Brilio.net - Pekerjaan mentransformasikan ilmu kepada para siswa sudah digeluti Rivan Amri sejak dia kuliah di semester perdana, yaitu tahun 2009. Kini Rivan sudah punya pengalaman mengajar selama lebih dari 4 tahun di beberapa sekolah.
"Ngajar udah dari semester satu, nyambi ngajar ekstrakulikuler karya tulis ilmiah. Dulu di Cilacap full (Senin-Sabtu), dari jam 07.00 sampe 14.30," kata Rivan kepada brilio.net, Selasa (7/4) malam.
Namun ternyata profesi mulia ini tidak selalu mendapat respons baik, meskipun berpengaruh besar bagi bangsa yaitu menyiapkan generasi penerus. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini pernah punya pengalaman yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan yang digelutinya.
Pria yang bekerja dalam rangka membantu perekonomian keluarga ini pernah tertunda gajinya sampai 2 bulan. Pernah juga sampai 3 bulan, ternyata gajinya hanya Rp 150-an ribu. Bahkan juga pernah cuma digaji dengan snack.
"Ya dulu kan pernah diminta bantu ngajar di tempat saya dulu KKN/PPL. Udah selesai ngajar tiap pulang cuma dikasih snack," kenangnya.
Meskipun begitu, Rivan mengaku senang karena merasa sudah punya passion dalam hal mendidik para penerus bangsa. "Jadi guru merupakan soko guru peradaban. Guru sebagai suatu kontribusi riil untuk mencetak generasi peradaban yang cendekia, intelektual dan berkarakter mulia. Ya jadi guru asik." tutupnya.