Brilio.net - Belum sah jadi orang Indonesia kalau nggak ngerti apa itu kerokan. Kerokan bisa jadi salah satu cara paling brilio yang bakal kita lakukan saat kita sedang terkena penyakit paling ngehits dan fenomenal di negara tercinta kita ini: masuk angin.
Pengobatan tradisional ini biasanya menggunakan uang koin yang telah dicelupkan pada minyak gosok, lalu mengeriknya pada area-area seperti punggung, leher, dan tangan. Dan ajaibnya, penyakit masuk angin yang bikin kita jadi lemah, letih, dan lunglai ini tiba-tiba hilang dan badan kita pun jadi segar kembali.
Tapi walaupun ampuh mengusir masuk angin dan pegal-pegal, tanpa kamu sadari, mengerok tubuh ternyata bisa memicu bahaya lain yang bahkan lebih parah ketimbang masuk angin, lho.
Bahaya pertama yang mengintai adalah masuknya virus dan bakteri ke dalam tubuh. Lho kok bisa? Itu karena saat kerokan, pori-pori kulit akan terbuka lebar karena efek gesekan benda tumpul pada kulit.
Gesekan ini juga membuat panas tubuh semakin meningkat, lho. Saat pori-pori membesar, maka angin akan masuk kembali ke tubuh dengan membawa bakteri dan virus lainnya.
Efeknya memang nggak akan langsung terasa saat itu juga, tapi akan kita tuai di kemudian hari.
Sebagian besar orang akan merasa ketagihan dikerok, sehingga semakin dikerok, pori-pori akan semakin terbuka lebar yang mengakibatkan semakin banyak pula virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
Ibu hamil pun sangat dilarang untuk kerokan karena dapat mengakibatkan kontraksi dini pada rahimnya. Kenapa bisa begitu? Karena saat terjadi inflamasi, mediator anti inflamasi alami dalam tubuh akan mengeluarkan zat yang disebut Cytokines yang secara langsung akan meningkatkan kekebalan tubuh. Pelepasan Cytokines ini ternyata memicu Prostaglandin untuk ikut keluar. Keluarnya Prostaglandin inilah yang akan memicu kontraksi pada rahim.
Kerokan memang bisa dibilang sangat murah, bahkan tanpa biaya sedikitpun. Tapi kita juga perlu mempertimbangkan risiko terburuk untuk kesehatan kita. Jangan sampai cuma gara-gara nggak ngeluarin biaya, kamu jadi mengenyampingkan efek sampingnya.