Brilio.net - Ciri khas suku Kajang Ammatoa jarang ditemui di era modern ini. Mereka menutup diri dengan peradaban modern. Tidak ada mobil, benda elektronik, alat komunikasi, listrik dan bahkan tidak ada alas kaki. Mereka hidup selaras dengan alam.
Suku Kajang merupakan salah satu suku yang tinggal di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Masyarakat adat Kajang terbagi atas Kajang Dalam dan Kajang Luar. Masyarakat Adat Kajang Dalam tersebar di beberapa desa, antara lain Desa Tana Toa, Bonto Baji, Malleleng, Pattiroang, Batu Nilamung dan sebagian wilayah Desa Tambangan. Sedangkan Kajang Luar tersebar di hampir seluruh Kecamatan Kajang dan beberapa desa di wilayah Kecamatan Bulukumba, di antaranya desa Lohe, desa Bonto Minasa, desa Tibona dan desa Batu Jojolo.
Banyak hal yang unik dari suku Kajang Ammatoa. Jika di Indonesia kita sering menjumpai pakaian putih merah sebagai seragam anak sekolah dasar, di suku Kajang seragam yang digunakan anak sekolah dasar adalah putih hitam.
Jangan coba-coba memasuki daerah suku Kajang tanpa berpakaian serba hitam sebab itu akan dianggap tidak menghargai adat. Pakaian serba hitam sudah sangat identik dengan suku Kajang. Mulai dari baju, sarung sampai penutup kepala semuanya serba hitam.
Suku Kajang Ammatoa menyakini warna hitam sebagai sebuah lambang kejujuran dan harus dipatuhi karena berasal dari petuah nenek moyang dari Turiek Akrakna. Selain warna hitam, warna putih juga menjadi hal yang sakral bagi mereka. Warna putih diyakini penerangan. Bagi suku Kajang Ammatoa, memahami bahwa hidup ini ada gelap dan terang yang kemudian mereka simbolkan dengan warna hitam dan putih.
Meski warna putih dan hitam sama-sama diyakini sakral oleh suku Kajang Ammatoa, dalam penggunaannya warna putih hanya dapat dipakai oleh masyarakat yang dianggap memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Walaupun demikian, mereka menyakini bahwa warna hitam tetap menjadi warna paling sakral sebab memberikan makna persamaan derajat.