Brilio.net - Indonesia nggak pernah kehabisan talenta di dunia tarik suara. Tengok saja dari berbagai ajang pencarian bakat, selalu muncul telanta-talenta berbakat yang memiliki suara emas. Mereka sebelumnya tak pernah mencuat ke permukaan. Kemampuan vokal mereka pun sangat mumpuni.
Ada yang belajar tarik suara secara otodidak. Tapi tak sedikit juga yang merupakan jebolan sekolah vokal. Nah salah satu sekolah yang selama ini juga melahirkan talenta bersuara emas adalah Karunia Bersama Lucky (KBL) Performing Art.
“Everyone is an artist. Setiap orang punya cita rasa seni. Setiap orang bisa berkesenian. Tergantung stimulasi yang dia dapatkan. Jika seseorang berada dalam lingkungan yang kaya akan seni, maka setiap orang adalah artis,” terang Lucky Tampilang, Chief Instructor Vocal KBL.
Nah baru-baru ini, sekolah yang dipimpin Lucky ini melakukan evaluasi terhadap 1.200 siswa/siswi performing art di bilangan Bumi Serpong Damai (BSD). Dengan melibatkan 200-an pelatih serta 300-an crew, sekolah ini ingin melihat kemampuan para siswa di bidang performing art.
Oh iya, evaluasi ini juga untuk mencari talenta yang bakal dikirim ke ajang kelas dunia, World Championship of Performing Art (WCOPA). Ini semacam olimpiade di dunia performing art. Untuk bidang performing art sendiri yang diuji sebagian besar adalah vokal, dance, stage act, dan memainkan instrumen musik.
Dijelaskan Lucky, bahwa di KBL, beragam talenta muda berbakat Indonesia secara berjenjang diasah kemampuannya agar dapat unjuk gigi di kehidupan mereka serta di panggung dunia.
Asal tahu saja ya, para siswa KBL sukses menorehkan prestasi membanggakan Indonesia di kancah dunia dengan meraih total 60 medali di WCOPA. Rinciannya, 21 medali emas, 14 perak, 22 perunggu, 6 juara umum kelompok umur bidang vocal dan instrumental, serta juara kelompok umur dan tiga juara yang diakui standar industri.
“KBL hadir untuk mengangkat bakat yang dimiliki anak-anak. Karena bakat saja tidak cukup jika tidak diasah. Harus ada stimulasi misalnya institusi pendidikan seperti KBL yang mampu mengangkat berkesenian anak yang ditata agar jenjangnya jelas supaya si anak menjadi artis yang profesional,” papar Lucky.
Di KBL, para siswa tidak hanya diajarkan mengolah vokal. Tapi juga memaksimalkan otot-otot pita suara. Metode yang digunakan dinamakan muscle coordination untuk menghasilkan vokal yang optimal. Selain itu para siswa juga diajarkan bagaimana menyanyi dari hati dan mampu bercerita melalui lagu.
“Ternyata bernyanyi itu berhubungan dengan otot. Nah itulah yang harus dilatih. Organ yang terlatih dengan benar akan menghasilkan suara yang lebih baik,” ujar Lucky.
Nah selain vokal, di sekolah ini para siswa juga diajarkan stage act yang merupakan kolaborasi antara vokal dan musik sehingga penampilan di panggung dapat total. Divisi stage act KBL dipandu Chief Instructor Stage Act, Reza Muhammad yang telah berpengalaman di bidang koreografi dan bidang stage act di berbagai show di media televisi, show nasional maupun international.
“Para siswa dibimbing menyanyi tidak hanya bersuara indah namun juga seluruh tubuh, body language, movement, gerakan, act, bisa ikut berekspresi menyampaikan pesan dengan ekspresi yang menyatu,” ujar Reza.
Evaluasi yang dilakukan KBL juga sekaligus sebagai ajang audisi bagi para siswa yang akan dipilih menjadi calon delegasi Indonesia di kancah WCOPA. Setelah lolos, mereka akan mengikuti camp pelatihan intensif baik dari segi mindset, mental, disiplin, pemilihan lagu, pelatihan lebih jauh tentang kemampuan performing art berbagai bidang, mulai dari karakter, kepribadian, cara berjalan, berdiri dan wawasan, karisma, stage act dari seorang performer.
Indonesia sendiri baru mengikuti WCOPA sejak 2015. Kendati tergolong baru namun Indonesia sudah mampu diperhitungkan dan mendapat banyak apresiasi dari dewan juri dan penyelenggara.
“Terbukti pertama bertanding kita sudah meraih 32 medali dan champion of the champion instrumentalist. Lalu industry award dan juara umum overall winner open all style vocal solo kategori umur 13 -15. Lalu ada yang menyabet banyak emas di kategori instrumental dan penyanyi cilik. Ada yang meraih overall winner untuk bidang vocal rock, pop dan lagu tradisional,” kata Feibe Pusung, Nasional Director World Championship Of Performing Art untuk delegasi Indonesia.
Sayangnya, prestasi anak-anak Indonesia ini belum sepenuhnya mendapat perhatian pemerintah. Karena itu, Feibe berharap ke depan adanya dukungan pemerintah Indonesia, termasuk dari industri perfroming art. “Sehingga kita bisa membawa lebih banyak delegasi Indonesia untuk mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia,” jelasnya.
Sebagai informasi, pada penyelenggaraan WCOPA 2019 yang akan digelar di Long Beach, Amerika Serikat pada 11-21 Juni 2019 mendatang, Indonesia rencananya akan membawa 15 peserta. Pendaftaran delegasi sudah dilakukan pada 1 Mei 2019 lalu.
Feibe pun berharap melalui adanya kegiatan ini, agar pendidikan seni yang berguna untuk mengembangkan otak kanan generasi muda mampu menghadapi persaingan dan menjadi pemimpin dalam berbagai bidang kini dan di masa yang akan datang.
Recommended By Editor
- Sore Hore Vol.2 siap manjakan pencinta Rap, B-boy, dan Grafitti!
- 7 Fakta “Nyanyi Sunyi Revolusi”, kisah tragis begawan sastra Indonesia
- 14 Foto kolase lukisan mahal maestro dunia ini bikin takjub
- 7 Spot kece Taman Indonesia Kaya, ada gerbang mural yang instagramable
- Ngaku pencinta seni? Wajib banget datang ke acara XSpace!