Brilio.net - Wayang suket yang merupakan permainan tradisional asli Indonesia berbentuk menyerupai tiruan dari wayang kulit, biasanya terbuat dari rumput atau dalam bahasa Jawa disebut suket.

Zaman dahulu wayang suket dikenal sebagai permainan untuk menyampaikan cerita pewayangan dan pesan-pesan positif kepada anak-anak. Budaya wayang memang sangat melekat di masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang bermukim di daerah Jawa. Karena wayang kulit tidak dapat dipentaskan sembarangan, maka diciptakanlah wayang suket sehingga pewayangan bisa dimainkan anak-anak.

Berbicara perihal wayang suket, maka sosok mendiang Slamet Gundono sangat lekat dengan wayang ini. Setelah kepergian dari Slamet Gundono, kekhawatiran punahnya wayang suket sempat menjadi perbincangan, namun rasanya perjuangan Slamet Gundono tidak berakhir begitu saja sebab masih ada anak muda yang peduli terhadap keberadaan wayang suket, salah satunya adalah anak muda yang bergabung di Komunitas Wayang Benges.

Wayang Benges merupakan lembaga non profit dan independen yang berdiri sebagai bentuk kepedulian atas budaya Nusantara dalam upaya menggali tradisi, khususnya wayang suket.

"Awalnya itu memang saya membuat wayang suket dan akhirnya bertemu beberapa teman seperti Novi dan lainnya, lama kelamaan ketemu teman-teman yang lain yang kemudian sepakat untuk membuat lembaga seni yang fokus untuk melestarikan mainan anak salah satunya wayang suket dan sampai sekarang sering diajak kolaborasi dalam beberapa kegiatan," jelas Jantan Putra Bangsa, manajer operasional komunitas Wayang Benges, kepada brilio.net, Minggu (13/9).

Anak muda ini lestarikan wayang suket setelah Slamet Gundono tiada


Dibawah pimpinan Novia Kristiana, kini Wayang Benges banyak melakukan kegiatan pelatihan dan pentas di berbagai daerah di Indonesia guna memperkenalkan kembali wayang suket dan menarik minat anak-anak muda melestarikan mainan tradisional yang mulai tersisihkan dengan keberadaan gadget. Wayang Benges sering mengadakan pelatihan di kota-kota seperti Surabaya, Bandung, Banjarnegara dan berbagai kota besar lainnya.

"Senanglah berkumpul sama teman-teman di sini yang tetap komitmen menjaga budaya seperti mainan anak," ujar Novi.

Lima tahun berdiri sejak 2011 hingga saat ini, hampir seluruh desain dari wayang suket yang dibuat oleh Wayang Benges merupakan karya orisinal dari anggotanya. Mereka dengan senang hati berbagai ilmu bagaimana membuat wayang suket.

Tergerak melestarikan permainan anak merupakan panggilan hati yang dirasakan oleh mereka hingga tidak ada beban apapun yang menghambat mereka untuk tetap berjuang agar permainan tradisional tetap leastari. Para anak muda ini sering melakukan riset mengenai wayang suket dengan mengumpulkan data-data berupa arsip, literatur, video, foto dan berbagai referensi lainnya untuk terus mengasah kreativitas yang dimiliki.

"Namanya permainan anak, maka sebisa mungkin yang ikut bermain bersama anak-anak, bermain bersama anak-anak jadinya kita bikin pertunjukan untuk anak-anak dengan menggabungkan pantomin, tari, puisi, paduan suara dan tentunya wayang suket sendiri," jelas Jantan Putra Bangsa.

Diakui Novi butuh waktu sekitar 1 bulan hingga 3 bulan untuk mempersiapkan pentas wayang suket. Meski harus mengorbankan banyak waktu, pikiran dan tenaga, pada akhirnya mereka tidak menyerah dan menekuni untuk melestarikan wayang suket. Tema yang disampaikan dalam setiap pementasan pun cukup menarik dan mudah dipahami anak muda, seperti kisah Dewi dan berbagai cerita rakyat yang mengandung pesan moral yang baik.

Anak muda ini lestarikan wayang suket setelah Slamet Gundono tiada


"Tahun ini rencananya kami ingin mengumpulkan mainan-mainan anak yang selama ini sudah hampir hilang," tandas Novi.

Melihat antusias anak muda yang mulai menyambut baik keberadaan wayang suket dan banyaknya anak muda yang mulai tergerak melestarikan budaya bangsa, maka optimisme untuk budaya Indonesia bisa bertahan dan tidak punah bukanlah hal yang mustahil. Kalau mereka bisa melestarikan wayang suket dengan bertindak langsung, maka kamu tentu juga bisa melakukan hal positif untuk bangsa ini. Jangan pernah berhenti berkontribusi untuk melestarikan budaya Indonesia.