Brilio.net - Mengusung tema Bhinneka Tunggal Jazznya pagelaran Ngayogjazz ke-9 kembali digelar di Desa Budaya Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Acara tahunan itu penuh sesak dengan pengungjung dari segala usia dan latar sosial yang memenuhi panggung-panggung Ngayogjazz. Ada lima panggung, yakni panggung Puntadewa, panggung Janaka, panggung Werkudara, panggung Nakula dan panggung Sadewa, Minggu malam (21/11) .

Di panggung Werkudara, penampilan penyanyi jazz kawakan Trie Utami diiringi Kua Etnika yang dikomandoi Djaduk Ferianto menarik animo penonton cukup besar. Panggung penuh sesak, penonton di depan panggung membludak. Tak kehabisan ide, penonton yang tak kebagian di depan panggung mulai membanjiri samping hingga belakang panggung. Di antara pohon bambu yang berbatasan dengan kuburan, penonton tetap asyik menikmati suasana.

Dani, mahasiswa asal Temanggung ini mengaku menikmati pertunjukan meski dari balik panggung. Dia bersama kekasihnya terlihat sesekali ikut berjoget.

"Ya, walau lihatnya punggungnya saja tapi asyik kok, dari depan malah sudah penuh sekali nggak kelihatan apa-apa," terangnya pada brilio.net semalam.

Senada, Eka, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang ini mengaku menikmati suasana meski kakinya digigiti nyamuk karena berdiri di bawah pohon bambu. Bersama teman-temannya, ia terlihat menikmati suasana dan sesekali tertawa mendengar lelucon dari Trie Utami dan Djaduk.

"Tetap keren kok, tapi kakiku digigiti nyamuk. Tapi, yang penting tetap asyik bareng teman-teman," tuturnya.

Penonton semakin bersemangat ketika budayawan kondang Butet Kartaredjasa dan street artist ternama, Samuel Hendratma, naik ke atas panggung. Apalagi, kala Trie Utami dan Samuel berduet menyanyikan lagu Happy Birthday untuk Butet yang ternyata berulang tahun hari itu. Di akhir acara, Trie Utami dan Djaduk meminta seluruh penonton berdiri untuk bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Pusaka.