Brilio.net - Restu ibu dalam menjalankan segala usaha memang tak boleh dilupakan. Doa orangtua, utamanya ibu, dipercaya menjadi salah satu kunci kesuksesan. Prinsip itulah yang telah dibuktikan Muhammad Luqman Hakim (21), mahasiswa semester 8 jurusan Biologi Universitas Diponegoro yang sukses mengembangkan usaha konfeksinya. Usaha konfeksi yang diberi nama Ikilho Konfeksi itu saat ini telah beromzet Rp 25 juta per bulan.
Diawali karena dorongan untuk belajar hidup mandiri, pemuda ini berpikir bagaimana caranya untuk meraih kemandirian itu. Hingga ia teringat dengan ceramah ustaznya di pesantren, bahwa jalan rejeki yang paling utama adalah dengan berdagang. "Rasulullah Muhammad SAW adalah inspirasi utamaku, karena beliau kan juga memperoleh rejeki dari berdagang," kata Luqman ketika dihubungi brilio.net.
Pemuda kelahiran Jepara ini menerangkan bahwa dia pernah mengalami jatuh bangun ketika membangun usaha konfeksi yang dia rintis sejak 2011 dengan memanfaatkan media sosial. Saat itu dia hanya menawarkan jasa pembuatan jaket dan kaos ke teman satu kampusnya. Kemudian setelah ia mendapatkan order, dia bawa orderan itu ke Jepara untuk digarap oleh saudaranya yang sudah punya usaha konfeksi.
Saat menjalankan usaha itu, tak dipungkiri dia pun pernah mengalami kerugian karena salah cetak ataupun tidak dibayar oleh pemesan. Tapi ia tetap tak ciut nyali untuk meneruskan usahanya itu. "Pasarannya adalah mahasiswa, utamanya mahasiswa Undip. Tapi saat ini pelanggan saya juga ada dari kampus lain di sekitaran Semarang," ujarnya.
Belajar dari pengalaman, usahanya pun semakin maju. Salah satu yang ia tekankan adalah pemasaran branding yang meyakinkan serta kualitas produk agar tidak mengecewakan pemesan. Luqman menerangkan bahwa konfeksinya itu tidak memegang produksi. Ketika ia mendapatkan orderan, ia menyerahkan produksinya kepada mitranya yang menekuni usaha produksi. "Karena saat ini saya masih kuliah dan nyantri di pesantren, jadi kalau mikirin mesin dan karyawan akan pusing. Jadi saya maksimalkan di marketing saja," paparnya.
Dari hasil usahanya ini, Luqman terbilang sudah mulai mandiri sejak semester 3. Dengan uang hasil usahanya dia bisa membiayai kuliah, biaya pesantren, dan kehidupan sehari-hari. Sejak semester 3 itu Luqman sudah tak lagi menerima kiriman dari orangtuanya.
Luqman bercerita bahwa pernah beberapa kali orangtuanya ingin sekali memberikan kiriman kepada dirinya seperti layaknya orangtua lainnya yang anaknya sedang kuliah. Tapi dengan halus Luqman berusaha untuk menolak keinginan orangtuanya itu. "Kapan-kapan saja kalau Luqman butuh, Bu. Disimpan dulu saja buat biaya S2 Luqman," kenang Luqman menirukan kata yang sering dia ucapkan kepada ibunya.
Meski sibuk dengan usahanya, Luqman membuktikan bahwa kuliah dan studinya di pesantren tidak terganggu. Bahkan dia juga berprinsip untuk tidak meninggalkan ngaji di pesantren selagi tidak ada halangan yang cukup mendesak. Dia cukup puas dengan IPK-nya saat sebesar 3,40 di tengah aktivitasnya yang begitu padat. Karena selain kuliah dan pesantren, dia juga selalu aktif dengan kegiatan penelitian.
Terbukti dia pernah meraih prestasi tertinggi sebagai juara 2 LKTI tingkat nasional di Bengkulu dan dan juara 3 di Jember. Pemuda ini juga aktif dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). "Tahun ini jadi tahun ketiga proposal PKM saya diterima Dikti. Tahun lalu proposal yang saya ajukan dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) juga diterima dan mendapatkan modal Rp 13 juta."