Brilio.net - Banyak yang mengatakan bahwa masa sekolah adalah masa yang paling indah. Banyak pengalaman tak terlupakan yang kita alami saat itu. Entah suka, duka, ataupun cinta. Kenangan ketika proses belajar mengajar di salah satu mata pelajaran tertentu pun juga bisa meninggalkan bekas yang tak terlupa. Seperti kisah yang disampaikan oleh Irwanto (25) melalui layanan bebas pulsa story telling brilio.net, Senin (9/11).

Masing-masing guru pasti memiliki standar pengajaran yang berbeda satu sama lain, pun halnya dengan kriteria penilaian. Saat itu Irwan masih duduk di kelas 3 bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) 18 Jakarta. Ketika pelajaran Akuntansi berlangsung, seperti biasa Pak Hutabarat, (40) dengan logat khas bataknya selalu sukses menarik perhatian setiap anak didiknya. Tak ada satupun siswa yang berani berulah karena takut dengan hukuman yang akan diberikan oleh guru yang terkenal tegas dan sekaligus merangkap sebagai penegak disiplin di sekolah.

Pagi itu sang guru memberi kesempatan kepada muridnya agar bisa menambah nilai akhir ujiannya dengan memberikan tugas disertai batasan waktu. Semua murid langsung antusias dan berusaha mengerjakan tugas tersebut dengan secepat dan sebaik mungkin tak terkecuali dengan Erwin (25) teman sekelas Irwan. Saking semangatnya dan karena terburu-buru Erwin sampai tak begitu memperhatikan bagaimana rupa tulisannya. Ketika waktu yang ditentukan telah habis, semua siswa pun bergegas mengumpulkan tugasnya. Kemudian terjadilah dialog yang cukup lucu di kelas Irwan.

"Maaf, yang ini hasil pekerjaan siapa ya?" tanya Pak Hutabarat seraya mengangkat salah kertas kepada murid-murid.
"Itu punya saya, Pak. Kenapa ya, Pak?" jawab Erwin dengan muka penuh tanda tanya tak mengerti apa yang salah dengan tugasnya.
"Ini tulisan hanya kamu dan Tuhan saja ya yang tahu. Sampai bisa bikin saya sakit mata bacanya," sahut Pak Hutabarat dengan enteng.

Kontan percakapan tersebut memicu gelak tawa dari seluruh siswa yang ada di kelas saat itu. Apalagi ditambah dengan cara bicara yang khas logat batak milik Pak Hutabarat yang biasanya juga sering menjadi bahan candaan para siswa dengan sengaja menirukan ucapannya. Erwin yang merasa tidak terima pun hanya bisa berbisik kepada teman di sebelahnya.

"Lah... Pak gurunya saja juga nggak pernah benar kalau nulis di papan, kok pakai nyalahin aku," gumam Erwin pelan berusaha agar tak terdengar oleh sang guru.

Menurut penuturan Irwan, tulisan tangan Pak Hutabarat memang agak susah dibaca. Jelas di awal sedangkan sisanya seperti hanya ditarik garis saja. Ditambah lagi posisi penulisannya juga acak sesuai maunya di mana ada space kosong di papan. Jadi, jika sedikit saja tak fokus dijamin kamu bakal tanya ke temen-temen sebelah bagaimana urutan tulisan guru tersebut.

Ada-ada saja ya, cerita zaman sekolah. Kamu punya cerita menarik semasa sekolah?

Cerita ini disampaikan Irwanto melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!