisional. Nggak ketinggalan Dewa Budjana Zentuary yang akan mempertunjukkan alunan musik progressive jazz. Sementara musisi Surabaya diwakili urabaya All Stars.
Buat kamu yang ingin menyaksikan festival keren ini nggak usah khawatir untuk bisa menikmati jazz di lereng Bromo ini. Sebab, ada Paket Akomodasi yang memberikan kemudahan dengan adanya penjemputan dan pengantaran dari dan ke Bandara Juanda, menginap 3 hari 2 malam di hotel sekitar lokasi pergelaran beserta dengan sarapan pagi dengan tiket VIP A 2 hari pergelaran, lengkap dengan merchandise Jazz Gunung Bromo. Paket ini dibanderol sekitar Rp2,8 juta/pax.
(foto:brilio.net/yani andryansjah)
Dengan fasilitas menginap di seputar lokasi acara, sebelum menikmati pertunjukan yang dimulai pukul 15:00 WIB, pengguna Paket Akomodasi ini dapat mengunjungi berbagai obyek wisata alam, termasuk hijaunya lereng dan lembah, birunya langit dengan gemawan, air terjun Madakaripura, dan jajaran Pegunungan Bromo–Tengger–Semeru.
“Biasanya jazz gunung dimulai jam 16.00. Tapi tahun ini akan kita majukan menjadi jam 15.00 karena banyak masukan dari para penikmat jazz gunung ketika terlalu malam mereka nggak bakal dapat gambar yang bagus. Sebab mereka kan sambil menikmati musik juga ingin menikmati alam.” papar Sigit yang memang penikmat fotografi.
(foto: jazzgunung.com)
Oh ya, untuk penjemputan dari Bandara bagi pembeli paket akomodasi jadwal keberangkatan dari Bandara Juanda pada 18 Agustus 2017 paling lambat pukul 11.00 WIB. Sedangkan jadwal kepulangan dari Bromo pada 20 Agustus 2017 juga paling lambat pukul 11.00 WIB. Buat kamu yang ingin lebih jelas lagi soal akomodasi bisa klik di sini.
Setidaknya Jazz Gunung Bromo berhasil memposisikan predikatnya sebagai festival jazz tahunan yang berbeda dibanding kebanyakan festival jazz lain, baik dari sisi pemandangan alam, sajian musik yang terkurasi, maupun tata panggungnya.
Yang jelas, ruang terbuka Jazz Gunung Bromo bakal memberikan tempat bagi semburat seni tradisi dan permainan musisi jazz dari berbagai komunitas yang hadir. Jadi jangan sampai kelewat ya.
Recommended By Editor
- Studi: Musik jazz bisa meningkatkan kualitas susu ternak, wah keren
- 10 Musisi jazz muda ini makin memanjakan penikmat musik Tanah Air
- 15 Foto keseruan Ngayogjazz 2016, yang nggak datang dijamin nyesel
- Monita Tahalea buka Ngayogjazz 2016 dengan 'Kekasih Sejati'nya
- 10 Kota di Indonesia ini tempat lahirnya musisi jazz hits, ada kotamu?