Ini pandangan murid ahli hadis nomor satu dunia tentang Hijab Syar'i

"Tidak perlu saling mengklaim merasa diri pakaiannya paling syar'i sendiri. Bukan sibuk ngurusi orang, apalagi merasa diri paling benar dan baik.

29 Juni 2015 05:05

Brilio.net - Belakangan ini marak sekali kampanye menganai hijab syar'i yang agaknya sedikit meresahkan sebab terkesan hanya hijab yang bergaya itulah yang sesuai kriteria Alquran. Tersisip pula penyalahan terhadap model jilbab yang berbeda dengan yang dikampanyekan tersebut.

Bagi umat muslim, perintah mengenai berhijab tercantum dalam surah Al ahzab ayat 59 dan An nuur ayat 31. Mengenai hal ini, Alawy Aly Imron, salah seorang murid ahli hadis nomor satu dunia Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliky mengungkapkan bahwa ayat ini masih global, maka ayat itu harus diartikan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh syariat, bukan dari penerjemah.

Pria yang 10 tahun belajar di Masyru' Al Maliky, Rusyaifah, Makkah ini menegaskan bahwa dalam dua ayat tersebut tidak ada isyarat yang mendefinisikan hijab sebagai pakaian orang Arab. Ayat ini juga sanggahan dari pandangan tentang hijab hanyalah budaya Arab.

"Jika hijab syar'i diartikan kayak pakaian orang Arab, akan sangat sempit dan kaku. Sebab faktanya, pakaian Arab berbeda-beda. Pakaian muslimah Arab zaman Nabi, jelas sekali jauh berbeda dengan pakaian muslimah Arab zaman sekarang. Jangan jauh-jauh ke zaman nabi, pakaian muslimah Arab Saudi, berbeda dengan muslimah Arab Yordania, Arab Mesir, Arab Sudan, apalagi Mauritania," tutur pria asal Lamongan tersebut.

Gus Awy menyimpulkan dari seluruh kitab tafsir dan fiqih yang pernah dia pelajari bahwa ada tiga syarat yang memenuhi kriteria hijab syar'i: menutup aurat, kain yang dipakai tidak transparan, model pakaian yang dikenakan tidak mengilustrasikan bentuk tubuh muslimah.

Jika tidak memenuhi salah satunya saja maka tidak terkategori hijab syar'i. Syariat tidak membatasi harus mengikuti budaya manapun, tidak terbatas untuk bangsa tertentu karena sifat syariat adalah universal untuk seluruh bangsa di dunia.

"Tidak perlu saling mengklaim merasa diri pakaiannya paling syar'i sendiri. Yang pasti, keharusan kita sebagai muslim atau muslimah adalah membenahi diri sebaik-baiknya, meningkatkan kualitas iman. Bukan sibuk ngurusi orang, apalagi merasa diri paling benar dan baik," pesan dia.