Brilio.net - Sudah 200 tahun Gunung Tambora yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, memuntahkan seluruh material yang ada di dalam perutnya pada 5 April 1815 silam.
Sebanyak 100-150 km3 materi vulkanik tersembur ke udara. Kekuatan letusannya hampir 200 ribu kali lipat kekuatan bom atom. Di Inggris, letusan gunung ini telah menelan 65.000 korban jiwa akibat epidemi tifus.
Dahsyatnya, letusan gunung yang seringkali menarik para pengamat seismologis dan vulkanologis sekaligus para pendaki lokal maupun mancanegara ini, pernah melumpuhkan Eropa. Anomali cuaca menerpa Eropa kala itu. Musim dingin terjadi selama akhir 1815-1816. Maka tak pelak, musim ini disebut sebagai 'The Year Without Summer' atau 'Tahun Tanpa Musim Panas'.
Seperti dikutip brilio.net dari nationalgeographic.co.id menyampaikan ulang keterangan dari Niles' Weekley Register edisi Sabtu, 18 Mei 1816, bahwa salju yang berjatuhan waktu itu berwarna merah dan kuning. Salju terlebat turun di Terrano, Italia, pada 31 Desember. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan di banyak kalangan masyarakat.
Selain itu, letusan Gunung Tambora juga disebut-sebut memengaruhi sejarah Eropa. Menurut indonesia.travel, Napoleon Bonaparte, sang jenderal dan kaisar Prancis yang tersohor, kalah dari Inggris karena anomali cuaca. Akibat musim dingin tak berkesudahan menimbulkan medan pertempuran yang merugikan tentara Napoleon. Ditambah bencana kelaparan yang terjadi di Waterloo 1815.