Brilio.net - Makanan cepat saji kini menjadi salah satu solusi masyarakat yang tak ingin ribet saat makan. Tak heran jika restoran cepat saji, baik skala daerah maupun nasional, banyak diburu dan semakin tumbuh subur. Banyak peminat, tentu butuh antre untuk mendapatkan makanan di restoran cepat saji. Apalagi ketika jam makan siang dan di akhir pekan, pasti antrean pembeli bisa mengular.

Antrean yang begitu panjang di restoran cepat saji ternyata menimbulkan trauma bagi Rafi (21), seorang karyawan paruh waktu salah satu restoran cepat saji di kawasan Bekasi.

Rafi bercerita pernah suatu ketika antrean di restoran cepat saji tempatnya bekerja sangat panjang. Bahkan Rafi menyebut saat itu antreannya bisa mencapai 10 meter lebih. Padahal saat itu pula hanya ada 2 pelayan dan 1 kasir yang bertugas. Tentu hal itu membuat pelayanan tak bisa cepat.

Saat seperti itu, Rafi merasa wajar jika pelanggan mengeluhkan lamanya pelayanan karena jumlah pelanggan yang begitu banyak, padahal mereka semua yang dalam keadaan lapar ingin segera makan.

Selang beberapa waktu tiba-tiba ada seorang perempuan Tionghoa yang tak sabar dan komplain dengan pelayanan yang lama. "Mas kok pelayanannya lama banget, saya mau makan di sini dan dibawa pulang," kata Rafi menirukan omongan wanita tersebut kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Senin (22/2).

Menurut Rafi, ia cukup ketakutan melihat keagresifan ibu tersebut. Setelah ditanya, ternyata ia memesan paket Value. Sementara untuk yang dibungkus ia memesan paket Value dengan diganti minumannya. Rafi lalu meninta sang ibu tersebut untuk mengatakan penggantian minuman itu kepada kasir. Rafi sendiri juga sudah mengatakan penggantian itu kepada kasir, meskipun ia tak menulisnya.

Riuh keramaian dan antrean yang sangat panjang membuat karyawan tak bisa berkonsentrasi penuh. Ternyata pesaanan sang ibu tadi belum diupgrade alias belum diganti minumnya sesuai yang diinginkan. Sang ibu pun lalu komplain dan membentak Rafi.

Rafi sendiri sebenarnya tak mau disalahkan, karena ia sudah mengatakan hal tersebut ke kasir dan sudah berpesan ke sang ibu agar juga mengatakan ke kasir. Tapi apalah daya, ia tak enak melempar kesalahan ke kasir yang lebih senior dari dia ataupun menyalahkan si ibu pelanggan itu.

Keributan terjadi. Karena suara si ibu yang sangat keras membuat banyak orang memperhatikan mereka. Bahkan si ibu mengancam membatalkan pesanannya. Akibat masalah itu, Rafi sampai dipanggil manajernya dan diberi peringatan untuk berhati-hati.

"Saya akhirnya menanggung pembayaran makanan yang dicancel itu, karena peraturannya kalau ada customer yang cancel, maka biayanya ditanggung pelayan yang bersalah," terang Rafi yang merupakan mahasiswa PTS di Bekasi itu.

Baginya yang membiayai hidup sendiri, uang potongan itu sangat berharga. Uang itu bisa ia manfaatkan untuk makan ataupun hal lain yang lebih berguna. Tapi apalah daya, ia harus menanggung risiko dari masalah yang melandanya.

Sejak saat itu, ia merasa ketakutan dengan pelanggan perempuan Tionghoa. Apalagi jika hari itu adalah akhir pekan. "Saya selalu melingkari kalender saya saat akhir pekan biar saya lebih berhati-hati," tutur Rafi.

Rafi pun berpesan kepada masyarakat agar mau antre dan bersabar saat membeli di restoran cepat saja. Rafi mengakui jika pembeli harus diperlakukan seperti raja. Tapi mereka sebagai karyawan juga ingin diberi perlakukan selayaknya. Bagi Rafi, melayani banyak orang bukanlah perkara mudah, butuh kesabaran ekstra menghadapi berbagai macam orang.

Cerita ini disampaikan oleh Rafi melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!