Brilio.net - Produk karya seni, khususnya yang buatan tangan (handmade) saat ini banyak diburu kelas menengah perkotaan seperti Jakarta. Tas merupakan salah satu produk yang banyak dimintai meski harga yang ditawarkan cukup merogoh kantong. Tapi, demi gaya hidup, harga bukan masalah.
Peluang inilah yang dimanfaatkan sejumlah perajin. Salah satunya Dadi Agung (32). Pria yang satu ini sekarang berkonsentrasi membuat produk yang terbuat dari kayu jati dan kulit. Dadi mengaku jika hanya membuat produk dari kulit saat ini sudah banyak dilakukan perajin lain. Oleh karena itu dia mengombinasikannya dengan kayu jati.
Produk Dadi dipasarkan dengan brand Hom Pim Pa. Selain tas dia juga membuat produk berupa dasi kupu-kupu yang juga dari kayu jati. Untuk satu tas saya buat dari satu kayu solid yaitu yang tidak dipotong atau disambung. Untuk membuat lubang kami pahat. Kayu ini kami dapatkan dari Jepara, kata Dadi kepada brilio.net.
Sementara itu untuk pemasaran Dadi saat ini masih mengandalkan media internet. Dia juga aktif mengikuti event-event yang diadakan penyelenggara sepanjang tidak menerapkan sistem sewa stan. Menurut Dadi ada dua hal yang berbeda antara calon konsumen yang bertanya melalui internet dan mereka yang datang ke stan yang diadakan pada event di mal.
Calon konsumen yang berkunjung dan bertanya melalui media internet biasanya sudah mengerti dan tertarik untuk membeli produknya. Sementara pengunjung yang datang di stan sebuah pameran umumnya lebih banyak bertanya, terutama tentang harga produk. Pengunjung mal beragam dan saya perlu mengedukasi lebih banyak terkait sebuah produk seni. Mereka umumnya bertanya kenapa harganya lebih mahal dari barang pada umumnya, jelas Dadi.
Guna memanjakan konsumen yang memesan produk melalui internet, Dadi biasanya mengantar sendiri produk pesanan mereka. Sekaligus memastikan kepuasan para konsumen. Dadi yakin, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia membuat pasar karya seni akan semakin bagus.
Guna mempertahankan kualitas, Dadi tidak menerima pemesanan dalam jumlah banyak misalnya di atas 100 produk. Karena produk yang dibuat langsung dengan tangan mempunyai keterbatasan dalam penyediaannya.
Pembuatan handmade membutuhkan waktu dan dalam semua proses pembuatannya hanya mengandalkan orang tidak mesin sehingga kapasitas produksinya terbatas. Masing-masing produk dipastikan tidak sama, karena menggunakan tangan. Semua produk itu memang identik, tapi tidak sama, pungkas Dadi.
Recommended By Editor
- Pesawat R-80, reinkarnasi N-250 yang siap terbang tahun 2019
- Cowok selingkuh, wanita ini rendam iPhone, iPad, MacBook pacar ke WC
- 20 Cara kreatif manfaatkan perabot rumah tangga bekas, kamu tertarik?
- Stop! Jangan buang 15 barang bekas ini, ternyata punya manfaat keren!
- Kini kamu bisa lega buang banyak sampah plastik, ada mealworm