Brilio.net - Selasa (1/3) kemarin media sosial kembali gaduh oleh postingan status penulis Tere Liye. Dalam tulisan tersebut Tere Liye seakan menafikan peran orang komunis, pemikir sosialis, hingga aktivis HAM dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Status itu dalam sekejap langsung menjadi banyak perhatian netizen. (BACA: Tere Liye dibully gara-gara unggah status soal sejarah Indonesia)
Tak hanya ramai di Facebook, pembahasan Tere Liye juga sempat menjadi trending topic di Twitter Indonesia pada Selasa malam. Banyak sekali kritikan yang diarahkan kepada Tere Liye agar membaca ulang buku-buku sejarah. Menanggapi hal itu, hari ini, Rabu (2/3), Tere Liye membuat tanggapan yang menjelaskan mengenai statusnya yang telah membuat heboh media sosial itu.
BACA JUGA: Surat terbuka ini sindir status Tere Liye soal sejarah Indonesia
*Akan saya copy paste penjelasan saya ke penerbit dan beberapa pihak. Saya serahkan ke kalian sepenuhnya mau bereaksi seperti apa setelah penjelasan ini:
Pertama-tama, saya minta maaf jika keriuhan media sosial hari ini membuat tidak nyaman semua orang.
Yang kedua, akan saya jelaskan poin dari status yang membuat banyak pihak tidak terima. Statusnya sbb:
"Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan--yang sebagian besar diantara mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh2 agama lain. Orang-orang religius, beragama.
Apakah ada orang komunis, pemikir sosialis, aktivis HAM, pendukung liberal, yang pernah bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda, Inggris atau Jepang? Silahkan cari.
Anak muda, bacalah sejarah bangsa ini dengan baik. Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan."
Postingan ini kalau dibaca dengan baik, poin paling pentingnya adalah jangan melupakan peran ulama, tokoh2 agama lain sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan. Redaksionalnya memang jadi seperti menyerang jika dianggap menyerang. Tapi kalau semua orang mau jujur, terutama yang sangat keberatan dengan status ini, bukankah saat mereka membuat tulisan Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dll, di media sosial masing2, mereka juga menafikan peran ulama, tokoh agama lain? Saat mereka membahas paham komunis, paham sosialis, seolah besar sekali dampak pemikiran tokoh2 paham ini dalam membentuk negara, melupakan peran pihak lain. Kemudian mereka tutup diskusi dengan juga menyuruh siapapun membaca buku sejarah jika tidak percaya? Saya simply hanya melakukan pola yang sama.
Saya tidak menulis: tidak ada komunis, dstnya. Yang saya tulis di sana, "silakan cari", dengan demikian, semoga orang tergerak untuk membaca sejarahnya secara seimbang. Dari ratusan tahun perjuangan kemerdekaan di Indonesia, daftar ulama, tokoh2 agama lain, juga sangat-sangat banyak, dan kita bisa sama-sama melihat posisinya lebih baik. Baru dua hari lalu saya pulang dari tanah kelahiran Tan Malaka, Sutan Sjahrir. Berdiskusi dengan orang2 setempat, mencoba belajar banyak hal. Sy tdk sedang menghilangkan peranan kelompok tertentu, atau sedang antipati, saya hanya berusaha menyeimbangkan pemahaman. Itulah kenapa, status tersebut di tutup dengan: Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan.
Kurang lebih demikian.
Terkait ancaman boikot, tidak mau menjual buku dll, sy mau bilang apa jika ada yang berniat memboikot buku2 Tere Liye. Semoga besok lusa orang2 bisa saling memahami, kita semua bercita2 membuat negeri ini jauh lebih baik.
**jika ada yg hendak copy paste, share, ke akun2, yang sangat keberatan atas status ini monggo. agar penjelasan ini juga sampai. tapi pastikan, kalian tidak perlu ikut memaki, menggoblokkan, membawa nama hewan, kotoran, dll."
Tere Liye memposting pleidoinya tersebut pagi ini. Dalam dua jam, postingan tersebut telah mendapatkan 2,6 ribu respon, 839 share, dan 623 komentar.
Komentar netizen pun bermacam-macam dalam menanggapaia klarifikasi Tere Liye tersebut. "Buat yang berencana memboikot buku-buku Tere Liye...janganlah!kasihan kaum pembaca yang saat ini gandrung membaca! #ayomembaca," kata pemilik akun Ila Violeta Yayank.
"Yaelah ngeles aja lu! Pelajarannya, kita memang harus sangat berhati-hati menjaga pergerakan bagian tubuh kita yang tak bertulang ini. Lisan bisa menjadi penyemangat, penyambung silaturahmi, sekaligus bumerang," tulis pemilik akun Aghnia Fasza.
Nah, kalau tanggapanmu sendiri bagaimana setelah membaca klarifikasi Tere Liye ini?