12 Alasan kenapa kamu harus bangga pernah tumbuh besar di pesantren

Brilio.net - Ada banyak pengalaman berharga yang hanya dapat kamu peroleh di pesantren. Pengalaman-pengalaman ini akan sangat berharga tapi dengan satu syarat, yaitu ikhlas. Dengan ikhlas menerima semua pengalaman itu, berarti kamu mendapatkan pelajaran berharga dalam hidup yang patut untuk kamu berbangga. Apa saja itu, berikut brilio.net beberkan untuk kamu!

1. Pernah tidur di lantai

Apa makna dari pernah tidur di lantai adalah bahwa kamu pernah berada pada posisi yang tidak nyaman dalam hidupmu. Jika kamu terbiasa melakukannya , maka hidupmu sudah biasa dengan ketidaknyamanan yang bakal melatih kamu menghadapi kenyataan di luar yang memang tidak selalu nyaman.

2. Pernah mengantre toilet

Bahkan untuk buang air saja kamu harus menahannya. Itu artinya kamu telah terlatih untuk menahan kebutuhan vitalmu demi orang lain yang lebih berhak.


3. Pernah mengatur waktu secara detail

Kegiatan pondok sangat padat karena terdiri dari kegiatan mengaji, kegiatan sekolah, ibadah, bermain dan bersosialisasi. Belum lagi kegiatan vital seperti makan dan bersih-bersih. Lalu yang kamu punya hanya 24 jam saja, artinya kamu sudah terbiasa pintar-pintar membagi waktu untuk dirimu.


4. Pernah ibadah di luar kewajiban

Ibadah di luar kewajiban adalah ibadah ekstra. Yaitu sebuah tindakan yang berasal dari dirimu yang ingin melakukan sesuatu lebih untuk yang kamu cintai. Kalau kamu pernah melakukan hal ini, berarti kamu siap untuk memberikan sesuatu yang lebih untuk orang-orang yang kamu cintai.


5. Pernah makan bersama ramai-ramai

Makan bersama ramai-ramai dalam satu tempat makanan tidaklah mudah kalau bukan di pesantren. Siapa yang berkenan membiarkan dirinya memakan-makanan yang dicemari oleh teman-temannya sendiri karena mereka juga memakannya? Selain itu dengan makan bersama ramai-ramai ini berarti bahwa kamu mau berbagi dengan teman-temanmu.


6. Pernah dihukum berat ketika bersalah

Kamu yang pernah melakukan kesalahan di pondok lalu dihukum, berarti kamu telah belajar mengakui kesalahan dan lapang menerima hukuman. Berbanggalah karena di dunia luar tidak banyak orang yang mau mengakui kesalahan dan lapang menerima hukuman.

Baca juga:

6 Kebiasaan santri pesantren yang nggak ada di tempat lain

Pesantren ini syaratkan santrinya telah bergelar doktor atau profesor

12 Cara jitu ini bikin kamu nggak perlu telat bangun subuh lagi

7. Pernah malu berpidato di depan umum

Kalau kamu pernah melewati masa-masa grogi berbicara di depan umum, berarti kamu sudah pantas untuk berorasi ke mana-mana.


8. Pernah memimpin teman-temanmu

Walaupun hanya memimpin teman, tetapi yang namanya memimpin itu tidak pernah mudah. Memimpin teman-teman dalam mengorganisir kamar atau kegiatan tertentu dapat melatih tanggung jawab.


9. Pernah lupa waktu dalam belajar

Hanya ada beberapa kesempatan belajar di pesantren. Bahkan biasanya kesempatan itu hanya di jam-jam larut malam. Bayangkan, kamu pasti tidak percaya kalau kamu pernah tetap berusaha berkonsentrasi meski tubuhmu sudah mengantuk. Ini melatihmu selalu konsentrasi dalam setiap pekerjaanmu.


10. Pernah pandai membuat surat cinta dan puisi

Kreativitas akan muncul dalam keadaan terbatas. Ya, itulah yang terjadi jika kamu hendak menyampaikan perasaanmu kepada seseorang tapi terbatas alat komunikasi dan ketatapan langsung. Kreativitasmu seketika muncul untuk menyampaikannya lewat tulisan surat, ditambah dengan rima puitis agar lebih menyayat. Hmmm.. pantas kamu jadi pribadi yang romantis setelah melakoni ini semua.


11. Pernah menata barang dalam tempat super kecil

Lagi, kreativitas akan muncul dalam keadaan terbatas. Dan memang demikian di pesantren. Kamu cuma mendapatkan sepetak almari 30 x 30 cm sementara barangmu bejibun. Satu-satunya cara adalah menata seminimal mungkin agar semua barangmu aman. Berarti kamu pernah belajar untuk menjaga propertimu dalam keterbatasan.


12. Pernah bersarung ke pasar

Sudah pasti malu kalo bukan kamu yang pernah di pesantren untuk bepergian ke pasar dengan sarung. Tapi, kamu berani, berani tampil beda dan apa adanya.