Brilio.net - Setiap orang memiliki kesukaan terhadap sesuatu. Tak jarang, kesukaan tersebut dipengaruhi oleh euforia masa lalu. Adalah Dianita Iuschinta (26) asal Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Akibat dia pernah menyaksikan kemenangan tim sepak bola kotanya, Petrokimia Putra atas Persita Tangerang, saat kelas 1 SMP, ada semangat dan kebanggaan tersendiri yang terbit dari hatinya.
Tak berhenti sampai di situ, keinginan Dianita lebih dekat dengan para pemain Petrokimia Putra tercapai kala sering olahraga semasa SMP di lapangan milik Petrokimia. Kebetulan mess para pemain tepat berada di depan lapangan tersebut.
"Lucunya waktu itu teman-teman sekolah banyak yang minta nomor HP pemainnya. Awalnya sih, saya biasa aja tapi terus ada teman yang memberi nomor HP salah seorang pemain Petrokimia. Katanya temen saya, 'Saya kasih nomornya. Dia jaim orangnya. Kenalan aja.'. Akhirnya kenalan dan lama-lama kayak teman. Sampai sekarang alhamdulillah dia masih ingat saya. He-he-he," kata Dianita terkekeh kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Jumat (15/1).
Selama menjadi penonton dan pendukung setia Petrokimia Putra, Dianita pernah pesimis tidak bisa lebih dekat dengan tim sepakbola Kota Pudak, sebagai informasi pudak adalah kue khas Gresik yang terbuat dari tepung beras, gula pasir atau gula jawa, dan santan yang dikemas dengan pelepah daun pinang atau ope. Menurutnya, dia tak punya pengetahuan atau pengalaman lebih dalam bidang olahraga, terkhusus sepakbola.
Tapi, takdir berkata lain, malah melebihi ekspektasi. Kesempatan emas datang saat dia mengerjakan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Dia menulis skripsi tentang sepakbola. Skripsi yang ditulis dengan judul 'Hubungan Kepemimpinan pelatih dan kohesivitas tim membuat gadis berjilbab ini semakin 'masuk' ke dalam tim sepakbola favoritnya.
Kali ini, tim sepakbola tersebut sudah berganti nama dengan Persegres Gresik United. Dulunya, Gresik punya dua tim sepakbola, yakni Persatuan Sepakbola Gresik (Persegres) dan Petrokimia Putra. Namun sekitar tahun 2005, keduanya dimerger dengan nama baru Gresik United. Barulah saat pergantian Bupati baru pada tahun 2012, namanya menjadi Persegres Gresik United.
"Untungnya ada pemain lama yang saya kenal, jadi pas pendekatan untuk skripsi itu sudah enak," cetus Dianita.
Selama menyebar kuesioner skripsi tersebut, Dianita menerapkan pula sistem reward-punishment sebagai sarana 'pendekatan' lebih kepada seluruh pemain. Tak disangka sistem ini justru bisa dia terapkan dalam aktivitas para pemain, sehingga menjadi kebiasaan.
Bentuk reward-nya adalah saat tim Persegres Gresik United menang dalam berlaga, maka Dianita akan membawakan makanan atau sering main dan bergaul dengan para pemain. Namun jika mereka kalah, Dianita menghilang tanpa kabar.
Meskipun terkesan remeh temeh, diakui Dianita imbas cara tersebut cukup efektif. Dia pernah membuktikannya suatu kali. Saat tim sepakbola ini melakukan pertandingan, Dianita harus duduk berada tepat di belakang bangku pemain, jika tidak performa bisa menurun.
"Suatu kali saya pernah sengaja telat datang saat pertandingan. Saya baru datang pas laga sudah setengah babak. Eh, skor mereka kalah jauh. Tapi pas saya sudah datang itu, mereka mukul balik pada babak kedua," ungkapnya.
Kontribusi Dianita kepada Persegres Gresik United ini sempat mendapat tatapan melongo dari para pelatih yang sudah bergonta-ganti sebanyak enam kali. Memangnya siapa Dianita bisa bikin pengaruh demikian signifikan terhadap para pemain? Namun dengan kegigihannya ingin turut meningkatkan kualitas tim kebanggaan Gresik ini, Dianita bisa diterima oleh para pelatih.
Sampai sekarang ini, hubungan Dianita dengan pelatih, manajemen tim, maupun para pemain terjalin sangat baik. Walaupun bukan bagian 'resmi' tim, gadis yang sedang melanjutkan S2 Sains Psikologi Unair ini menganggap semua orang di Persegres Gresik United adalah keluarganya.
Saking dekatnya, banyak hal yang tak bisa dilupakan oleh Dianita. Kenangan yang tak terlupakan itu antara lain pertama, pada tahun 2013 dia dimintai tolong oleh seorang teman untuk meminta foto para pemain guna sebagai dukungan dalam acara peduli anak cacat. Di luar dugaan, pihak manajemen dan pelatih langsung mengiyakan permintaan Dianita. Menurutnya, foto para pemain kala itu sumringah dan lain dari biasanya. Biasanya mereka berpose formal.
Kedua, pada tahun 2014 Dianita meminta para pemain membuat video untuk acara ulang tahun Juventus Club Gresik. Pelatih Persegres Gresik United praktis setuju dengan usulan ini. Tanpa ba-bi-bu. Ketiga adalah yang baru terjadi pada November 2015 kemarin. Dalam memeringati Ultras Mania, sebutan supporter Persegres Gresik United, Dianita meminta para pemain berfoto yang akan dipersembahkan kepada Ultras Mania. Namun karena para pemain tak berani bilang atau usul kepada pelatih, membuat Dianita menghampiri pelatih langsung selesai latihan rutin.
Tak disangka, pelatihnya langsung ACC. "Beliau bilang, kita ini bukan apa-apa tanpa supporter. Kita harus terima kasih sama ultras mania," kata Dianita. Semua pemain, mulai dari pelatih, asisten, perlengkapan, medis, dan para pemain berfoto bersama. "Saya hanya mikir, so sweet banget sih, mereka ini," kelakar Dianita menutup cerita.
Cerita ini disampaikan oleh Dianita melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!
Recommended By Editor
- Orangtua bercerai, Yelmi ingin tetap bisa berbakti kepada orangtua
- Kisah pilu cinta pertama Azis, nembak cewek di pasar langsung ditolak
- Merasa mantap, pasangan sesama jenis ini ingin menikah di Amerika
- Sutrisno, tukang kebun baik hati yang kepergiannya banyak ditangisi
- Salah paham karena cowok, Anti ingin segera berdamai dengan sahabatnya