Brilio.net - Perdana menteri Singapura Lee Kuan Yew yang wafat Senin (23/3) punya sejarah tersendiri dengan Indonesia. Lee menjalin kerja sama sejak pemerintahan Soeharto hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Memang sempat memanas, namun pada akhirnya hubungan Singapura-Indonesia bisa membaik juga. Berikut brilio.net rangkumkan dari berbagai sumber.
Hubungan Singapura dengan Indonesia mengalami masa-masa sulit ketika terjadi krisis moneter di Asia dan tergulingnya Presiden Soeharto. Sebagai sebuah negara yang tidak mendapat pengaruh besar dari krisis, Singapura dirasakan oleh indonesia kurang tulus memberi harapan dalam upaya bersama-sama keluar dari krisis.
Melemahnya hubungan Singapura-Indonesiasemakin signifikan sejak tawaran bantuan Singapura tidak cukup menanggulangi rasa 'sakit hati' Indonesia. Kendati ada tawaran bantuan lebh dari 5 miliar juta dolar AS, Presiden Indonesia Habibie secara terbuka mengecam Singapura sebagai bukan lagi 'teman yang dibutuhkan'.
Bukti kemarahan Habibie adalah dari ungkapannya yang menyebut Singapura sebagai sebuah 'a little red dot' (titik merah kecil). Kekesalan pernah diungkapkan oleh Lee Kuan Yew sebelumnya, yaitu atas pilihan Habibie sebagai wakil presiden ketika menggantikan posisi Soeharto yang telah jatuh sebagai presiden, yang mana Lee mengungkapkan bahwa Habibie tidak bisa diterima pasar dan menghabat pemulihan ekonomi Indonesia.
Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid pada November 2000 turut menyumbang ketegangan Singapura-Indonesia dengan menyatakan bahwa suplai air dapat dengan mudah dipotong dengan kerja sama Malaysia-Indonesia. Indonesia yang menyuplai 80% kebutuhan pasir Singapura, memberlakukan larangan ekspor pasir ke Singapura pada 2003.
Ini adalah pembalasan terhadap penolakan Singapura dalam permintaan Indonesia mengenai perjanjian ekstradisi Singapura-Indonesia. Dalam perjanjian ini Indonesia punya maksud agar bisa mengadili bankir dan para politisi yang diduga mengambil 13,5 miliar dolar AS dari Bank Central Indonesia (BCA) sejak krisis Asia dan kemungkinan pelaku kejahatan kerah putih (utamanya etnis China) yang tinggal di Singapura.
Singapura akhirnya menandatangani perjanjian ekstradisi dan persetujuan kerja sama pertahanan dengan Indonesia pada April 2007. Kerja sama legal ini tidak disukai oleh banyak pelaku kejahatan kerah putih yang akan dipulangkan ke Indonesia untuk menghadapi persidangan. Singapura ingin menjaga pertahanan dan memiliki hukum ekstradisi sendiri, tetapi Indonesia bersikeras meneruskan hubungan kerja sama itu.
Hubungan Singapura-Indonesia jauh lebih membaik pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Indonesia dan Singapura menikmati hubungan politik yang harmonis dibanding pada masa Presiden Habibie yang pernah meremehkan negara-kota tersebut dengan ungkapan 'a little red dot'.