Brilio.net - Setiap orang memiliki alasannya sendiri mengambil keputusan. Tak jarang, alasan itu dipengaruhi pengalaman masa lalu. Ya, masa lalu sebagai pembelajaran tersendiri bagi seseorang. Termasuk yang dialami Ana, nama samaran, (24) asal Maluku. Setelah sakit hati dengan dua pria, sekarang dia memutuskan tak lagi membuka hati kaum Adam.

Bermula dari patah hatinya terhadap Edy, bukan nama sebenarnya, Ana sudah menjalin hubungan selama tiga tahun. Mereka berkenalan lewat Facebook dan akhirnya menjalin asmara. Ketika itu Ana bekerja di sebuah bank swasta di Jakarta, sementara Edy bekerja di Manado, Sulawesi Utara. Pada pertemuan kedua Edy mengajak Ana bertemu kedua orangtuanya di Manado. Sedihnya bungsu dari tiga bersaudara itu, justru mendapatkan penolakan dari orangtua sang kekasih.

"Alasannya karena saya pernah kecelakaan pas kelas satu SMP dan mengalami benturan keras di kepala, sehingga mereka takut terjadi apa-apa sama saya. Mereka berpikir saya ini sudah ada cacatnya-lah," kata Ana kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Kamis (25/2).

Ketika hubungan Ana dan Edy berakhir, datanglah Tian, cinta lama Ana ketika masih duduk di bangku SMP. Tian kembali menyapa Ana melalui jejaring sosial Facebook. Kenyamanan mulai dirasakan oleh Ana, pun Tian. Membuat keduanya langsung memutuskan mengakhiri masa lajang dua bulan kemudian, yakni 24 Oktober 2015.

Empat bulan sudah pernikahan Ana dan Tian berjalan. Jangan disangka super manis layaknya pasangan muda lainnya. Jauh. Justru pahit yang dirasakan Ana. Pada bulan pertama dia disuguhi Tian berada di gang menuju rumah pacarnya. Tian kedapatan masih menjalin hubungan dengan perempuan yang dipacarinya selama lima tahun.

Ana mengetahui hal tersebut dari atasan Tian yang menelepon Ana. Tian yang bekerja sebagai pegawai negeri di instansi pemerintah di Papua Barat, tak kunjung datang sampai tengah malam. Padahal Tian berjanji menemui atasannya tersebut pada pukul 16.00. Penasaran, akhirnya Ana bertanya pada rekan kerja Tian tentang keberadaan Tian.

"Dari situlah saya tahu bahwa Tian masih menjalin hubungan dengan pacarnya. Katanya si perempuan yang usianya beda delapan tahun sama Tian ini, sering berhubungan sama Tian. Terus saya dan atasannya Tian dikasih tahu arah menuju rumah si perempuan itu. Kami ke sana dan ternyata suami saya benar di sana," cerita Ana dengan nada suara sendu.

Ana masih berusaha berpikir dan bersikap positif menghadapi kenyataan ini, demi keutuhan rumah tangganya. Tapi saat menginjak bulan kedua, suami dan pacarnya itu kembali bikin ulah. Keduanya terus menjalin hubungan di belakang Ana. Jelas hal ini membuat Ana terpikirkan bukan main. Stres yang dia alami membuatnya kehilangan jabang bayi yang masih teramat muda umurnya.

Masalah bertambah saat Sari, kekasih Tian menelepon Ana mengatakan bahwa dia tengah mengandung anak Tian. Kandungan itu berjalan sudah 6 (enam) bulan. Ana bilang, Sari mengancam akan membawa kasus ini ke ranah hukum, jika Tian lepas tanggung jawab. Tawaran Ana menjadi orangtua bagi anak Sari supaya Sari tak menanggung malu, ditolak mentah-mentah oleh Sari.

Sementara itu, Tian sendiri stres dan bingung. Ana menyatakan bahwa suaminya itu tak mau melepaskan salah satu antara dia dan Sari pun anak yang ada di rahim Sari.

Kesakitan batin Ana tak berhenti sampai di sini. Sudah terluka, seakan Tian mengucurkan air jeruk ke lukanya. Saat Ana memutuskan kembali ke Jakarta guna menenangkan diri, Tian justru menyuruh Sari memberikan sejumlah uang kepadanya.

"Saya nggak paham maunya Tian itu apa. Tapi saya amat merasa terhina!" tegas Ana dengan suara meninggi dan penuh penekanan.

Kisahnya ini, disimpan Ana sendiri. Dia tak memberitahu pihak keluarganya karena tak ingin papanya yang tengah sakit stroke terkejut dengan kondisi rumah tangganya. Sementara komunikasi dengan keluarga dari Tian juga tak begitu baik. Maka, dia memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk menyibukkan diri. Kebetulan posisi di tempatnya bekerja dulu masih kosong semenjak dia tinggalkan. Mulai awal Maret 2016 ini dia akan mulai aktif bekerja. Selain itu, dia juga sudah memutuskan nasib rumah tangganya.

"Sekarang kami sedang proses pendaftaran cerai. Walaupun Tian bilang menyesal dengan semua perbuatannya, saya nggak mau lagi jatuh ke lubang yang sama," tegas Ana.

Di akhir cerita, Ana menuturkan, Edy, mantan kekasihnya kembali mendekat dan memberi perhatian. Namun hati Ana belum luluh terhadap pria mana pun. Tapi dia berharap suatu hari mendapatkan pria yang lebih baik.

"Saya ingin dengan kisah saya ini, orang di luar sana terbuka matanya bahwa menikah bukan hanya menikahkan dua individu tapi juga keluarga kedua belah pihak. Kalau kamu menyakiti pasanganmu, berarti kamu juga menyakiti keluarganya. Terus kalau belum puas sama masa muda atau belum siap menikah, jangan keburu nafsu. Berumah tangga itu bukan hanya sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tapi selamanya. Harus dipertimbangkan baik-baik," pungkas Ana mengakhiri cerita.

Cerita ini disampaikan oleh Ana melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!