Bantal, alas kepala saat tidur yang mampu menambah kenyenyakanmu ini sudah dikenal sejak 7.000 tahun SM. Diungkapkan dalam buku Asal-usul Benda-benda di Sekitar Kita Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM yang dikutip brilio.net pada Senin (3/8), bantal pertama kali digunakan oleh bangsa Mesopotamia yang berdomisili di antara Sungai Eufrat dan Sungai Tigris, kini lebih dikenal sebagai Irak. Peninggalan arkeologi membuktikan bahwa bantal masa itu terbuat dari batu.

Alas kepala ini pada masa Mesir kuno juga telah dikenal, dengan bahan bukan lagi batu. Masyarakat China mengenal bantal sekitar tahun 960 M. Bahan yang lebih keras seperti kayu dan bambu lebih disukai daripada bahan-bahan yag lebih lembut, sebab mereka mempercayai bantal lembut dapat mencuri energi ketika mereka tidur.

Di Eropa, bantal menjadi penanda status sosial masyarakat. Hanya orang kelas menengah ke atas yang menggunakan benda ini. Namun, persepsi ini diruntuhkan oleh Raja Henry VII dari Kerajaan Inggris. Dia melarang semua orang memakai bantal kecuali wanita hamil. Lelaki yang tetap memakai bantal dianggap sebagai pria lemah.

Pandangan tersebut mulai luntur pada abad ke-19. Benda ini dianggap alat bantu yang baik sebagai penambah nyenyak tidur. Hingga kini, bantal lembut telah diproduksi massal dengan berbagai bahan baku yaitu kapas, dakron, bulu angsa, dan lainnya.