Brilio.net - Ada mama minta pulsa, ada juga papa minta saham. Begitulah kelakar Jokowi menanggapi terkuaknya transkrip percakapan antara Setya Novanto, Maroef Sjamsoeddin, dan Muhammad Riza Chalid terkait kasus dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden untuk meminta sesuatu dari Freeport.
Bocornya transkrip ini membuat Setya Novanto harus diadili di sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) karena tuduhan melanggar kode etik DPR. Sebagai anggota legislatif, tentu bukan ranah Setya Novanto untuk membicarakan Freeport kepada pimpinan Freeport.
Nah, pada Kamis (3/12), brilio.net sudah menghimpun fakta-fakta menarik dalam transkrip percakapan antara Setya Novanto (SN), Maroef Sjamsoeddin (MS), dan Muhammad Riza Chalid (MR) yang telah diputar dalam sidang MKD, Rabu 2 Desember 2015. Dijamin kamu akan gemas sendiri membacanya.
1. Jokowi digambarkan keras kepala
Dalam rekaman pembicaraan disebut-sebut karakter sosok Presiden Jokowi Widodo yang dinilai keras kepala. "Pengalaman saya ya Pak. Presiden ini agak koppig tapi bisa merugikan semua. Koppignya dia buat bahaya kita," kata SN dalam rekaman itu. Kopping merupakan istilah dari bahasa Belanda yang berarti keras kepala.
2. Luhut disebut 66 kali
Luhut...
Luhut...
Luhut... dan 66 kali Luhut!
3. Ada nama Darmo
Darmo di dalam percakapan di gambarkan sebagai sosok kesayangan Jokowi karena dirinya pandai berbicara dan mendapatkan gelar PHD dari kampus luar negeri. Siapakah Darmo? Ada yang menyebut dia adalah Darmawan Prasodjo yang menjadi Deputi I Bidang Monitoring dan Evaluasi saat Luhut menjabat Kastaf Kepresidenan. Pria ini merupakan lulusan dari Duke University, Amerika Serikat. Dia akrab disapa Darmo dan pernah bekerja di Gedung Putih Amerika Serikat.
4. Soal bagi-bagi saham
Bagian awal percakapan disebut Riza bahwa harus ada pembagian saham antara Luhut dengan Jusuf Kalla.
5. Jika JK presiden, terbanglah kita
Ada ungkapan pengandaian jikalau JK jadi presiden, maka perekonomian Indonesia akan melejit, karena latar belakang JK adalah pengusaha kawakan. Ungkapan itu terjadi dalam percakapan antara MR dan SN. Presiden blusukan sementara JK yang ngurusin ekonomi, tapi mereka mengakui bahwa belakangan dibatasi. Sehingga mereka mengeluh karena semua sektor dikenakan pajak.
6. Jokowi maunya sama Hatta waktu pilpres
Jokowi sempat mau dipasangkan dengan Hatta kala pilpres, menurut pengakuan MR. Tetapi karena Mega keberatan, jadinya tetap dengan JK.
7. Polemik Budi Gunawan
Megawati minta Jokowi angkat Budi Gunawan jadi Kapolri, begitu pengakuan SN. Digambarkan juga semua koalisi Mega tidak ada yang berani menolak, bahkan Surya Paloh dan Wiranto yang menolak BG dimarahi habis-habisan oleh Mega. Tapi Jokowi berani menolak meski dimarahi Megawati.
8. Menteri PAN dan RB ecek-ecek
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dinilai tidak cukup kapabel sebagai menteri.
9. Soal PSSI Jokowi sangat ngotot
Lagi-lagi digambarkan betapa kuatnya pendirian Jokowi. Kali ini dalam hal pembenahan persepakbolaan Indonesia.
10. MS sebut SN Henri Kissinger-nya Indonesia
Henri Kissinger adalah mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan pemenang Nobel Perdamaian. Dalam sebuah percakapan, Maroef memuji kemampuan lobi SN layaknya Henri Kissinger.
11. Freeport tidak menyumbang saat Jokowi mantu
Rupanya percakapan "Papa Minta Saham" juga menyangkut-nyangkut pernikahan anaknya Jokowi. Ketika MR menanyakan apakah ada sumbangan dari Freeport untuk pernikahan anaknya Jokowi, MS menyatakan tidak ada.
12. Sebut-sebut Dajjal segala
Hmmm.. Apa ada hubungannya dengan iluminati?
13. Sinterklas untuk Papua
Maroef mengeluhkan sikap mental rakyat Papua yang banyak maunya dan mahal-mahal pula. Ia mencontohkan ketika Freeport hendak membangun sekolah, malah diminta lagi bangun rumah sakit.
14. Bukan kelas menteri menangani urusan Freeport
Menurut SN, lobi kepada presiden untuk urusan Freeport itu belum tentu berhasil jika yang melakukannya menteri di jajaran Kabinet Kerja. Bahkan, ia menyebut, belum tentu presiden memahami jika masalah itu dijelaskan para menterinya.
15. Sindir menteri Susi
MR mencontohkan kasus seorang pengusaha nelayan yang bangkrut karena Jokowi mengangkat Susi sebagai menteri perikanan. Saat itu si pengusaha sudah membeli kapal asing dan bekerja sama dengan asing untuk mengeruk ikan-ikan Indonesia, tiba-tiba ketika Susi diangkat jadi menteri dan membuat peraturan yang mengharamkan kapal asing, membuat si pengusaha itu bangkrut.