Brilio.net - Pemerintah melalui sidang isbat akhirnya memutuskan bahwa 1 Ramadan 1436 H jatuh pada hari Kamis (18/6) (baca:Umat muslim Tanah Air serempak mulai puasa pada Kamis . Salah satu metode yang biasanya digunakan dalam menentukan awal Ramadan yaitu rukyatul hilal atau pengamatan visual bulan baru. Lalu apa sebenarnya rukyatul hilal itu dan bagaimana proses pengamatan tersebut?
Rukyatul hilal adalah kegiatan pengamatan bulan sabit yang tampak untuk pertama kalinya setelah terjadi konjungsi. Proses pengamatan ini bisa dilakukan dengan mata telanjang maupun dengan bantuan teleskop. Menurut penuturan Danang D Saputra, salah seorang anggota Jogja Astro Club (JAC) kepada brilio.net, Rabu (17/6), ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan.
"Persiapannya adalah lebih kepada instrumentasi pengamatan, seperti teleskop robotik, kamera, laptop, dan GPS," ujarnya. Setelah segala perlengkapan komplit, kegiatan pengamatan pun siap dilaksanakan menjelang matahari tenggelam yaitu sekitar pukul 16.00 sampai 18.30. Apabila hilal tampak, maka pada saat itu juga (maghrib) telah memasuki tanggal 1 dalam penanggalan Hijriah.
Selain faktor teknis, kondisi cuaca pada saat pengamatan juga menentukan keberhasilan melihat bulan baru. "Kondisi langit juga penting, tapi itu bukan menjadi patokan, karena rukyatul hilal dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia," imbuhnya. Demi kelancaran pengamatan hilal itu sendiri, penentuan lokasi juga sangat penting.
Untuk di wilayah Yogyakarta, salah satu lokasi yang biasanya digunakan untuk rukyatul hilal yaitu di Pantai Parangkusumo. "Kami biasanya melakukan bersama Kementerian Agama dan RHI (Rukyatul Hilal Indonesia)," kata Danang.
BERITA TERKAIT:
Begini cara menentukan awal Ramadan dan Syawal
Masalah klasik saat bulan puasa, bau mulut! Begini cara mengatasinya