Brilio.net - Endah Wulandari namanya. Mahasiswa Sekolah Tinggi Kristen Wiyata Wacana Pati, Jawa Tengah ini rela cuti kuliah satu tahun untuk pergi ke Pennsylvania, Amerika Serikat (AS). Meskipun kepergiannya hanya sebagai sukarelawan, bukan untuk pindah studi di sana, ia tak merasa rugi karena di sana dirinya bisa mengajarkan budaya Indonesia ke anak-anak Pennsylvania.
Wulan merupakan satu dari tiga mahasiswa yang lolos program International Volunteer Exchange Program (IVEP) yang diselenggarakan Mennonite Central Committee (MCC) untuk dikirim ke Amerika Serikat. Di sana, ia berkumpul dengan sekitar 60 pemuda dari negara lain yang lolos seleksi program yang sama.
Di Pennsylvania, Wulan mendapat tugas mengajar di Playgroup Hinkletown Mennonite School untuk mengenalkan budaya Indonesia. Selain di playgroup, ia juga mengajarkan budaya Indonesia kepada siswa Elementary School dan Junior High School.
"Di sana saya mengajarkan bagaimana orang Indonesia menghargai orang lain, juga nilai moral orang Indonesia seperti cara memperlakukan orangtua ke anaknya," terang Wulan ketika dihubungi brilio.net, kemarin.
Selain itu Wulan juga mengajarkan kebudayaan Indonesia seperti wayang dan gamelan. Wulan menuturkan bahwa dirinya memang sengaja membawa miniatur wayang dan gamelan untuk diajarkan di Pennsylvania. Tak hanya itu, ia pun menunjukkan kebudayaan Indonesia kepada anak-anak Pennsylvania dengan memakai kebaya pada beberapa pertemuan di sekolah.
Wulan menjelaskan bahwa awalnya banyak dari siswanya di sana yang tak tahu letak Indonesia. Ada yang menganggap bahwa Indonesia itu ada di Benua Afrika. Itu jadi salah satu tugas Wulan untuk mengenalkan segala sesuatu tentang Indonesia saat mengikuti program tersebut selama bulan Agustus 2013 hingga Juni 2014.
Awal keikutsertaan Wulah dalam program ini sebenarnya tidak disengaja. Ia waktu itu merasa iri dengan teman-teman di gerejanya yang bisa ikut program pertukaran pemuda sampai ke luar negeri. Wulan pun lalu mencoba ikut program tersebut. Saat itu Wulan tak menargetkan lolos. Ia hanya ingin mengukur kemampuan dirinya bisa sampai tahap apa. Tapi ternyata dirinya malah lolos dan menjadi satu dari tiga pemuda yang dikirim ke Amerika menjadi volunter.
Awalnya kedua orang tuanya agak meragukan kalau ia bisa lolos. Setelah dia dinyatakan lolos, ibunya malah sempat tak memberinya izin lantaran ia anak perempuan dan tak pernah bepergian jauh. Hingga teman-temannya yang pernah ikut program serupa datang ke rumahnya untuk memberikan pengertian kepada kedua orang tuanya. Hingga akhirnya kedua orang tuanya memberikan izin Wulan untuk berangkat ke Amerika.
"Meski cuti kuliah, apa yang aku lakukan tidak sia-sia karena yakin apa yang aku lakukan itu membuat aku berkembang. Berkat lolos program ini juga, bapakku yang awalnya sering meremehkan kemampuanku jadi nggak pernah meremehkan lagi," terang gadis asal Kudus dari keluarga sederhana ini.