Brilio.net - Jika tidak sedang shalat atau ikut serta dalam peperangan, Abdurrahman ibnu 'Auf menghabiskan waktunya dengan berbisnis. Dari kegiatan yang sudah begitu dijiwainya ini, dia bisa mendapatkan bayak harta yang kemudian lebih banyak dia sumbangkan untuk keperluan umat. Baginya, harta kekayaan tak akan menciptakan kebahagiaan jika hanya dimakan sendiri. Justru dia sering risau akan hartanya kalau-kalau memberikan dampak buruk untuknya kelak di akhirat.
Abdurrahman adalah sosok lelaki berperawakan tinggi, berwajah cerah, berkulit halus. Dia memiliki luka permanen pada salah satu kakinya yang menyebabkan pincang dan beberapa giginya tanggal hingga cadel sebagai bekas dari Perang Uhud. Ia sangat bersahaja sampai konon jika sedang bersama, maka tak bisa dibedakan antara tuan dengan pelayan.
Dikisahkan dalam buku 60 Orang Besar di Sekitar Rasulullah SAW yang dikutip brilio.net, Kamis (9/7), Abdurrahman sempat menyesali kealpaan dirinya membantu saudaranya. Suatu hari dirinya tengah bersiap buka puasa. Ketika makanan telah siap di hadapannya, dia justru menangis dan seketika hilang selera makannya.
Dia berkata, "Mush'ab ibnu Umair gugur sebagai syahid. Ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku. Namun, ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutupkan ke bagian kepalanya, kakinya akan terlihat, dan jika ditutupkan pada bagian kakinya, terbukalah bagian kepalanya."
Abdurrahman ibnu 'Auf juga menyesali kealpaannya pada Hamzah yang juga mati syahid dalam perang. Ketika dikubur Hamzah hanya mengenakan sehelai selendang, padahal pada dirinya terdapat kelimpahan harta. Dia mengkhawatirkan kalau kenikmatan yang diperolehnya sekarang ini merupakan pahala kebaikan yang didulukan Allah di dunia sehingga tidak mendapatkan lagi balasan yang jauh berlipat-lipat di surga.
Dalam kesempatan lain, ia bersama beberapa orang sahabat bersiap menyantap hidangan yang telah tersedia di hadapan mereka. Namun Abdurrahman lagi-lagi malah menangis. Para sahabat bertanya, "Apa yang membuatmu menangis wahai Abdurrahman?"
"Rasulullah SAW meninggal, sementara beliau dan keluarganya tak pernah kenyang memakan roti gandum. Jangan-jangan ajal kita ditangguhkan bukan untuk kebaikan kita!" tukas Abdurrahman.
BACA JUGA:
Ini penyebab kekalahan umat Muslim di Perang Uhud
Kisah Nabi Zakaria, tak henti-hentinya berdoa akhirnya dikaruniai anak
Bukan Khadijah cinta pertama Muhammad, tapi ini lho wanita itu
Kisah terenyuh Sunan Giri, saat bayi dibuang ke laut oleh kakeknya
Kisah Wali Sanga, alat musik tradisional bikin orang masuk Islam
'Tapa ngeli', cara Sunan Muria menyebarkan ajaran Islam
Ternyata Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati, ini penjelasannya
Ini asal usul falsafah dahsyat Moh Lima besutan Sunan Ampel
Tokoh punakawan, peninggalan Sunan Kalijaga sewaktu berdakwah