Brilio.net - Bagi Lo Siaw Ging (81), mengucapkan sumpah dokter yang dilakukannya puluhan tahun silam bukanlah hanya sekadar sumpah yang hanya keluar dari mulut semata, namun benar-benar dilaksanakan dalam dunia nyata.
Dokter Lo Siaw Ging yang akrab disapa dengan dokter Lo adalah seorang dokter dari Solo. Dokter keturunan Tionghoa ini memang sudah populer di Solo bahkan di Indonesia. Bukan hanya karena obat dan diagnosa yang diberikannya selalu tepat namun dia tidak pernah mematok tarif kepada pasiennya.
Setiap hari Senin hingga Sabtu dokter Lo membuka praktiknya di rumahnya, Jalan Yap Tjwan Bing No 27, Jagalan, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Praktik tersebut buka pada pukul 06.00 dan pada 16.00 WIB. Sedangkan siang hari dokter Lo melayani pasien-pasiennya di Rumah Sakit Kasih Ibu yang terletak di Jalan Slamet Riyadi. Baik di rumah maupun di rumah sakit, praktik dokter Lo selalu dipadati oleh pasien yang ingin berobat.
Dokter Lo menjadi istimewa karena tidak pernah memasang tarif. Dia juga tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Dia justru marah jika ada pasien yang menanyakan ongkos periksa padahal dia tidak punya uang.
Bahkan, selain membebaskan biaya periksa, tak jarang dokter Lo juga membantu pasien yang tidak mampu menebus resep. Dia akan menuliskan resep dan meminta pasien mengambil obat ke apotek tanpa harus membayar. Pada setiap akhir bulan, pihak apotek yang akan menagih harga obat kepada sang dokter.
"Saya patahkan persepsi kalau mau kaya itu jangan jadi dokter, dokter tugasnya menolong sesama. Kalau mau kaya jadilah pedagang," ucap dokter Lo dengan tegas saat ditemui brilio.net di RS Kasih Ibu Jumat (12/6)
Perlakuan ini bukan hanya untuk pasien yang periksa di tempat praktiknya, tapi juga untuk pasien-pasien rawat inap di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu. Alhasil, dokter Lo harus membayar tagihan resep antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta setiap bulan. Jika biaya perawatan pasien cukup besar, misalnya, harus menjalani operasi, dokter Lo tidak menyerah. Dia akan turun sendiri untuk mencari donatur.
"Saya tahu pasien mana yang mampu membayar dan tidak. Untuk apa mereka membayar ongkos dokter dan obat kalau setelah itu tidak bisa membeli beras? Kasihan kalau anak-anaknya tidak bisa makan," kata dia
Gaya bicaranya memang tegas dan terkesan galak. Dia pun mengaku sering memarahi pasiennya yang memandang enteng masalah kesehatan. Usianya yang semakin tua, dan jalannya yang sudah harus dibantu tongkat tidak mematahkan semangatnya untuk selalu mengabdi pada masyarakat.
"Nantinya cuma ajal yang akan menghentikan pengabdian saya kepada masyarakat," pungkasnya.
BACA JUGA:
Anak tukang tambal ban ini hanya butuh 16 bulan hafal al quran 30 juz
Ini penjelasan kenapa sosok ayah tak tampak di biskuit Khong Guan
Seorang ibu pasang iklan mencari 'ayah sementara' untuk anaknya
Olahraga 15 menit bisa bikin kamu hidup 3 tahun lebih lama
Keluarga kamu ada yang darah tinggi? Coba suruh makan buah bit