Brilio.net - 30 September adalah tanggal di mana bangsa Indonesia kerap mengingat peristiwa besar nan keji yang pernah terjadi pada 30 September 1965 yang dikenal dengan peristiwa G30 S/PKI. Peristiwa itu bahkan difilmkan dan menjadi tontonan wajib setiap tanggal 30 September saat orde baru berkuasa.
Yang pernah nonton film ini, semua setuju kalau film ini lumayan seram. Banyak faktor yang membuat film ini seram. Salah satunya adalah kisahnya yang memang menceritakan peristiwa pembunuhan keji. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang membuat film ini makin mengerikan, seperti 6 faktor yang brilio.net rangkum, Selasa (29/9).
1. Backsound yang serem bikin merinding
Nggak bisa dimungkiri, sound di film ini berperan besar menambah seram film ini. Suara musiknya benar-benar bikin merinding
2. Suasana gelap khas film lawas
Seperti halnya film-film zaman 70'an, film G30 S/PKI ini suasananya agak gelap. Hal ini makin menambah keseraman film ini.
3. Banyak adegan penyiksaan
Banyak adegan penyiksaan membuat suasana menjadi seram, apalagi ditambah suara jeritan dan pekikan yang melengkapinya.
4. Banyak terdengar suara letusan tembakan
Film dengan banyak adegan yang melibatkan militer selalu identik dengan suara tembakan. Tak terkecuali film G30 S PKI ini
5. Bahasa yang digunakan cenderung baku
Kalau diperhatikan, percakapan-percakapan antar tokoh yang terlibat dalam film ini banyak menggunakan bahasa baku. Hal ini tentu menimbulkan kesan sangar dan horor.
6. Setting di gedung yang terlihat tua dan hutan
Banyak adegan di film ini mengambil tempat di gedung yang (terlihat) tua dan hutan belantara. Hal itu tentu identik dengan hal seram.
Recommended By Editor
- Kerap sakit kepala, ternyata cacing pita bersarang di otak wanita ini
- Status Instagram Liliyana Natsir undang kesedihan netizen, ada apa?
- Kado terindah dari Hendra/Ahsan, netizen ramai-ramai berterima kasih
- Djaka Sasmita, bergelar doktor tapi anaknya tak lulus SMA, kenapa?
- Berkat biochip, Djaka Sasmita mendapat julukan Ibnu Sina dari Bantul
- Pesantren ini syaratkan santrinya telah bergelar doktor atau profesor