Brilio.net - Tak bisa dipungkiri jika semua orang pasti pernah dirundung masalah. Entah itu masalah kecil maupun besar, tetap saja bisa menganggu pikiran. Beban pikiran itu bisa berubah menjadi depresi jika dipendam sendiri karena merasa tak ada yang bisa dicurhati untuk mendapatkan solusi. Peka terhadapa hal itu, Audrey Maximillian Herli menciptakan aplikasi bernama Riliv.
Maxi menerangkan, depresi mungkin terdengar masalah sepele, namun nyatanya tidak semua orang menyadari hal itu. Apalagi di Indonesia yang sama sekali tidak menyadari keberadaan terapi psikologi ataupun kesehatan mental. "Bahkan orang yang galau di timeline yang saya lihat, seringkali malah mendapatkan bully dan jadi salah tempat," terang alumni jurusan Sistem Informasui Universitas Airlangga Surabaya ini kepada brilio.net, Selasa (29/9).
Mengutip dari data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada 2014, Maxi mengatakan ada 800.000 kasus bunuh diri karena depresi di seluruh dunia setiap tahunnya. Hal itulah yang menggerakkan Maxi membuat aplikasi anti depresi bernama Riliv.
Maxi menjelaskan, Riliv menghubungkan seseorang yang memiliki permasalahan pribadi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang psikologi yang disebut dengan reliever. Terdapat dua reliever, yakni expert reliever yang merupakan psikolog/terapis dan regular reliever yaitu merupakan mahasiswa psikologi.
"Dalam Riliv, regular reliever hanya sebagai pendengar dan teman curhat pemberi saran namun bukan pemberi solusi masalah. Pemberi solusi yang dapat dipertanggungjawabkan adalah para expert reliever," terangnya.
Untuk berkonsultasi, user cukup mendaftar dalam sistem. Identitas pengguna akan selalu dirahasiakan karena user dapat menggunakan nama samaran atau nickname dalam bercurhat dan tidak perlu memasang foto. Setelah mendaftar, user dapat memilih reliever yang ada dalam list, kemudian berkonsultasi tentang permasalahan pribadinya. Reliever akan selalu membalas keluhan dari user dan mendengarkannya sebagai teman curhat dalam 1x24 jam. Apabila user merasa puas dengan jawaban dari reliever, user dapat memberikan rating pada reliever.
Tantangan terbesar, terang Maxi, adalah memastikan jawaban-jawaban yang keluar dari para reliever berkualitas. Untuk itu Tim Riliv pada awal terbentuk mendapat tantangan untuk menghimpun para partner dari kampus yang memiliki fakultas psikologi agar mendapatkan reliever yang baik dan dengan jumlah yang mencukupi. "Para reliever yang bergabung mengaku senang karena selain dapat belajar mengetahui masalah-masalah yang ada di masyarakat, Riliv juga berpotensi untuk mempetemukan para expert reliever dengan calon klien," ungkapnya.
Riliv juga membuka peluang bagi para psikolog ahli maupun mahasiswa psikologi yang ingin bergabung menjadi reliever. Tapi calon reliever wajib melakukan serangkaian test terlebih dahulu dengan tim Riliv sebelum dapat masuk dan manjawab dalam sistem.
Tak perlu ragu untuk mencoba menggunakan Riliv karena karya Maxi ini telah mendapat penghargaan sebagai Best App of Google AndroidOne #SatuMulai pada May 2015, Wempy Dyocta Koto Award pada August 2015. Riliv juga meraih Top 25 Best Surabaya Startup in Startup Sprint Competition.
Riliv kini telah ada di PlayStore Android dan sekarang sedang dalam pengembangan versi iOS dan web. Info tentang Riliv bisa dilihat di situs Riliv.co.
So, jangan pendam masalahmu, curhat saja ke Riliv!
Recommended By Editor
- Jasa membersihkan kamar kos, cocok buat kamu yang sibuk
- Poster larangan mahasiswa gondrong masuk perpus bikin gempar!
- Kegunaan KTM mulai dari urusan akademik sampai pinjam komik
- Kabar gembira! Kini ada sepatu stylish anti begal untuk cewek
- VIDEO: Ini cara atasi baju kusut tanpa pakai setrika, brilio!
- Dalami ilmu hama, cara Rio 'balas dendam' usai ayahnya gagal panen
- Berprestasi, pemuda tunadaksa masuk UGM tanpa tes dan bebas biaya
- Peraih beasiswa di UGM ini numpang di warung & kuliah ngontel pinjaman
- Tipe-tipe mahasiswa ketika dosen mengajar di kelas
- tipe-tipe mahasiswa ketika dosen mengajar di kelas
- Anak muda hafal alquran ini layani konsultasi agama lewat SMS, hebat!
- Alasan inilah yang membuat mahasiswa tak bisa jauh dari benda ini