Brilio.net - Pernah mendengar istilah 'Jogja ora didol' atau dalam bahasa Indonesia artinya 'Jogja tidak dijual'? Kalimat tersebut sebenarnya bentuk protes dari masyarakat Jogja akan pembangunan besar-besaran yang tiada henti. Mungkin kamu juga menyadarinya, Jogja sudah tidak seperti dulu lagi. Kini Jogja menjadi lautan beton, puluhan hotel baru dibangun, pusat perbelanjaan besar menghiasi setiap sudut Jogja.
Di tengah modernisasi kota, kampung pinggir sungai selalu jadi wilayah yang tak terjamah. Sementara Jogja terus bersolek, warga Kali Code, sungai yang membelah Kota Jogja, yang menetap puluhan tahun di kota ini harus tertinggal dalam kesederhanaannya.
Melihat permasalahan ini, warga Code tak hanya tinggal diam. Tiap tahun selalu ada ide kreatif yang diciptakan untuk menunjukkan eksistensi mereka. Mereka ingin membangun kampungnya sendiri secara mandiri. Akhirnya, bosan dengan stereotipe kampung kumuh dan gelap, tahun ini warga bekerja sama dengan Komunitas Cemara , sebuah Komunitas yang didedikasikan untuk kepedulian terhadap anak-anak Code, menyulap kampung menjadi bersih, hijau dan bercahaya di malam hari dalam Festival Kampung Lampion Kali Code 2015.
"Kami ingin menunjukkan bahwa lingkungan kami ini layak huni. Kami juga ingin membuktikan bahwa walau tinggal di pinggir sungai kami juga dapat berkarya, berprestasi dan tidak ada anak yang putus sekolah," ujar Sugeng, Ketua RT 18 Kali Code saat pembukaan festival Senin malam (28/12)
Mereka mengubah barang-barang bekas seperti plastik, kertas, kaleng dan botol minuman bekas menjadi lampion cantik yang menghiasi teras tiap rumah. Tak hanya itu, tembok tiap rumah akan dipercantik dengan cat pola batik serta mural karya anak-anak setempat. Mereka juga mengadakan diskusi dengan tajuk 'Peran Komunitas Kampung dalam Pembangunan Kota' dengan pembicara Imam Priyono, Wakil Walikota Yogyakarta.
"Semua ini bisa dinikmati oleh umum hingga malam pergantian tahun pada 31 Desember 2015. Sambil menikmati malam di sini, pengunjung dapat menyusuri sejarah Kali Code sejak tahun 1990an hingga kini lewat pameran foto 'Code dulu, kini dan nanti'," lanjut Sugeng.
Pengunjung yang datang juga dapat berpose di sepanjang gang yang akan penuh berhias lampion dan lampu-lampu kecil dengan desain yang keren banget.
Recommended By Editor
- Jogja ternyata masih punya 600 bangunan bersejarah bernilai budaya
- Usai direnovasi, KM 0 Yogyakarta sering memakan korban kuda jatuh
- Ini dia Gardu Action, tempat wisata yang terbuat dari sampah
- Sejuknya Green Village Gedangsari, Selandia Baru versi Jogja
- Inilah tempat-tempat di Jogja yang sering dijadikan tempat syuting